Sabtu, 07 Desember 2024

Kejayaan Itu Telah Berlalu (Kisah Seorang Fotografer Kawakan Yang Tak Lagi Laku!) – Tulisan Bagian Keempat


Tersenyum !
Human Interest Photography
trisoenoe.com

Kediri, Tabanan, Bali, Sabtu, 7 Desember 2024

(Ditulis di Tabanan, Bali Selatan, masih di awal bulan Desember, dan masih ditengah musim penghujan. Hari ini berbeda dibanding minggu lalu. Hari ini selain kopi hitam dan rokok, ada sepiring gorengan yang menemani saya saat menulis cerita ini)

Artikel ini adalah sambungan dari artikel yang telah diunggah sebelumnya, yang masih bercerita tentang kisah seorang yang dahulu kala cukup berjaya, seorang yang dulunya multi talenta, yang punya judul: "Kejayaan Itu Telah Berlalu (Kisah Seorang Fotografer Kawakan Yang Tak Lagi Laku!) – Tulisan Bagian Ketiga". Dan ini adalah artikel kelanjutannya, silahkan disimak:

Sambil cerita, Oom Tustel menghirup kopinya, setelah itu Saya sodorkan rokok lagi. Sambil tersenyum dia ambil rokok yang saya sodorkan, lalu dibakar, kemudian dihirupnya dalam-dalam. Belum pernah saya lihat orang bisa menghirup asap rokok  sedemikian nikmat seperti itu.

"Bukan Cuma itu, Oom juga jempolan kalo urusan motret orang ...?" Mata Oom Tustel melirik pada kamera saya, saya sodorkan. "Ya, Oom bukannya mau sombong, tapi emang om punya bakat alami untuk urusan motret. Semua nyang Oom poto, hasilnya pasti bisa lebih keren dari aslinya...."

“Kalo boleh sombong, cuma satu dua fotografer nyang bisa ngalahin hasil jepretan Oom. Nggak kehitung banyaknya artis yang antri cuma buat Oom poto. Bahkan ada artis perempuan, nyang ngebet banget minta dipoto sama Oom, sampe nguber-nguber kemane aje Oom pergi, siang malem. Lama-lama oom risih juga, terus Oom iyain..." Oom Tustel mulai menerawang lagi, sambil dimainkan rokok pemberian saya, diputar-putar di jari. "Waktu itu kita ke puncak, Oom dijemput sama dia. Setelah poto, kita nggak langsung pulang, tapi pelesir dulu, dia bayarin semua. Dan bukan cuma pelesiran…..kita juga nginep sampe dua hari di puncak…..Yaaahhh….you tau lah kira-kira ngapain aja kalo orang nginep bareng.”  Om Tustel mengangguk-angguk sambil tersenyum aneh. Sumpah….nggak bisa kebayang di fikiran saya kalo melihat potongan si Oom sekarang.

Bunga !
Close up & Beauty Photography
trisoenoe.com

“Pas sudah balik ke Jakarta, cepat-cepat Om cuci dan afdruk poto-poto nyang menurut Om bagus. Om afdruk ke ukuran besar, dan nggak lupa Om kasih pigura. Malamnya, Om antar ke rumah dia, tentu saja om bungkus pake kertas kado biar kelihatan berkelas.”

“Pas dia lihat hasil jepretan Om, dia seneng nggak kira-kira, sampe loncat-loncat kaya orang gila. Bukan cuma itu, om kasih juga hasil afdruk sama klise semuanya, biar dia bisa pilih-pilih mana nyang dia mau afdruk lagi.”

“Terus…?” Tanya saya penasaran.

“Yah…..Itu dia. Dia kasih banyak uang buat hasil kerja Om itu. Nggak maen-maen jumlahnya, bisa buat beli motor dua…….” 

Sejurus kemudian Pak Tustel tersenyum, dihirupnya kopinya sedikit sekali, takut habis. Kemudian dia seperti menyadari sesuatu, kemudian menunduk.

"Ke mana saja semua harta itu, Oom?" tanya saya setelah sesaat ia menunduk terdiam.

Sambil membenarkan letak leher kemejanya yang sudah pecah-pecah dan kusam karena lama dipakai, Om Tustel mengangkat muka sambil senyum kecil, suaranya rendah, "Habis..., habis..., gone! Hilang bersama Oom punya kejayaan."

"Habis bagaimana saja begitu banyak?"

"Ya..., macam-macam.... Minum, main, pelesir....

Barangkali memang sudah musti begini jadinya...."

"Tapi kalau Oom belikan kebun, sawah, bikin kontrakan atau...."

"Sekarang ini Oom baru tahu memang bagusnya kalau harta itu dikasih belanja yang ada faedah!"

"Waktu itu Oom tidak tahu?"

Bersambung ke bagian kelima dengan judul: “Kejayaan Itu Telah Berlalu (Kisah Seorang Fotografer Kawakan Yang Tak Lagi Laku!) – Tulisan Bagian Kelima”, semoga Sobat bisa ada suka saat membacanya.

Minggu, 01 Desember 2024

Kejayaan Itu Telah Berlalu (Kisah Seorang Fotografer Kawakan Yang Tak Lagi Laku!) – Tulisan Bagian Ketiga


Pedagang Kaki Lima
HI & Street Photography
trisoenoe.com

Kediri, Tabanan, Bali, Minggu, 1 Desember 2024

(Ditulis di Tabanan, Bali Selatan, pada awal bulan Desember, tepat ditengah musim penghujan. Segelas kopi hitam dan sebatang rokok adalah sahabat terbaik disaat menikmati hujan)

Artikel ini adalah sambungan dari artikel yang telah diunggah sebelumnya, yang bertutur tentang kisah seorang yang dahulu kala cukup berjaya, seorang yang dulunya multi talenta, yang punya judul: "Kejayaan Itu Telah Berlalu (Kisah Seorang Fotografer Kawakan Yang Tak Lagi Laku!) – Tulisan Bagian Kedua". Dan ini adalah artikel kelanjutannya, silahkan disimak:

Mata Om tustel berpindah ke tempat lain, senyumnya mengambang, sedang mulai terbawa dalam lamunan. Saya sempat memperhatikan bahwa matanya sekarang tampak terlalu sipit, ini adalah karena ujung-ujung alisnya telah berlipat jatuh. Dia senyum lebih lebar sambil melirik saya. "Kasihan kalau dipikir-pikir nasib itu nona-nona. Saban sore banyak saja yang hilir-mudik di depan lobby studio TVRI. Padahal tidak mungkin dia bakal bisa ketemu kita. Bukan macam bintang-bintang sekarang, kita orang nggak kena nongol sembarangan. Kita sendiri bisa lihat dia. Tapi yang penting kalau sudah duduk dalam korsi penonton di dalam Studio. Waktu pertunjukan baru dimulai, baru lagu-lagu pembuka atau pembawa acara, lampu di tempat penonton masih menyala, kita ngintip. Kita bisa lihat siapa-siapa yang nonton di sebelah kiri depan, duduk si nona cantik diapit sama temannya, barangkali di deret tiga dari muka ada nona yang boleh juga, dan itu sebelah kanan ada tiga korsi kosong yang di tengah-tengahnya duduk seorang tante bersama suster, itulah tante kaya; barangkali suaminya penggede di instansi, bedak tebel dan gincunya menor, gelang emasnya segede-gede selang air. Kalau sudah ketahuan begitu, beres sudah. Kalau nanti kita muncul di panggung, jangan lupa lemparkan lirikan dan senyuman ke korsi-korsi yang sudah kita incer tadi. Waktu kita nyanyi sendirian, umpamanya pas ditengah adegan yang cuma Om aja yang kelihatan, Om bakal tampil maksimal sambil kasih lirik isyarat sama senyum ke sasaran.

"Penonton di korsi studio bakal teriak-teriak. Jatuhkan lirikan sembari sedikit senyum pada si nona-nona manis. Cukup. Pas sandiwaranya bubar, Om bakal terima banyak kabar dari temen-temen pemain figuran. Ada nyang bilang Om ditunggu mobil di belakang. Ada nyang minta supaya difotoin sama Oom malem itu juga. Foto apa malam-malam begitu? Ada yang minta Oom kasih jenguk seorang gadis yang mendadak jatuh sakit. Yah, sudah Oom ceritakan bagaimana selanjutnya sama you. Susah, bisa you bayangkan apa kejadian selewatnya bubar pertunjukan".

Ekspresif !
Portrait & Soft Photography
trisoenoe.com

"Cukup barangkali kalau Om kasih tahu, waktu itu Om punya tiga rumah, sepeda motor tiga dan mobil dua. Om punya dua puluh kotak beludru yang masing-masing isinya  lima puluh gram emas batangan, dua tabungan yang bisa bakal beli empat rumah, cincin emas enggak tahu berapa banyak, selosin gelang emas, jam emas, dan tustel kelas wahid, ada kali lima belas biji. Semua Om dapat dari tante-tante yang manis.... Ada pantun lagu nyang bunyinya begini: 

Muara Angke bukan Kerawang
Carilah tante nyang banyak uang.

"Tapi bukan maksud Om mau ngeret mereka. Orang ngeret nanti ketiban sial! Itu tante-tante yang berebutan datang. Kita sih namanya juga seniman, perlu dapat simpati penggemar. Salah dia sendiri kalau fall in love sama Oom, betul enggak? Kalau Om enggak terima, gimana? Malah ada nyang bilang dia mau bunuh diri. Belum ada yang sampe kejadian bunuh diri, tapi lebih beres kan memang kalau Om terima saja, betul enggak? Walhasil Om punya harta Nyang nggak maen-maen banyaknya."

Bersambung ke bagian keempat dengan judul: “Kejayaan Itu Telah Berlalu (Kisah Seorang Fotografer Kawakan Yang Tak Lagi Laku!) – Tulisan Bagian Keempat”, semoga Sobat bisa banyak senang saat membacanya.

Sabtu, 23 November 2024

Kejayaan Itu Telah Berlalu (Kisah Seorang Fotografer Kawakan Yang Tak Lagi Laku!) – Tulisan Bagian Kedua


Pedagang Buah
Street Photography & Candid
trisoenoe.com

Kediri, Tabanan, Bali, Sabtu, 23 November 2024

(Ditulis di Bali Selatan, menjelang berakhirnya bulan November, dan masih ditemani dengan rokok dan kopi hitam)

Artikel ini adalah sambungan dari artikel yang sudah saya unggah sebelumnya, yang bercerita mengenai kisah seorang yang dahulu kala cukup berjaya, seorang yang dulunya multi talenta, yang punya judul: "Kejayaan Itu Telah Berlalu (Kisah Seorang Fotografer Kawakan Yang Tak Lagi Laku!) – Tulisan Bagian Pertama". Dan ini adalah artikel kelanjutannya, silahkan disimak:

"Masa semua sandiwara pakai nyanyi segala, Oom?" 

"Namanya juga lagi naek daun, jadi Om banyak tingkah. Kadang kesian juga kalo diingat, pemain-pemain lain pada kebingungan karena Om nyanyi di tengah-tengah adegan, dan itu bener-bener nggak ada dalam naskah. Kalo nyang pinter biasanya bisa langsung nimpalin atau ikutan nyanyi. Tapi kalo emang pas Oom dapet lawan maen nyang bloon, baru kacau jadinya. Pemain nyang bloon itu biasanya langsung pucat, apalan dialognya bisa langsung buyar, dan kalo emang anaknya culun, biasanya langsung nangis dan kaga mau maen sama Om lagi. Dan Oom punya suara...?" Mata Oom Tustel melirik pada kopinya yang hampir habis, saya acungkan dua jari ke mas Bejo, pesan kopi lagi dua cangkir. "Ya, Oom punya suara, kalau Oom sudah tarik, itu schowburg atawa Gedung Kesenian sekarang disambung tiga ke belakang, Oom punya suara masih kedengaran. Zonder mikrofon...."

"Itu nyanyi atau gimana, Oom?"

"Ya, nyanyi! Ooo, orang nyanyi waktu itu bukan kayak sekarang sekadar gerendengan macam orang kena asma. Yaaa, barangkali you belum pernah dengar pavaroti atawa Andrea Bocelli...."

"Pernah, pernah." jawab saya yang segera teringat lagunya, "Ada di youtube, Oom."

"Nah, begitulah suara Oom, ya, kira-kira begitu deh, maklum kita bukan orang Eropa."

"Hebat benar, Oom," kata saya sambil bantu menyodorkan kopi yang baru datang lagi. Om Tustel menerimanya sambil senyum, menggeser duduknya sedikit.

Perempuan dalam Gaun Merah
Soft & Beauty Photography
trisoenoe.com

"Dalam sandiwara 'Anak jalanan', Oom main jadi Ali Topan, si jagoan. Waktu merayu Anna, Oom ambil lagu My Love. Layar dibuka, Anna lagi ngelamun di pinggir taman. Abis dua-tiga patah Anna bicara, lantas terdengar musik permulaan dari lagu yang bakal Oom bawakan, mendayu-dayu. Buat bikin beres tukang musik saja Oom keluarkan uang lima ribu perak!"

"Buat apa musti di-beresin?"

"Oho, dia bisa bikin kita benjol! Sedikit saja dia kasih tinggi toon kita, kan kita bisa mendelik, bisa putus tenggorokan. Setengah menit musik maen, Oom tarik suara dari belakang layar, orang tepuk tangan. Oom belum kelihatan, tuh! Oom biarkan dulu penonton di studio celingukan mencari dari mana Oom bakal keluar. Sebelum muncul, Oom intip dulu keadaan penonton dari sisi-sisi layar latar. Oom perlu cari tahu di mana duduknya itu tante-tante serta nona-nona manis. Klaar, Oom pun keluarlah sambil menyanyi, mengangguk sedikit, gegap-gempita tepuk-tangan serta sorakan. Anna belum kita perhatikan dulu. Dia boleh tunggu! Selepas beres, Oom kasi anggukan serta sedikit senyum buat si nona-nona manis yang sudah Oom incer dari belakang layar, baru Oom membalik dan nyanyi buat Anna. 

"Aduuuh, asyik betul, Oom," sela saya sambil menyodorkan lagi rokok karena dia payah betul melinting rokoknya. Sopan sekali dia cabut sebatang.

"Tapi you musti lihat gimana besoknya," katanya lebih gairah, setelah ia menyedot rokoknya dalam-dalam. "Kita orang mabuk samasekali."

"Bir?"

"Ah, bir minuman orang perempuan. Kita tidak kenal bir. Vodka, Whisky, Cognag, itu baru namanya mimuman. O, God, what a pleasure life." Dihirupnya kopinya sedikit.

"Kenapa bukan dipakai buat jalan-jalan sama si nona manis saja?" tanya saya sementara ia sedang mengedip- ngedip menikmati kopinya.

"Hooo, jalan-jalan sama nona manis bukan kita yang keluar uang. Dia orang yang berebut mentraktir Oom. Apa lagi sama tante istri penggede, itu istri-istri yang suaminya penggede di perusahaan negara, ditanggung beres semua. Yaaa!" Om Tustel mengangguk-angguk meyakinkan, mungkin dia melihat bahwa saya kurang yakin. Saya mengangguk, ia tersenyum. 

Bersambung ke bagian ketiga dengan judul: “Kejayaan Itu Telah Berlalu (Kisah Seorang Fotografer Kawakan Yang Tak Lagi Laku!) – Tulisan Bagian Ketiga”, semoga Sobat bisa banyak senang saat membacanya.

Senin, 18 November 2024

Kejayaan Itu Telah Berlalu (Kisah Seorang Fotografer Kawakan Yang Tak Lagi Laku!) – Tulisan Bagian Pertama


Penjahit Kaki Lima
Human Interest & Candid Photography
trisoenoe.com


Kediri, Tabanan, Bali, Senin, 18 November 2024

(Artikel ini ditulis di Bali Selatan, di awal musim hujan di pertengahan bulan November. Artikel ini terinspirasi dari kisah nyata yang saya alami namun saya rubah sana-sini supaya enak dibaca)

"Nopek ceng pada tahun delapan puluhan adalah upah seorang pegawai toko yang baik buat dia punya pekerjaan, sebulan suntuk, nggak pake males- males. Dengan itu gaji dia sekeluarga bisa hidup aman dan tenteram. Tetapi buat Oom, itu nopek ceng adalah ongkos satu sesi foto atawe satu kali masuk tipi," kata seorang tua yang mukanya penuh kerut-merut dan berhiaskan kumis dan jenggot kasar yang tidak terurus. Bapak tua ini adalah Pak tustel (bukan nama asli ya Sob! Nama aslinya saya rahasiakan saja, takut kena pasal!), fotografer kelas atas sekaligus pemain teater yang sangat kondong di era 80-an, yang tersohor dengan julukan Tom Cruise nya Indonesia. Siang itu ia sedang saya traktir minum kopi di warung kopi mas Bejo langganan saya.

"Bisa you bayangkan bagaimana keadaan Oom waktu itu?" tanyanya kemudian sambil menyeringai, sehingga semakin banyak kerut-kerut muncul di mukanya. Sumpah, saya jadi ngeri liatnya.

"Tentu waktu itu Oom masih muda," jawab saya gugup tak karuan.

"Ya, yaaa tentu saja! It was sekian puluh tahun nyang lewat! Oom punya badan sedang bagus-bagusnya, Oom rawat dengan baik. Sudah begitu saban hari paling sedikit di kantong ada uang dua ratus ribu. Now, bisa you bayangin gimana dahsyatnya?" Pak Tustel tertawa kecil, saya juga ikut tertawa.

"Perempuan mana yang enggak jadi tergila-gila? Coba Oom nompang nanya?" tanyanya sambil menyodorkan mukanya ke arah saya.

Saya jadi kaget, tetapi segera dapat saya tutupi dengan menyodorkan rokok kepadanya.

"Ooo, ooo.... terimakasih, terimakasih...."

Disundutnya rokok itu dan diisapnya dalam-dalam seperti orang sedang minum bir.

"Sekarang Oom jarang isap rokok putih, berat harganya. Dulu rokok Oom Marlboro. Cuma orang-orang kokay saja yang sanggup beli rokok seperti itu. Sedangkan buat Oom, kalau Oom mau mengisap sepuluh bungkus sehari, itu baru berarti kira-kira sepersepuluh Oom punya salary, enteng sekali."

Diisap lagi rokoknya, asyik betul.

Perempuan dan Senja
Siluet & Soft Photography
trisoenoe.com

"Sore-sore kalau Om ada libur atau senggang, Oom suka jalan-jalan ke tempat anak-anak muda nongkrong Di Blok-M atau di Melawai. Oom pake celana jeans ori, pake kaos dan kemeja flannel ori juga. Tangan kiri pegang tustel, tangan kanan pegang rokok atawe kaleng greendsand. Kacamata hitam merk Rayband selalu ada di kepala. Sepatu Adidas atau Kasogi ori juga selalu om pakai. 

Kaki melangkah tenang-tenang. Mata tetap memandang ke depan saja, tapi Oom bisa pastikan nyang semua mata anak gadis tertuju sama Oom semua. 'Keren banget... Kece banget...,' kata orang-orang dari kiri-kanan.... Hi... hi..., kayak bintang film kondang rasanya."

Sebetulnya Pak Tustel akan ketawa lebih asyik lagi, tetapi tertahan batuk-batuk kecil karena terlalu semangat bicara. Dihirupnya kopinya sedikit sekali, takut habis.

"Kenapa Oom digelari Tom Cruise nya Jakarta?" tanya saya sambil memberi isyarat pada mas Bejo, minta secangkir kopi lagi.

"O, ooo, ha... ha... ha... ya, aduuuh. Ha... ha, ya, Tom Cruise.... Bukan Jakarta, tapi Indonesia." Dia habiskan dulu ketawanya sedikit. "Kalau Om lagi main di panggung teater, Oom terkenal punya penjiwaan yang bukan maen. Semua peran om libas, tapi rata-rata peran anak muda yang jagoan, Oom yang pegang. Saking hebatnya om maen teater, sering sekali om diundang untuk maen di teater TVRI, dan hampir semua sandiwara di tipi, ada om main di situ.”

"Sampai semua sandiwara, Oom?"

"Nggak semua, tapi hampir semuanya Oom main di situ ...?" Mata Oom Tustel melirik pada rokok saya, saya sodorkan. "Ya, dan yang Oom rasa, kalau misalnya ada tipi bikin sandiwara tapi nggak ada Oom di situ, dijamin nggak banyak yang nonton...."

“Dan nggak cuma akting, Om juga gape kalo sambil nyanyi..." Oom Tustel mulai menerawang, pelan dia hisap rokok pemberian saya. "Kadang Om juga lepas kontrol, maen nggak pake naskah. Pas lagi di tengah adegan sandiwara, tiba-tiba aja Om nyanyi.”

Bersambung ke bagian kedua dengan judul: “Kejayaan Itu Telah Berlalu (Kisah Seorang Fotografer Kawakan Yang Tak Lagi Laku!) – Tulisan Bagian Kedua”, semoga Sobat bisa banyak senang saat membacanya.

Rabu, 13 November 2024

Definisi Fotografi Eksperimental dan Tujuh Langkah Untuk Memulainya (Goresan Bagian Akhir)


Warna di Langit Kalimantan
Fotografi Eksperimental
trisoenoe.com

Kediri, Tabanan, Bali, Rabu, 13 November 2024
(Ditulis di Bali Selatan, bersama dua batang rokok dan segelas kopi hitam)

Artikel ini adalah sambungan dari artikel yang sudah saya unggah sebelumnya, yang mengulas mengenai fotografi eksperimental. Supaya Sobat tidak dapat dapat sakit kepala saat membacanya, ada baiknya kalau Sobat mampir ke artikel sebelumnya dengan judul: "Definisi Fotografi Eksperimental dan Tujuh Langkah Untuk Memulainya (Coretan Bagian Kedua)". Pada artikel sebelumnya dibahas mengenai tips tentang fotografi eksperimental, dan ini adalah artikel kelanjutannya, silahkan disimak:

Daun dan Senja
Fotografi Eksperimental
trisoenoe.com

6. Cobalah untuk memotret dari sudut yang tidak biasa


Nah, untuk yang satu ini, saya sangat merekomendasikan. Bereksperimenlah dengan mengambil foto dari sudut yang tidak biasa untuk menciptakan kesan kedalaman dan perspektif dalam foto yang Sobat buat. Pertimbangkan untuk mengambil gambar dari sudut rendah, tinggi, atau miring untuk menciptakan foto yang menarik secara visual dan unik. Jangan terkekang pada aturan-aturan dalam fotografi, biarkan berkelana bebas tanpa belenggu aturan.


7. Buatlah Catatan Untuk Setiap Eksperimen yang Sobat Lakukan


Eksperimen adalah tentang coba-coba, jadi melacak eksperimen dan hasilnya sangatlah penting. Catatlah (atau minimal diingat saja) eksperimen yang sudah Sobat lakukan, termasuk teknik yang Sobat gunakan, pengaturan apa yang digunakan, dan hasil dari berbagai eksperimen tersebut. Ini akan membantu Sobat menyempurnakan teknik dan mengembangkan keterampilan Sobat sebagai fotografer eksperimental.

Beberapa contoh fotografi eksperimental


Fotografi Proses Alternatif
Ada banyak jenis fotografi eksperimental, masing-masing dengan teknik dan pendekatannya sendiri yang unik. Salah satu jenis fotografi eksperimental adalah fotografi proses alternatif, yang melibatkan penggunaan metode alternatif untuk mengembangkan dan mencetak gambar, seperti sianotipe atau pencetakan garam. Jenis fotografi tanpa lensa lainnya melibatkan pembuatan gambar tanpa lensa dengan menempatkan objek langsung ke kertas foto.

Fotografi Eksposur Ganda
Jenis fotografi eksperimental lainnya meliputi fotografi multi eksposur, di mana beberapa foto disusun berlapis-lapis untuk menciptakan satu gambar tunggal, dan fotografi lukisan cahaya, yang melibatkan penggunaan eksposur panjang dan berbagai sumber cahaya untuk menciptakan gambar abstrak dan surealis. Beberapa fotografer eksperimental menggabungkan objek yang ditemukan atau menggunakan bahan-bahan yang tidak konvensional, seperti emulsi fotografi pada kaca atau logam . Kemungkinan untuk fotografi eksperimental tidak terbatas, yang memungkinkan fotografer untuk terus-menerus mengeksplorasi dan mendorong batas-batas keahlian mereka.

Peralatan Non-Konvensional
Fotografi eksperimental sering kali melibatkan penggunaan peralatan yang tidak konvensional selain kamera dan lensa standar yang digunakan dalam fotografi tradisional. Banyak fotografer eksperimental membuat kamera lubang jarum mereka sendiri , yang dapat dibuat dari berbagai bahan, termasuk kardus atau bahkan kaleng kopi. Kamera format besar juga umum digunakan dalam fotografi proses alternatif, yang memungkinkan kontrol yang lebih besar atas proses pencahayaan dan pengembangan gambar.

Peralatan lain yang banyak digunakan dalam fotografi eksperimental meliputi sumber cahaya seperti senter atau panel LED dan filter, prisma, dan cermin untuk menciptakan efek yang unik dan abstrak. Objek yang ditemukan, seperti film negatif lama atau pelat kaca, juga dapat digunakan kembali untuk menciptakan gambar baru yang menarik. Secara keseluruhan, peralatan yang digunakan dalam fotografi eksperimental beragam dan sering kali dibuat seadanya, sehingga memungkinkan fotografer untuk menjelajahi cara-cara kreatif yang baru dan unik.

Kesimpulannya, fotografi eksperimental adalah genre yang menantang dan bermanfaat yang menawarkan peluang tak terbatas untuk ekspresi kreatif. Dengan merangkul ketidaksempurnaan, menggunakan proses alternatif, menggabungkan objek yang ditemukan, bereksperimen dengan pencahayaan, bermain dengan warna, memotret dari sudut yang tidak biasa, dan membuat jurnal, Sobat dapat mengembangkan keterampilan dan menciptakan gambar yang benar-benar unik dan memikat.

Demikianlah Sobat, pemaparan terakhir mengenai fotografi eksperimental, semoga Sobat bisa bahagia dan senang di hati pada saat membaca artikel ini.

Tetap sehat, tetap semangat, dan seperti ucapan Squidward Tentacle; "Karena kegagalan adalah tanda perjalananmu menuju sukses." 

Salam jepret selalu.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis ulang oleh: Tuntas Trisunu

Minggu, 10 November 2024

Definisi Fotografi Eksperimental dan Tujuh Langkah Untuk Memulainya (Coretan Bagian Kedua)



Kediri, Tabanan, Bali, Minggu, 10 November 2024

Artikel ini adalah sambungan dari artikel sebelumnya yang mengulas mengenai fotografi eksperimental. Supaya Sobat tidak dapat bingung, silahkan baca artikel sebelumnya dengan judul: "Definisi Fotografi Eksperimental dan Tujuh Langkah Untuk Memulainya (Tulisan Bagian Pertama)". Pada artikel sebelumnya dibahas mengenai definisi singkat tentang fotografi eksperimental, dan ini adalah artikel sambungannya, silahkan disimak:

Blur, Tak Fokus (Fotografi Eksperimental)
trisoenoe.com

1. Merangkul Ketidaksempurnaan


Salah satu filosofi utama dari fotografi eksperimental adalah merangkul ketidaksempurnaan (atau boleh juga kalau Sobat menterjemahkannya sebagai “tidak mengabaikan” kekurangan). Alih-alih berusaha keras untuk mendapatkan foto yang secara teknis sempurna (dalam segala hal), fokuslah pada pengambilan gambar yang dapat menyampaikan emosi dan menceritakan sebuah kisah. Bereksperimenlah dengan berbagai teknik dalam fotografi, seperti blur, double exposure, komposisi simetris dan asimetris, dan teknik lainnya untuk menciptakan foto yang seperti mimpi dan halus, atau yang terkesan tidak focus untuk memperkuat cerita.

2. Gunakan Proses Alternatif


Ada banyak proses alternatif yang dapat Sobat terapkan untuk membuat foto eksperimental, seperti tintype, cyanotype, gum bichromate, dan salt print. Proses ini melibatkan penggunaan bahan kimia dan material untuk membuat gambar unik dengan tekstur dan corak yang khas. Bereksperimenlah dengan berbagai teknik untuk menemukan yang paling sesuai dengan gaya dan visi Sobat. Untuk langkah kedua ini, penggunaan roll film sebagai sarana mencetak foto adalah keputusan yang bijak (Karena roll film memberikan "keleluasaan' bagi fotografer untuk dapat mencetaknya dalam berbagai media yang diinginkan). 

Garis Batas
Fotografi Eksperimental & Abstrak
trisoenoe.com

3. Gabungkan Objek yang Sobat Temukan


Objek yang ditemukan dapat menambah daya tarik dan kedalaman pada foto-foto eksperimen Sobat. Cari objek dengan tekstur dan bentuk khas yang menarik, seperti logam berkarat, kayu lapuk, atau cat yang mengelupas. Gabungkan objek-objek ini ke dalam foto yang Sobat buat untuk menciptakan kharakter yang dinamis dan memukau secara visual.

Malam dan Cahaya
Fotografi Eksperimental
trisoenoe.com

4. Bereksperimen dengan Pencahayaan


Pencahayaan memainkan peran penting dalam fotografi eksperimental. Cobalah menggunakan cahaya alami, cahaya buatan, atau kombinasi keduanya untuk menciptakan suasana dan atmosfer yang berbeda. Bereksperimenlah dengan berbagai teknik pencahayaan seperti cahaya latar, siluet, dan chiaroscuro untuk menciptakan foto yang dramatis dan memukau.

Bayang Senja dan Jingga
Fotografi Eksperimental & Siluet
trisoenoe.com

5. Bermain dengan Warna


Warna dapat menjadi kekuatan tersendiri dalam fotografi eksperimental. Bereksperimenlah dengan gradasi warna, filter warna, dan teknik lain untuk menciptakan foto dengan palet dan corak warna yang unik. Pertimbangkan untuk menggunakan warna komplementer atau kontras untuk menciptakan gambar yang dinamis dan bisa “berbicara” secara visual.

Demikianlah Sobat, pemaparan kedua mengenai fotografi eksperimental. Dan pemaparan ini akan saya sambung ke bagian yang ketiga, dengan judul: “Definisi Fotografi Eksperimental dan Tujuh Langkah Untuk Memulainya (Goresan Bagian Akhir)”, semoga Sobat bisa banyak senang saat membacanya.

Tetap sehat, tetap semangat, dan seperti ucapan Patrick Star; "Hidup itu mudah, jika kamu senang tersenyumlah. Jika kamu sedih, tertawalah."

Salam jepret selalu.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis ulang oleh: Tuntas Trisunu

Kamis, 07 November 2024

Definisi Fotografi Eksperimental dan Tujuh Langkah Untuk Memulainya (Tulisan Bagian Pertama)


Senja dan Awan
trisoenoe.com

Kediri, Tabanan, Bali, Kamis, 7 November 2024

Fotografi eksperimental adalah genre alias aliran dalam fotografi yang cukup menarik. Penyebabnya adalah, aliran fotografi ini memungkinkan fotografer untuk melampaui batasan dalam aturan fotografi (yang memang super njelimet) dan menjelajahi alur kreatif baru. Tidak seperti fotografi yang konservatif (tradisional), fotografi eksperimental sering kali mengharmonikan berbagai teknik dan pendekatan yang tidak konvensional untuk mendapatkan foto yang unik dan berbeda (sekaligus menarik).

Kalau Sobat ingin menjajal fotografi eksperimental, itu artinya Sobat harus siap untuk menjadi lebih luwes, dan mulai merangkul hal-hal yang tidak diketahui dan menjelajahi cara-cara baru untuk berekspresi kreatif. Itu artinya Sobat harus melangkah keluar dari teknik fotografi tradisional dan mendobrak batasan-batasan dari fotografi yang konservatif yang mungkin selama ini (secara sadar atau tidak sadar) mempengaruhi gaya memotret Sobat. 

Fotografer eksperimental menggunakan metode dan bahan-bahan yang tidak “konvensional” untuk menciptakan gambar-gambar yang unik dan memikat yang mampu menuturkan emosi, menarasikan sebuah kisah, dan menantang persepsi pemirsa. Fotografer jenis ini akan terus-menerus mengeksplorasi dan bereksperimen, berusaha untuk mengembangkan keterampilan mereka dan menyempurnakan visi artistik mereka.

Fotografi eksperimental bukan hanya tentang menciptakan foto yang menakjubkan secara visual, tetapi juga tentang proses penemuan dan kegembiraan dalam mencoba berbagai teknik dan berbagai metode dalam memotret. Ini adalah pola pikir yang menghargai kreativitas, inovasi, dan kemauan untuk mengambil risiko untuk menciptakan sesuatu yang orisinal, dan bukan mengekor pada genre yang sudah baku.

Lorong Gedung
trisoenoe.com

Jika Sobat tertarik untuk mencoba fotografi eksperimental, berikut ada tujuh langkah yang sederhana yang kiranya sangat berguna membantu Sobat untuk memulainya (dan selanjutnya akan kita sebut dengan “Teknik Fotografi Eksperimental”), yaitu:

1. Merangkul ketidaksempurnaan
2. Gunakan proses alternatif
3. Kombinasikan dan harmonisasi benda-benda yang ada
4. Bermain dengan pencahayaan
5. Menjajaki kolaborasi dengan warna
6. Memotret dari sudut yang tidak biasa
7. Membuat catatan tentang memotret

Nah, selanjutnya, pada artikel yang akan saya tulis di masa mendatang, akan kita ulas satu per satu mengenai ketujuh langkah di atas. Dan semoga setelah kesemuanya bisa Sobat terapkan, Sobat akan dapat memahami mengenai fotografi eksperimental ini dan juga dapat menghasilkan jepretan dalam genre ini (atau paling apesnya adalah, Sobat akan semakin pusing dan semakin sakit kepala, seperti saya). 

Jadi Sobat, persiapkan diri dan mental Sobat baik-baik, karena di artikel selanjutnya, akan kita mulai Langkah demi Langkah untuk memahami serta mempraktekan “Fotografi Eksperimental” ini.

Demikianlah Sobat, penjabaran awal mengenai fotografi eksperimental. Dan pemaparan ini akan saya sambung ke bagian yang kedua, dengan judul: “Definisi Fotografi Eksperimental dan Tujuh Langkah Untuk Memulainya (Coretan Bagian Kedua)”, semoga Sobat bisa bahagia saat membacanya.

Tetap sehat, tetap semangat, dan seperti ucapan Patrick Star; "Ingat, hari ini adalah hari esok yang kamu khawatirkan kemarin."

Salam jepret selalu.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis ulang oleh: Tuntas Trisunu

Jumat, 01 November 2024

Lima Langkah untuk Membangkitkan Gairah Memotret (Penjelasan Bagian Kedua)


Memotret Saat Senja
(Sunset Photography) - trisoenoe.com

Kediri, Tabanan, Bali, Jum'at, 1 November 2024

Fotografi memang suatu hobby yang mengasyikkan, sama halnya dengan memancing, main bola, naik sepeda onthel bareng sama komunitas, dan lain sebagainya. Namun, sama seperti hobby yang lain, adakalanya rasa bosan dapat mematikan keinginan untuk menjalani hobby jeprat dan jepret. Dan seperti sudah disinggung pada artikel sebelumnya (Lima Langkah untuk Membangkitkan Gairah Memotret (Penjelasan Bagian Pertama)), ada beberapa kiat untuk dapat membangkitkan kembali gairah memotret yang padam, dan ini adalah artikel lanjutannya, silahkan disimak:

3. Pastikan Sobat Memiliki Tujuan atau Target dalam Memotret


Seiring berjalannya waktu, memotret tanpa arahan dapat terasa memberatkan dan kurang memuaskan. Sobat mungkin akan segera menyadari bahwa alih-alih meraih kamera, Sobat malah menyimpannya di tas atau lemari, karena Sobat tidak akan merasa terinspirasi atau tergoda untuk memotret lagi.

Cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan Sobat memberikan tujuan atau target foto untuk dikerjakan, yang tidak terlalu sulit untuk diwujudkan tetapi menantang. Target ini akan memberikan tambahan semangat dan membantu Sobat untuk mengasah kembali keterampilan Sobat sebagai fotografer dan menciptakan karya yang indah dan bermakna.

Target dan tujuan yang dapat Sobat lakukan, misalnya, dapat berupa memotret tempat tertentu selama beberapa waktu, mengambil satu foto yang bermakna setiap minggu,membuat risalah foto atau mengembangkan keterampilan baru seperti menguasai teknik long exposure, experimental, soft photography, dan ada banyak kemungkinan lagi, jadi pikirkan apa yang paling Sobat sukai dari fotografi dan buatlah tujuan untuk itu. Bagi saya, kesukaan baru saya pada obyek matahari yang terbenam telah mendorong proyek fotografi terbaru saya, di mana saya mendokumentasikan foto tentang sunset di Pantai Bali yang memukau.

Kesimpulan dari point nomor tiga ini adalah:

"…memberikan tujuan serta target pada diri sendiri terkadang mampu menjadi stimulus yang sangat kuat untuk membangkitkan semangat!"

Definisi dari "Cantik"
(Beauty Photography)
trisoenoe.com

4. Bersikaplah realistis tentang apa yang ingin Sobat raih dari fotografi Sobat (dan tuntun serta kondisikan pola pikir Sobat ke arah itu)


Meninggalkan mimpi dan menghadapi dunia nyata, saya segera menyadari bahwa saya tidak akan pernah menjadi fotografer dalam arti yang sepenuhnya, menciptakan karya dan bisa bertahan hidup dengan mengandalkan fotografi saja (sangat, sangat sedikit orang yang melakukan ini). Saya tidak punya waktu, koneksi saat itu, atau sumber daya - itu tidak akan pernah terjadi.

Kedengarannya aneh, tetapi begitu saya menerima ini, saya merasa sangat lega. Sebelumnya, saya menyalurkan semua energi saya untuk satu tujuan, yaitu bagaimana saya bisa "berhasil" sebagai fotografer sepenuhnya. Sejujurnya, saya menjadi babak belur dan sama sekali tidak mendapatkan kegembiraan dari menghasilkan karya. Semuanya berubah ketika saya mengubah pola pikir saya dan memandang fotografi saya sendiri secara berbeda. Saya mulai memandang fotografi sebagai sesuatu yang akan saya lakukan untuk menjadi hobby, serta menjadi sarana untuk melepas kerinduan saya pada “seni” ketimbang usaha penuh waktu. Dan ternyata hasilnya sangatlah cespleng. Saya tidak lagi menjadi stress untuk menciptakan karya terbaik, dan saya mulai menikmati memotret sekali lagi.

Saya tidak mengatakan bahwa apa yang saya alami akan sama dengan apa yang Sobat alami, lebih dari itu, anggap saja itu sebagai contoh. Bersikap realistis tentang apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin dengan hobby memotret yang Sobat jalani dapat mengubah pendekatan dan kesukaan Sobat dalam urusan jepret menjepret.

Inti dari point ini adalah:

"Menghadapi dunia nyata, saya segera menyadari bahwa saya tidak akan pernah menjadi fotografer yang benar-benar fotografer... begitu saya menerima kenyataan ini, saya merasa sangat lega."

Abstrak (Dalam Kanvas Senja)
(Abstract Photography) - trisoenoe.com

5. Berinteraksi dengan komunitas fotografi


Menjadi bagian dari komunitas fotografi, entah itu di antara teman-teman, bagian dari kursus, grup Facebook atau klub kamera, berbagi kegembiraan, suka ria dalam mengambil gambar dengan orang lain akan memberi Sobat jaringan dukungan yang indah yang akan membuat Sobat terus maju melalui suka dan duka. Jangan takut untuk mendiskusikan pekerjaan Sobat secara teratur, mengajukan pertanyaan, dan mencari umpan balik yang membangun.

Demikianlah penjelasan mengenai lima cara untuk membangkitkan kembali gairah memotret yang padam. Sebenarnya ada ratusan cara lain yang juga bisa dipakai dan juga mujarab alias cespleng. Tetapi, karena saya hanya hafal yang lima ini saja, ada baiknya saya sampaikan yang saya hafal, sisanya, silahkan Sobat cari-cari sendiri.

Tetap sehat, tetap semangat, dan seperti ucapan bijak dari orang yang tak bijak; "Ingat, hari ini adalah hari esok yang Sobat khawatirkan kemarin."

Salam jepret selalu.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis ulang oleh: Tuntas Trisunu
(Artikel aslinya ditulis oleh Philip Mowbray pada laman focus.picfair.com)

Minggu, 27 Oktober 2024

Lima Langkah untuk Membangkitkan Gairah Memotret (Penjelasan Bagian Pertama)


Memotret Fotografer
(Candid Photography)
trisoenoe.com

Kediri, Tabanan, Bali, Minggu, 27 Oktober 2024

Sobat merasa kehilangan gairah untuk fotografi alias memotret? Simak lima nasehat berikut untuk membantu Sobat kembali semangat untuk jeprat-jepret.

Kedengarannya aneh, tetapi pastinya kalau Sobat mengambil foto untuk kesukaan, Sobat pasti banyak senang dan menikmatinya? (Kalau saja selalu seperti itu...Sayangnya tak selalu seperti itu)

Dengan semua harapan, keinginan dan tekanan pas saat mengambil foto, bahkan saat Sobat hanya mengambil foto untuk bersenang-senang, foto-foto itu dapat dengan cepat mulai jadi beban pikiran. Begitu besarnya sehingga pada akhirnya, Sobat bisa jadi tidak mendapatkan kesenangan sama sekali pada saat memotret.

Di bawah ini Sobat akan menemukan beberapa jurus alias calon solusi, yang saya ambil dari pengalaman saya sendiri, tentang bagaimana Sobat bisa dapat terus menikmati memotret, bahkan saat semuanya mulai terasa terlalu berat, dan tidak peduli apa pun yang terjadi dalam hidup Sobat:

Di Suatu Tempat di Bali - Vintage Photography
trisoenoe.com

1. Memotretlah untuk diri sendiri, bukan untuk di "suka" atau di ”apresiasi” oleh orang lain


Kita semua tahu betapa cepat dan mudahnya media sosial mencampuri hidup kita. Hal ini khususnya berlaku bagi para fotografer, yang menggunakan media sosial sebagai galeri untuk memamerkan foto-foto mereka.

Banyak fotografer kenalan saya yang saya ajak ngobrol dan aktif di media sosial mendapati diri mereka terjerumus dalam lingkaran setan fotografi, yaitu mereka hanya akan memotret subjek atau tempat atau apapun hanya untuk mendapatkan "like" pada saat mengunggah foto, meskipun itu adalah jenis fotografi atau subjek yang sebenarnya sama sekali tidak mereka sukai. Dan jujur, hal ini adalah hal yang menyedihkan sekaligus sangat menyiksa bagi seorang fotografer.

Saran terbaik yang dapat saya berikan kepada Sobat adalah; jangan pernah menganggap jumlah like atau komentar di media sosial sebagai semacam barometer seberapa hebat Sobat sebagai fotografer; itu sama sekali tidak penting. Jadi, potretlah apa yang Sobat suka, dan unggah apa pun yang Sobat inginkan, dan jangan biarkan orang lain mendikte apa yang harus Sobat potret. Hal yang sama juga berlaku di dunia nyata, jangan pernah memotret hanya untuk menyenangkan orang lain, memotretlah untuk membahagiakan diri sendiri, itu saja.

Kesimpulan dari point ini adalah:

"...Jangan menganggap jumlah like atau komentar di media sosial sebagai barometer untuk mengukur seberapa hebat Sobat sebagai fotografer; itu tidak penting!"

Berpose Bersama
(Classic Photography)
trisoenoe.com

2. Beristirahatlah ketika diperlukan; tidak peduli seberapa lama atau seberapa teratur istirahat tersebut


Hanya karena Sobat seorang fotografer, bukan berarti Sobat harus membawa kamera terus-menerus sepanjang waktu, itu akan membuat Sobat gila sendiri (atau paling tidak, Sobat akan dicap sebagai orang gila). Memaksakan diri Sobat untuk memotret sepanjang hari, setiap hari, atau memberi tekanan pada diri sendiri untuk mengambil foto yang terbaik setiap saat, akan dengan cepat menghilangkan semua kesenangan dari memotret itu sendiri. Ingat, jika Sobat melewatkan kesempatan foto yang bagus, kesempatan lain akan datang lagi nanti. Dan satu hal yang harus Sobat ingat…Memotret itu dengan hati, bukan dengan kamera!

Terlalu banyak menuntut diri sendiri lama-kelamaan akan menjadi beban, dan mengambil jeda secara berkala dari hobi fotografi Sobat justru sangat bermanfaat. Cobalah sesekali untuk memotret menggunakan “rasa” dari panca Indera dan bukan dengan kamera. Dan ketika dirasa segala sesuatunya sudah pas (termasuk cuaca, suasana hati, kondisi dompet, dan lain sebagainya), pergi dan bawalah kamera. Sobat akan lebih menghargai waktu saat Sobat berada di luar sana dengan kamera, Sobat akan melihat peluang baru untuk foto yang bagus dengan perspektif yang lebih sejuk, dan pikiran yang jernih juga akan membuat Sobat tetap fokus pada tujuan dan sasaran fotografi Sobat.

Kesimpulan dari point nomor dua ini adalah:

"memaksakan diri Sobat untuk terus memotret sepanjang hari, setiap hari, atau memberi tekanan pada diri Sobat untuk mendapatkan foto yang terbaik setiap kali memotret, akan dengan cepat menghilangkan semua kesenangan dari memotret itu sendiri!"

Itulah Sobat, penjelasan yang tak jelas tentang lima langkah untuk membangkitkan gairah memotret bagian pertama. Dan penjabaran ini akan saya teruskan ke bagian yang kedua, dengan judul: “Lima Langkah untuk Membangkitkan Gairah Memotret (Penjelasan Bagian Kedua)”, semoga Sobat boleh dapat senang saat membacanya.

Tetap sehat, tetap semangat, dan seperti ucapan Patrick Star; "Jangan mau dibodohi oleh gengsi, hiduplah dengan versimu sendiri."

Salam jepret selalu.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis ulang oleh: Tuntas Trisunu

Selasa, 22 Oktober 2024

Fotografi Siluet: 22 Tips dan Trik untuk Memotret Siluet (Bagian Kesebelas)


Memancing - Fotografi Siluet
trisoenoe.com

Kediri, Tabanan, Bali, Selasa, 22 Oktober 2024

Tulisan ini adalah sambungan atau kelanjutan dari artikel sebelumnya, yang berjudul: "Fotografi Siluet: 22 Tips dan Trik untuk Memotret Siluet (Bagian Kesepuluh)", dan tulisan ini juga sekaligus bagian terakhir dari 11 halaman artikel yang mengulas tentang tips dan trik untuk memotret siluet. Silahkan disimak:

Batas Senja
trisoenoe.com

21. Luangkan waktu untuk memproses foto siluet yang Sobat hasilkan

Bahkan jika Anda berhasil menerapkan eksposur siluet di dalam kamera, saya sarankan untuk melakukan beberapa penyesuaian kecil menggunakan program pengeditan seperti Lightroom atau Photoshop atau program-program editing lain yang Sobat biasa pakai.

Pertama, sesuaikan white balance hingga Sobat mendapatkan hasil yang diinginkan, lalu naikkan atau turunkan eksposur untuk menambah atau menghapus detail pada subjek. Sobat juga dapat menyesuaikan penggeser warna tertentu untuk efek yang lebih halus dan lembut serta senada.

Jika Sobat menginginkan bidikan siluet yang menarik, coba tambahkan beberapa kontras, dan jika gambar menampilkan matahari terbit atau terbenam yang indah di latar belakang, pertimbangkan untuk meningkatkan kecerahan atau saturasinya supaya warna-warna yang muncul bisa semakin kuat.

Langkah yang terakhir adalah, bereksperimenlah dengan menambahkan sketsa, menciptakan tingkat warna yang menarik, atau secara selektif menghindari dan membakar bagian-bagian berbeda pada gambar.

Sendiri - Fotografi Siluet
trisoenoe.com

22. Coba konversi foto siluet Sobat ke Hitam Putih

Meskipun warna-warna cerah yang sering menyertai siluet bisa sangat indah dan memukau, ada kalanya warna-warna itu justru dapat terlalu mengganggu atau berlebihan (atau bahkan merusak dari tema yang coba Sobat usung ke dalam frame). Saat itulah konversi hitam-putih bisa sangat membantu, memungkinkan Sobat menekankan bentuk subjek di atas warna latar belakang.

Menerapkan konversi hitam dan putih dapat membantu menghilangkan gangguan dan menonjolkan garis luar menarik yang Sobat jebak dalam frame. Selain itu, dengan mengonversi foto siluet menjadi hitam putih, Sobat akan memberikan kualitas artistik dan abadi pada foto tersebut.

Namun inilah bagian terbaiknya: Jika Sobat mencoba konversi ke hitam dan putih dan tidak sepenuhnya yakin dengan tampilan hitam-putihnya, jangan khawatir! Jika Sobat menggunakan editor yang tidak terlalu “merusak” foto awal seperti Lightroom, Sobat dapat dengan mudah kembali ke versi warna asli tanpa kehilangan detail berharga apa pun. Ini akan memberi Sobat kebebasan untuk bereksperimen dan menentukan apakah bidikan Sobat terlihat paling bagus dalam warna dan monokrom.

Jadi, lain kali Sobat mengedit foto siluet, pertimbangkan untuk mencoba konversi foto itu ke dalam hitam dan putih. Ini adalah teknik sederhana namun ampuh yang dapat menonjolkan subjek sekaligus menghilangkan penekanan pada latar belakang, dan dapat menambah lapisan kedalaman dan seni ekstra pada hasil jepretan Sobat yang sudah menawan!

Itulah Sobat, artikel yang ditulis dalam sebelas halaman sambung-menyambung, yang berisi dua puluh dua tips dan trik untuk menghasilkan foto siluet yang ciamik dan menarik hati (semoga!). 

Semoga Sobat dapat terhibur karenanya.

Akhir kata, tetap sehat, tetap semangat, dan tetap memotret!

Artikel ini diadaptasi dan ditulis ulang oleh: Tuntas Trisunu

Tag:
#Fotografi, #Tips Fotografi, #Siluet