Salam jumpa lagi Sobat. Seperti janji saya sebelumnya, coretan ini adalah sambungan dari artikel kedua (Kata Mas Bejo si Tukang Gorengan dan Kopi, Sayalah yang Salah (Cerita tentang “Fotografer” genre Fotografi Abstrak) Episode Kedua), dan artikel ini adalah episode ketiga dari entah berapa episode yang ada dalam artikel ini.
Nah, silahkan dinikmati ya Sob!
Atas kehendak Tuhan juga tentunya tersesatlah Bedul pada suatu pagi ke Museum fatahillah di Kota Tua. Orang orang di sana sedang sibuk membuat persiapan untuk sesi pemotretan malam harinya, dan Ujang sedang asyik menyelesaikan pekerjaannya mengatur pernak pernik properti abstrak, miring ke sana miring kemari dan ada juga berbagai lukisan yang catnya belentang-belentong tak karuan. Di hadapan dekorasi yang tengah dikerjakan inilah Bedul lama berdiri.
Ujang Jambul minta bantuan Bedul untuk membantu mengatur dekor itu. Tentu saja Bedul bilang bahwa ia tak bisa, dan diterangkan sekali bahwa sejak kecil ia paling bodoh dalam segala hal yang berbau seni. Tapi Ujang memaksa juga minta tolong. Bahkan Bedul diberi kebebasan pula untuk menata atau mencoretkan warna apa saja ke dekor itu. Dicoba Bedul juga.
Dan apa kata Ujang?
Ujang bilang, Bedul pandai menkomposisikan berbagai obyek, serta melukis abstrak. Ia mempunyai cita rasa paduan obyek serta warna yang artistik sekali dan murni yang datang dari kenaifan yang matang.
Mungkin, dari begitu banyak ocehan Ujang ini, hanya kata "pandai" sajalah yang ia pahami. Tapi ini membuat Bedul cukup gembira. Untuk pertama kalinya ada orang yang mengatakan ia begitu. Maka asyiklah ia bekerja menata atawe mengkomposisikan berbagai obyek properti tadi, dan juga mencoreng-coreng dekor itu, dan Ujang Jambul bisa istirahat. Sementara itu, iseng-iseng Bedul mencoret-coretkan kuasnya ke berbagai obyek, membuat gambar daun pisang. Kembali Ujang memuji Mansur. Katanya Mansur pandai melukis abstrak, tentunya juga pandai memotret abstrak.
"Saya tak bisa melukis," kata Bedul, "lihat saja garisnya juga belengkak-belengkok."
"Tolol, bukan bentuknya yang penting dalam seni lukis modern, tapi jiwa dari lukisan itu. Dan kau bisa menjadi seorang pelukis modern, melukis abstrak. Kau telah berhasil menjelmakan suatu reaksi yang murni Komposisi warna yang kau susun sangat filosofis, juga mengalun dengan natural selaras dengan harmoni alam."
Panjang-lebar sekali keterangan Ujang itu. Kembali Bedul mendengar bahwa ia pandai "Seni". Alhasil, Bedulah yang akhirnya mengatur dan juga menata seluruh dekor itu. Kemudian di tanyakannya kepada Ujang, apa betul ia bisa menjadi seniman abstrak? Apakah fotografer abstrak suatu pekerjaan? Dan jadilah ia fotografer aliran fotografi abstrak. la yakin benar bahwa tak ada pekerjaan yang lebih ringan daripada fotografer abstrak ini, hanya modal jeprat-jepret, atau hanya cekrak-cekrek dan ini dipuji orang.
Nyambung ya Sob, ke episode keempat, dengan judul: "Kata Mas Bejo si Tukang Gorengan dan Kopi, Sayalah yang Salah (Cerita tentang “Fotografer” genre Fotografi Abstrak) Episode Keempat"
Artikel diadaptasi dan ditulis ulang oleh: Tuntas Trisunu
#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA