Rabu, 02 Mei 2018

FOTOGRAFI “ANTI MAINSTREAM”- FOTO TANPA WAJAH & OBYEK YANG MEMBELAKANGI KAMERA



Kemayoran, Jakarta, Senin, 2 Mei 2018

Selamat pagi, siang, sore, dan malam, sobat jepret semuanya. Kali ini saya akan membawakan artikel yang masih berkutat di fotografi, tetapi sengaja saya beri judul yang beraroma “mistisgrafi”. Hehehehe….Jangan khawatir ya sob, tenang aja, artikel ini bukan tentang artikel yang ber”bau” horror atawe serem ya. Memang judul artikelnya agak-agak mistis….”FOTO TANPA WAJAH & OBYEK YANG MEMBELAKANGI KAMERA”, tetapi ini murni menyangkut jepret menjepret ya sob, alias murni urusan fotografi, bukan urusan “dunia lain”.

Sebenarnya artikel ini sebagai reaksi kekaguman…kekaguman yang muncul karena adanya satu artikel yang buat saya….Isinya itu…….Gila!! Bukan gila dalam arti ga waras, tetapi gila dalam perspektif “Luar Biasa!”. 

Iya sob, memang gila!


Selama ini kita terlalu sering melihat foto atau teknik foto (yang ada obyek manusianya tentu), dimana si obyek, memandang ke arah kamera, atau paling tidak, tetap memperlihatkan sisi wajah dari si obyek. Jarang sekali kita melihat si obyek, tidak melihat kamera, menyembunyikan wajahnya, apalagi membelakangi/memunggungi kamera. Bahkan beberapa fotografer kawakan, dengan sangat tegas dan keras, meng”haram”kan metode pengambilan foto “tanpa wajah” tersebut. Beribu alasan dipakai untuk itu, mulai dari alasan yang konteksnya estetis, filosofis, bahkan ada alasan yang ber”atmosfer”….Egosentris!

Hahahahaha……Terserah sob, memang itu adalah pendapat yang tidak salah! Memang wajah memiliki banyak “kelebihan” jika kita mampu menangkapnya dalam frame. Bahkan, sebagian fotografer sampai menfokuskan pada wajah, dan membokehkan sebagian besar obyek dalam frame, demi menggiring focus kepada wajah (apa itu bokeh? bisa disimak disini dan disini). 

Lantas, apakah foto dengan membelakangi kamera itu salah? 

Oh….Jelas tidak, fotografi itu bukan eksakta, bukan ilmu pasti, bukan matematika dengan formula kesohornya, 2+2 = 4. Itu hanya berlaku di dunia eksakta, kalau di dunia fotografi, 2+2 belum tentu hasilnya 4. 

Memotret obyek manusia yang membelakangi kamera, bukanlah suatu hal yang “tabu”. Tergantung perspektifnya, tergantung maksud dan tujuan dari si pengusung foto tersebut. 

Buat saya pribadi, memotret manusia yang membelakangi kamera, atau menutupi wajahnya, kalau dikemas dalam bentuk, sentuhan, dan tema yang tepat, justru dapat memperkuat foto tersebut. 

Contohnya adalah foto dibawah ini, dalam foto ini, obyeknya malah membelakangi kamera, tetapi, pesan yang dibawa si obyek sangat jelas, dan sangat transparan! Si obyek dalam frame terlihat sedang berfikir untuk membeli alas kaki, entah apa yang dipikirkan, tetapi terlihat jelas dalam gestur atau Bahasa tubuh si obyek yang terekam dalam frame.



Atau foto dibawah ini, dalam foto ini, terlihat sepasang kekasih, memandangi kejauhan. Tidak Nampak wajah dari kedua orang yang menjadi obyek dalam foto ini. Tetapi pesan yang disampaikan melalui gestur, melalui bentuk “Bahasa” tubuh, terbaca jelas, bahwa keduanya sedang menikmati kebersamaan dengan saling diam! Merasakan kehadiran satu sama lain, dalam diam!



Dan foto dibawah yang berikut, memperlihatkan seorang pria, yang berjalan melintasi selasar. Foto tersebut sengaja tidak mengambil sudut pemotretan dari arah depan, melainkan dari arah belakang. Sehingga obyek dalam frame tersebut terlihat membelakangi kamera. Tetapi, dengan sudut pengambilan dari arah belakang, menjadikan pesan yang disampaikan oleh foto tersebut semakin kuat. Dengan memandang foto tersebut, kesan berjalan menjauh menyusuri koridor, dan terus bergerak menjauh, menjadi satu pesan yang mudah sekali ditangkap oleh siapapun yang melihat foto ini.



Dari tiga contoh tersebut, dapatlah ditarik satu benang merah, foto tersebut tetap dapat menyampaikan pesannya dengan jelas, walaupun foto-foto tersebut telah mendobrak beberapa aturan dasar fotografi. Justru foto itu akan kehilangan kemampuannya dalam menyuarakan pesannya, ketika sang obyek dalam foto, berbalik dan menghadap ke kamera!

Sob, terkadang, dalam dunia fotografi, ada kalanya kita harus tunduk pada aturan-aturan dasar, tetapi, ada kalanya juga kita harus “melepaskan” diri dari aturan tersebut, bukan karena aturan-aturan itu salah, namun, terkadang aturan itu malah membelenggu dan memberangus kreativitas kita.

Fotografi itu seni, memotret itu seni, dan bagi saya, seni itu adalah cita rasa, cita rasa yang muncul ketika kita menjalani, memahami, dan menikmati suatu karya dengan segenap hati dan jiwa…..dan cita rasa bukanlah eksakta!

Demikian sob, penjelasan saya tentang foto tanpa wajah ini. Oh ya, supaya jelas, darimana datangnya ide tentang artikel ini, sobat bisa baca di link ini, Cekidot ya sob!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar