Selasa, 08 Februari 2022

Hadiah Rp. 165.724.500? (Khayalan dan Obrolan Tak Jelas dari Enam Orang Fotografer yang Sudah Tak Punya Kamera) Episode Keempat


Street Photography - Ekspresi Wajah
trisoenoe.com

Ciledug, Tangerang Kota, Banten, Selasa, 8 Februari 2022

Apa kabar Sobat? Sama seperti yang sudah saya janjikan tempo hari, saya akan sambung artikelnya, dan artikel ini adalah artikel lanjutan dari artikel ketiga (Hadiah Rp. 165.724.500? (Khayalan dan Obrolan Tak Jelas dari Enam Orang Fotografer yang Sudah Tak Punya Kamera) Episode Ketiga), dan inilah artikelnya:

"Dan si om sendiri gimana om?" tanya Mas Keling tiba-tiba kepadaku. Tentu saja kontan saya jadi kaget tak karuan. Mana saya bisa membuat rencana yang aneh-aneh, padahal saya bukanlah fotografer yang tulen, apalagi seniman.

"Awas jangan curang om! Om yang kasih kita orang soal hadiah tadi, sekarang om sendiri yang tak mau memberi rencana apa-apa!" Sindir Mas Keling sinis.

"Betul Saya tak punya rencana apa-apa," jawabku sedikit panik.

"Masak tak ada yang akan om lakukan kalau sekarang ini si om dapat uang sebanyak seratus enam puluh lima juta lebih?" Sahut Mas Keling lagi.

"Ya, tentu saja ada," jawabku kemudian.

"Apa?"

"Saya akan... kasih tutup cicilan motor, sisanya beli beras dan lain-lain untuk keperluan hidup." Jawabanku itu terputus di sana saja, karena semua kontan jadi terpingkal-pingkal. Kalau kita melucu dan orang yang mendengarnya tertawa, enak dan puaslah hati. Tapi kalau kita ngomong sungguh-sungguh dan orang menertawai, bukan main pedih rasanya. Mereka terus juga tertawa, sebentar-bentar berhenti, tapi kalau terpandang lagi saya, mereka mulai lagi terpingkal-pingkal. Aduh, panas betul hati saya dibikinnya.

"Saya kan sudah bilang bahwa saya tak punya rencana  apa-apa," jawabku.

"Tapi masih banyak kan yang bisa dibeli kecuali yang untuk bayar tunggakan cicilan, dan tetek-bengek itu?" kata Petot.

"Yang sedang saya butuhkan sekarang adalah bayar tunggakan cicilan, masak saya harus membeli gerobak mie ayam?" jawabku mulai dongkol.

"Si om rupanya terlalu banyak kena hutang cicilan ya om," kata Burhan.

"Bukan soal itu," sela Mas Keling. "Si om ini kurang bisa atur uang. Cobalah bayangkan, sudah setua ini masih juga beli barang pakai cicilan.

"Kondisi dompet lain orang tentu lain pula, dong," jawabku. "Kalau kalian suka jeprat-jepret dan hidup bohemian dan slebor tanpa kerja, itu tak aneh sama sekali. Kalau kalian cukup senang dengan hidup tanpa ada pemasukan yang pasti, dan saya tak merasa aneh. Mengapa aneh kalau saya ingin punya sesuatu dengan cara cicil? Saya sedari dulu ingin punya motor untuk bantu saya kerja. Kalau saya beli kontan, tentu tak akan kena, selalunya uang saya kurang. Beli motor bekas juga tak bisa, karena saya tak paham mesin, takut kena tipu. Jadi, apa salahnya kalau saya ada cicil motor untuk kerja," jawabku. 

Gelembung Sabun
(Komposisi Abstrak Hitam-Putih)
trisoenoe.com

"Betul juga," kata Petot.

"Tapi aku setuju menilai si om kurang bisa menikmati hidup, seperti kata Mas Keling. Soalnya, si om memang sedari lahir dilatih untuk jadi buruh sejati. Kasihan si Om," kata Bedul.

"Tak usah kasihan kepada saya!" kataku tegas.

"Bagaimana aku tak kan kasihan kalau si om, kawan kami, sudah setua ini masih saja hidup menghamba menjadi buruh, masih saja jadi bawahan majikan.....Tidak merdeka," jawab Bedul.

"Memang si om sangat menimbulkan kesedihan dan kasihan kami saja," sambung Panjul.

"Tapi si om masih bisa mengubah solah si om itu kalau si om mau. Seringlah ikuti gerak-gerik dan cara hidup kami," kata Mat Jidat pula.

"Baiklah, terimakasih," jawabku. Dan yang lain kulihat membuang muka, menyembunyikan senyumnya.

Kulit Pohon
(Komposisi Abstrak Hitam-Putih)
trisoenoe.com

Dalam hati, aku dongkol juga. Mereka bisa enteng berucap, karena memang mereka tak ada yang punya tanggung jawab seperti saya. Mereka hanya ada tanggungan hidup diri mereka sendiri alias bujangan, tanpa keluarga, tanpa anak istri. Wajar saja kalau mereka menganggap lucu dan juga remeh, kalau aku harus cicil motor untuk kerja. 

Sial betul saya hari ini...maki saya dalam hati.

Dan seperti yang sebelumnya, artikel ini bersambung ke episode keempat, dengan judul: "Hadiah Rp. 165.724.500? (Khayalan dan Obrolan Tak Jelas dari Enam Orang Fotografer yang Sudah Tak Punya Kamera) Episode Kelima"

Artikel ini diadaptasi dan ditulis oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar