Kamis, 26 April 2018

TIPS FOTOGRAFI-MEMBANGUN KONSEP VISUAL SENDIRI, MENCIPTAKAN “JATI DIRI” SENDIRI


Kemayoran, Jakarta, Kamis, 26 April 2018

Artikel kali ini, terinspirasi oleh tulisan salah satu fotografer kawakan alias “kelas berat”, yang karyanya menurut saya….Luar biasa! Si fotografer itu bernama “Deniek G. Sukarya”. Karya-karyanya bukan hanya dikenal dan diakui dalam lingkup Indonesia, tetapi juga internasional. 


Master  Deniek G. Sukarya  ini tidak hanya menyajikan karya-karya fotografi dari sisi praktisi, namun juga menjabarkannya dan “menelanjanginya” dalam perspektif filosofis dan definisi. Disaat banyak bermunculan fotografer-fotografer “kagetan” (contohnya, ya saya sendiri, hehehehe...baca artikel saya tentang "bukan fotografer"), beliau dengan teguh dan konsisten memposisikan dirinya sebagai  fotografer yang “sejati”, fotografer yang memang menguasai bidangnya, menguasai karena mencintai, bukan karena keharusan atau keterpaksaan profesi!

Saya termasuk yang mengagumi sosok beliau, walaupun belum pernah bertemu secara langsung, saya banyak belajar dari beliau melalui buku-bukunya, dari karya-karya fotografinya. Ketika saya melihat karya-karyanya, membaca tulisan-tulisan beliau, sedikit banyak saya bisa menangkap dan mengenali “pribadi” beliau yang terekam dalam karya foto maupun tulisannya. 

Memang, Konsep visual seorang fotografer, akan sangat mudah dikenali melalui karyanya, itu sudah seperti identitas dan sidik jiwa (baca artikel saya "FOTOGRAFI - IDENTITAS FOTOGRAFER, SIDIK "JIWA" DALAM KARYA FOTONYA !" dalam blog ini).

Nah, mengenai konsep visual, yang merupakan jati diri dari seorang fotografer, saya sangat menyetujui pandangan dari saudara Deniek G. Sukarya tentang konsep ini. Dalam sebuah artikel yang berjudul “Membangun konsep visual sendiri “ yang beliau tuang dalam bukunya yang berjudul “Kiat Sukses Deniek G. Sukarya”, secara implisit, beliau menyatakan adanya kesamaan atau  satu kesatuan antara konsep dan style dari seorang fotografer. Supaya apa yang beliau tulis dapat kita pahami dengan menyeluruh, ada baiknya tulisan beliau saya kutipkan disini secara penuh. Demikian penuturan beliau:

“Setiap orang dari kita tanpa terkecuali memiliki cara melihat yang unik. Belajar melihat sesuai dengan kata hati kita dalah langkah penting pertama untuk mencapai sukses dalam fotografi. Kita semua mungkin sedang melihat sebuah kursi tua yang teronggok disebuah pojok kamar yang sunyi. Tapi, gejolak emosi, reaksi sesaat dan interpretasi atas apa yang sedang kita lihat hampir pasti akan berbeda-beda diantara setiap individu yang ada di sana sesuai dengan pengalaman masa lalu dari masing-masing individu.


Bagi yang memiliki pengalaman positif, pasti akan melihat gambaran yang tegar dimana dia akan melihat betapa kokohya kursi itu berdiri di sana selama bertahun-tahun tanpa mengeluh, tanpa penyesalan. Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki pengalaman sedih, akan mengintepretasikan kondisi itu sesuai dengan pengalamannya-kasihan benar kursi ini dicampakkan begitu saja sendirian di sana tanpa ada yang peduli. 


Dengan dua pandangan yang berbeda ini, sudah pasti akan lahir dua pendekatan fotografi dengan konsep visual yang berbeda. Yang berpandangan positif akan berusaha untuk menggambarkan ketegaran itu dengan mengambil foto dari dekat, dengan sudut pengambilan yang agak rendah, sehingga potret kursi itu tampil dominan dan berwibawa. Yang berpandangan sedih akan mengambil foto itu dari kejauhan dengan menempatkan kursi itu pada pojok  kelam dan didominasi oleh ruang kosong yang sunyi. 

Reaksi pribadi yang unik inilah yang akan membantu kita untuk menciptakan konsep visual yang unik berdasarkan intrepetasi pribadi kita masing-masing. Dan bila intepretasi pribadi ini diterapkan pada setiap kondisi pemotretan yang dihadapi, kita semua pasti berhasil menciptakan karya foto yang unik dan bermakna.

Ini jugalah yang akan memberikan ciri khas pada karya cipta fotografi kita masing-masing, yang setelah dikembangkan lebih dalam, akan membentuk ciri khas yang konsisten, yang disebut sebagai “style”.

Luar biasa! Beliau mampu menjabarkan secara singkat namun lugas, tentang apa sebenarnya yang membentuk karya fotografi dari seorang fotografer. Saya, dari lubuk hati yang paling dalam, sangat sependapat dengan intisari tulisan ini, kepribadian seorang fotografer menjadi faktor dominan yang membentuk karya-karyanya. Karya foto itu seperti cerminan dari ke “aku” an sang fotografer itu sendiri. 

Tak salah rasanya kalau saya punya persepsi seperti ini : “Ketika seorang fotografer memotret suatu obyek, yang sebenarnya dia lakukan adalah…memotret dirinya sendiri!”

Sejuta salam untuk sobat jepret semuanya, teruslah berkarya, teruslah menciptakan ciri khas yang menjadi ke “aku”an dan kesejatian dari jiwa sobat yang hakiki.

1 komentar: