Senin, 23 Januari 2023

Fotografi Seni (Fine Art Photography) – Sebuah Penjelasan yang Njelimet dan terbagi Menjadi Beberapa Tulisan – Coretan Bagian Kedua


Pesona Siang Hari
Kalimantan Selatan
trisoenoe.com

Marabahan, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Kalimantan, Senin, 23 Januari 2023

Apa kabar rekan-rekan Sobat jepret. Mohon ijin untuk menyambung tulisan saya sebelumnya yang mengulas tentang fotografi seni. Dan supaya Sobat tidak bingung, silahkan Sobat simak tulisan saya pada postingan sebelumnya yang berjudul: "Fotografi Seni (Fine Art Photography) – Sebuah Penjelasan yang Njelimet dan terbagi Menjadi Beberapa Tulisan – Tulisan Bagian Pertama". Tulisan ini adalah penuturan bagian kedua, silahkan disimak:

Setelah timbulnya keinginan, maka akan timbul pula sebuah tindakan (action) yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh seorang fotografer. Jika kesemua syarat ini terpenuhi, maka foto yang dihasilkan oleh seorang fotografer tersebut dapat dikatakan sukses sebagai media komunikasi.

Banyak buku dengan referensi berbeda menjelaskan mengenai fotografi seni ini. Diantaranya menuturkan bahwa Art photography yang menekankan kepada sebuah bidikan di dalam fotografi diakui sebagai sebuah seni. Yang akan memberikan sebuah persepsi dan emosi hati dari seorang fotografer dan dapat membagikan karya tersebut ke khalayak ramai. 

Pesona Senja Kalimantan Selatan
trisoenoe.com

Sejarah Fotografi Seni (History The Art of Photography)


Pada akhir abad ke-10 Masehi, Ibnu al-Haitham bersama dengan Kamaluddin al-Farisi berhasil menemukan prinsip-prinsip dasar pembuatan kamera dan menerapkannya dalam sebuah kamera kotak yang bernama Obscura. Kemudian kamera Obscura ini pun mulai diperkenalkan secara luas di Barat oleh Cardano Geronimo pada abad ke-16 Masehi dengan mengganti lubang bidik pada kamera dengan lensa. Tahun 1665, disusunlah kamera berukuran kecil yang fungsinya hampir sama seperti kamera Obscura.

Pada masa ini, perkembangan fotografi hanya berpusat pada pengembangan sistem kamera itu sendiri. Sedangkan hasil dari kamera, yang berupa gambar foto, fungsinya sebagai perekam suatu benda atau peristiwa tanpa dianggap sebagai suatu karya seni visual layaknya lukisan ataupun arca pada masa itu. Artis-artis visual berpendapat bahwa gambar foto yang dihasilkan oleh kamera bukan dengan kemahiran tangan fotografer, melainkan karena kecanggihan dari kamera itu sendiri. Oleh karena itulah mereka tidak bisa menerima kenyataan bahwa gambar foto merupakan suatu karya seni.

Siang Hari - Kalimantan Selatan
trisoenoe.com

Namun, pada akhir tahun 1860an, muncul istilah aliran pictorialism yang diperkenalkan oleh Henry Peach Robinson, penulis asal Inggris, dalam bukunya yang berjudul Pictorial Effect in Pho
tography (1869). Dan Alfred Stieglitz adalah tokoh yang berjasa dalam memperjuangkan aliran ini demi diakuinya fotografi sebagai karya seni pada abad ke-20. Aliran pictorialism merupakan aliran dalam fotografi yang menekankan keindahan dari subjek, nada, dan komposisi daripada dokumentasi suatu realitas. Teknik fotografi yang digunakan dalam aliran ini diantaranya sengaja mengkaburkan fokus, menggunakan filter untuk kesan tertentu, membuat cetakan nada warna sepia dan memanipulasi foto di dalam ruang gelap agar foto yang dihasilkan menyerupai karya lukisan.

Terdapat pro dan kontra atas munculnya genre pictorialism ini. Sebagai pihak yang kontra, Adams Ansel beserta beberapa fotografer lainnya, yaitu Mogen Cunningham, John Paul Edwards, Preston Holder, Consuelo Kanaga, Alma Lavenson, Sonya Noskowiak, Henry Swift, Willard Van Dyke, Brett Weston, and Edward Weston, kemudian mendirikan satu perkumpulan yang diberi nama "Group f/64" yang resmi diumumkan pada tanggal 15 November 1932 di depan museum peringatan M. H. de Young, San Fransisco. Nama unik perkumpulan ini diambil dari ukuran aperture yang dapat memberikan fokus pada gambar foto yang paling tajam, sesuai dengan unsur terpenting dalam pekerjaan anggota kelompok ini yaitu membuat gambar foto dengan kualitas ketajaman gambar yang terbaik. Perkumpulan ini mengatakan bahwa aliran pictorialism tidaklah menunjukkan identitas fotografi yang sesungguhnya. Maka dari itu, mereka terus memperjuangkan aliran straight photography yang mencoba untuk menggambarkan sebuah adegan secara lebih realistis dan objektif sesuai dengan yang ditampilkan oleh medium dan menolak adanya penggunaan manipulasi.

Demikianlah Sobat jepret dimanapun Sobat berada, ocehan bagian kedua, dan saya akan meneruskan penderitaan Sobat dengan artikel selanjutnya, yang berjudul: "Fotografi Seni (Fine Art Photography) – Sebuah Penjelasan yang Njelimet dan terbagi Menjadi Beberapa Tulisan – Ocehan Bagian Ketiga", semoga Sobat Jepret dimanapun bisa turut bersedih bersama saya.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis oleh: Tuntas Trisunu

Sumber:

Laman Fotografiana
Judul artikel: FOTO SENI ( FINE ART PHOTOGRAPHY )
Oleh: Greria Tensa. N dan Utari Ambarwaty

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar