Selasa, 08 Agustus 2017

Fotografi Profesional (Sesaat Saja!)



Kemayoran, Jakarta, Kamis, 20 Juli 2017. 

Malam, pk. 19.45 WIB, hujan ga kira-kira deresnya. Untuk negara dengan 2 musim yang "resmi" (musim penghujan dan musim kemarau), dan puluhan musim "tidak resmi" (musim gundu, musim duren, musim kedondong, musim ditolak cintanya, dan lain-lain), hujan yang deresnya kaya gini bukan lagi hal yang bikin kaget, tapi juga bukan hal yang bisa bikin tenang juga !

Hujan kaya gini cuma berarti satu hal untuk di kawasan ini....banjir...... dan efeknya....macet ! 



Daripada menyesali kondisi yang ada secara berlebihan, sambil akting nangis-nangis dibawah siraman air hujan sembari bersenandung mendayu-dayu  "ala" film India, ada baiknya kegiatan "menjijikkan" tersebut, diganti dengan kegiatan yang nggak kalah kurang level "jijay" nya, yaitu posting tentang fotografi !

Kenapa postingan ini dianggap "jijay"?

Ya jelas, soalnya yang nulis gue, satu mahluk yang baru aja nyemplung di dunia fotografi, walaupun seneng foto dari jaman dahulu, tapi baru kesampaian menyalurkan hobby fotonya baru-baru ini aja!

Jadi, dijamin, perspektif gue tentang fotografi, atau ulasan gue tentang fotografi, akan sangat...."jijay"

So, Postingan kali ini, ada baiknya kita membahas tentang perubahan kharakter dari fotografi di Indonesia, terutama efek yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi kamera digital (alias kamera yang kaga pake rol film).



Sekedar menerawang ke masa lalu, jaman dahulu kala, kamera bukanlah suatu "benda" yang bisa dipegang, atau dimiliki oleh orang banyak. Soalnya, kamera itu sendiri harganya lumayan mahal, belum lagi filmnya, belum lagi nyucinya, belum lagi nyetaknya.....Waduh, dijamin, proses menghasilkan foto pada jaman baheula penuh dengan proses yang menyita waktu dan......uang! Belum lagi kalau ternyata, hasil fotonya tidak sesuai dengan harapan, misalnya, udah pasang tampang terbaik, eh, pas difoto, yang kejepret malah yang pas manyun, atawe merem, atau pas lagi ingusan, hadehhhhh, bakalan banyak sumpah serapah yang mengiringi  hasil akhir.



Iya sob, proses foto jaman dulu emang kaya gitu, insting dan skill si fotografer memang jadi penentu utama bagus tidaknya suatu foto. Beda jauh dengan fotografi sekarang, dimana kamera dengan sistem digital sudah menjadi perlengkapan utama. Roll film sudah digeser oleh memory card, insting sudah digantikan oleh display lcd, dan kepekaan dalam "menjebak" moment dalam bahasa shutter, sudah diganti dengan keleluasaan ruang dalam memory card. Fotografer bebas menekan shutter sebanyak mungkin, menangkap fragment dalam jumlah yang nyaris tanpa batas, sedangkan hasil foto bisa langsung dilihat, jika jelek atau tidak sesuai harapan, langsung di delete, dan foto lagi!



Lalu apakah skill fotografer sekarang levelnya kalah jika dibandingkan dengan fotografer jaman dahulu? Secara pribadi, saya akan menjawab......Tidak! Bagi saya, skill setiap fotografer dalam setiap masa tidak dapat diukur hanya dari hasil maupun proses saja, tetapi juga pada rasa dan kenikmatan yang didapatkan oleh mereka yang melihat hasil karya sang fotografer! Apapun alatnya, dimasa apapun, saya selalu menghargai setiap fotografer maupun obyek yang di "beku" kan dalam frame itu.Walaupun banyak beberapa orang yang "asal foto", namun, bagi saya, setiap fotografer yang berusaha yang terbaik untuk mengambil suatu foto, layak untuk diberi penghargaan!



Dan, kalau kita mau jeli, ketika kita membandingkan suatu karya foto dari "era" roll film dan "era" memory card, kita akan melihat, satu "aura" atau feel yang berbeda, yang mewakili setiap foto dari "era" nya. 

Aura ini yang ga bisa ditiru atau diduplikat dengan mudah. Contoh, coba deh ambil foto di suatu obyek kuno dan tidak berubah, seperti gedung atau candi. Lalu hasil fotonya diedit dan dipermak efek, sampe foto itu bener-bener kelihatan lawas atau juaadullll (dan ini ga terlalu sulit). Kemudian, kita cari foto dengan obyek yang sama,  yang bener-bener keluaran jadul, lalu bandingkan keduanya ! Jeger !!! Kalo kita perhatikan dengan seksama, dan kita selami masing-masing foto, akan terasa perbedaan "feel" alias aura yang menjiwai masing-masing foto tersebut. 

Jadi, Bagi saya, karya foto yang baik, bukan hanya diukur dari banyak atau sedikitnya apresiasi orang terhadap foto itu, Masih banyak faktor lain yang menjadi tolokukurnya! Yang pasti, bagaimana si fotografer bisa mendapat "kebahagiaan" dari karyanya.....itu yang penting!

So...terus berkarya...Sobat !






#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA 

















5 komentar:

  1. Hasil karya yang sangat menarik serta menambah wawasan! Dan juga foto-foto yang luar biasa....Great Job!

    BalasHapus
  2. Lumayan bagus....mantab lah mas ! Ditunggu karya lainnya...4 Jempol!

    BalasHapus
  3. Mantab.......Karya yang menarik, punya perspektif berbeda!

    BalasHapus
  4. Artikel yang menarik, menambah wawasan serta memberika bahan referensi baru
    #artikel bagus
    #fotografi
    #bagus

    BalasHapus