Kamis, 10 Februari 2022

Hadiah Rp. 165.724.500? (Khayalan dan Obrolan Tak Jelas dari Enam Orang Fotografer yang Sudah Tak Punya Kamera) Episode Penghabisan


Pedagang Barang Loak
Pasar Kebayoran lama
trisoenoe.com

Ciledug, Tangerang Kota, Banten, Selasa, 10 Februari 2022

Salam jumpa lagi Sobat? Apa kabar? Sama seperti yang sudah saya janjikan tempo hari, saya akan sambung artikel yang sudah saya posting sebelumnya, dan artikel ini adalah artikel penghabisan dari lima episode, dan merupakan sambungan dari artikel sebelumnya (Hadiah Rp. 165.724.500? (Khayalan dan Obrolan Tak Jelas dari Enam Orang Fotografer yang Sudah Tak Punya Kamera) Episode Keempat), dan inilah artikelnya:

"Dan rencana Saudara bagaimana, Bung Petot?" tanyaku untuk mengalihkan suasana.

"Aku? Aku cuma butuh kamera sekarang. Kamera yang bagus kwalitetnya, des perlengkapannya. Itu harganya lima puluh juta lebih yang baru, yang bekas cuma empat puluh juta. Jadi masih ada lebihnya kira-kira seratus juta lebih. Itu akan aku sewa tempat dan belikan buku-buku serta printilan properti foto.

"Buku apa yang akan Bung beli dengan uang sebanyak itu?" tanyaku. Petot tersenyum sambil memandangi saya.

"Banyak sekali yang harus kubeli Om, barangkali delapan losbak pun belum cukup."

"O, Bung mau jualan buku?" tanyaku lagi. Petot mendelik.

"Untuk perpustakaan sendiri, Om!" dijelaskan Petot dengan jengkel. 

"Tapi mana ada waktu untuk membaca itu, kalau Bung kebanyakan ada di warung ini?" tanyaku lagi, langsung membayangkan bagaimana rupa tumpukan buku sebanyak delapan losbak itu.

"Buat apa aku duduk di rumah kalau tak ada buku yang bisa dibaca. Kan lebih baik duduk-duduk di sini?" kata Petot.

"O, jadi duduk di warung kopi sama dengan duduk di rumah sambil membaca buku?" tanyaku, dengan maksud main-main saja. Tapi Petot jadi marah.

Foto Siluet
trisoenoe.com

"Aku datang ke warung kopi untuk mencari inspirasi, bukan seperti si om, bocah tua yang isi kepalanya penuh dengan rutinitas buruh saja!" katanya agak keras. Aduh, bukan main tak enak rasanya di ulu-hati. Untunglah pada saat itu datang seorang kawan lain sehingga suasana mendadak jadi berubah. Kawan itu membawa sesuatu dari kawan lainnya untuk Bedul. Kami semua menanti apa yang dititipkan kawan tersebut untuk Bedul. Dan dengan berbareng mata kami semua melotot, karena kawan kami tadi meletakkan uang sebanyak 5 juta perak di atas meja. Itulah titipan untuk Bedul. Cepat tangan Bedul menyambar uang, langsung masuk ke dalam saku dan ia segera berdiri.

"Bedul, tolonglah aku. Perlu betul untuk tutup kasbon warung makan," kata Petot. Kontan Bedul menggeleng.

"Aku sajalah Bedul, ada perlu sedikit untuk...."

"Maaf kawan-kawan, uang ini sudah pas betul, tak boleh dikurangi lagi. Apa yang mau aku kasih tebus itu sudah pas benar sebegini," jawab Bedul.

"Minum kopi dan gorengan sajalah, Bedul!" Seru Mat Jidat dan Kuncung serempak.

"Maaf, aku tak bisa." sambung si Bedul lirih.

"Apa sih yang akan kau beli?" tanya Mas Keling.

"Bukan beli, aku mau bayar tunggakan cicilan motor!" jawab Bedul perlahan. Kami berpandang-pandangan semua.

"Bayar cicilan untuk tunggakan motor, Bedul?" tanyaku kemudian. Bedul tak menjawab, ia tetap di sana. Sesaat kemudian berlalulah ia.

Kemudian hari saya baru paham. Si Bedul rupanya ada ambil cicilan motor untuk dia kerja. 

Dia mau ambil kerja ojek online....."Untuk menyambung hidup" tuturnya di saat aku bertemu dengannya di warung kopi pengkolan.

Usai sudah kemerdekaannya sebagai seorang seniman.

Bunga!
Komposisi Segi Tiga
trisoenoe.com


Catatan:

Artikel lima episode ini saya tulis dalam kondisi yang serba tak pasti dan sulit. Sudah hampir dua tahun negeri ini dihantam oleh badai covid-19. Dampaknya luar biasa, bagi banyak orang, dan termasuk juga saya. Di masa pendemi ini saya mengalami banyak sekali cobaan. 

Di bulan Februari 2021, saya terkonfirmasi Covid-19, sehingga harus menjalani isolasi mandiri di rumah. Pada saat isolasi itu juga, saya mendapat pemberitahuan bahwa kontrak kerja saya di-cut, alias diberhentikan dan resmi menjadi pengangguran pada Mei 2021.

Seakan masih belum cukup, saya harus mengalami cobaan selanjutnya. Pada pertengahan Juni 2021, saya kembali terpapar dan terkena Covid. Kali ini, yang menghantam adalah varian Delta. Saya terpapar pada saat saya sedang merawat ayah dan ibu yang pada saat itu juga sedang berjuang melawan covid. 

Tepat pada tanggal 8 Juli 2021, sekitar dzuhur, ayah saya meninggal dunia setelah 5 hari berjuang melawan sakit. 

Foto ayah saya
Alm. Soenarto bin Sukur

Dan cobaan yang harus saya pikul ternyata masih belum usai. 

Hingga saat ini, saya masih belum mendapat pekerjaan.

Foto ayah saya
Alm. Soenarto bin Sukur


Entah apa yang akan terjadi esok.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar