Minggu, 06 Februari 2022

Hadiah Rp. 165.724.500? (Khayalan dan Obrolan Tak Jelas dari Enam Orang Fotografer yang Sudah Tak Punya Kamera) Episode Ketiga


Sekumpulan Fotografer sedang memotret!
trisoenoe.com

Ciledug, Tangerang Kota, Banten, Minggu, 6 Februari 2022

Apa kabar Sobat? Mohon maaf karena saya terlalu lama menyambung cerita ini. Seperti yang sudah saya janjikan tempo hari, saya akan sambung artikelnya, dan artikel ini adalah artikel lanjutan dari artikel kedua (Hadiah Rp. 165.724.500? (Khayalan dan Obrolan Tak Jelas dari Enam Orang Fotografer yang Sudah Tak Punya Kamera) Episode Kedua), dan inilah artikelnya:

"Itu mah ide gila namanya. Apakah kau kira orang orang kasih bikin galeri itu cuma asal-asalan saja? Pasti masing masing model galeri itu ada filosofinya, bukan seperti ide kau itu. Masak orang bikin pameran foto di dalam labirin?" bantah Kuncung, seorang fotografer muda.
    
"Masing-masing berhak punya ide sendiri-sendiri, kan?" kata Bedul yang tampak agak tersinggung mendengar ucapan Kuncung.
    
"Ya, tapi ide merdeka bukan berarti ide gila-gilaan," jawab Kuncung tenang pula. Bedul jadi melotot. Untunglah Petot cepat menengahi.
    
"Tentu saja kalian akan berlain-lainan pendapat tentang ide itu, karena kalian pun berlain-lainan pula lapangannya," kata Petot, fotografer muda yang punya idealisme dalam aliran fotografi analog. "Kalau aku umpamanya yang mendapat hadiah sebesar itu, lain pula yang akan kubikin. Lebih dulu akan kubeli ratusan rol film, bingkai-bingkai yang bagus, dan pernak-pernik, dan kucari sebuah kamar yang sederhana saja untuk dijadikan sebuah studio sekaligus galeri. Kalian boleh main-main ke studioku dan menikmati foto-foto dalam arti foto yang sebenarnya, yang pasti akan banyak bergantungan di sana. Aku punya banyak ide dan objek yang sangat ingin kuabadikan dalam potret dengan rol dan kertas foto, tapi aku tak berdaya karena tak ada alatnya dan tak ada uang."
    
"Dengan kamera digital lalu di print di atas kertas saja apa tak bisa?"
    
"Bukan tak bisa, tapi aku tak mau. Aku hanya mau memotret dalam rol film, dan mencetaknya di kertas foto," jawab Karman tegas. "Atau lebih baik aku diam saja...."
    
"Memang lebih baik kau diam saja," potong Panjul cepat.
    
"Kalau aku," kata Panjul kemudian, "kalau aku yang dapat hadiah itu... aku akan buat sesi foto dengan konsep yang aku rancang sendiri. Konsepnya akan aku buat dalam sesi foto kontemporer yang dikawinkan dengan filosofi abstrak, dengan berbagai properti yang kontemporer dan sekaligus abstrak. Aku rela mengorbankan uang itu seluruhnya untuk sesi foto tersebut. Dan kalau akhirnya ternyata aku berhasil dengan sesi foto itu, kau tahu apa yang bakal aku bikin? Satu tempat khusus untuk para penikmat fotografi yang sejalan! Dalam lapangan kesusastraan, orang sudah mengumpulkan arsip-arsip dengan lengkapnya. Tapi dalam lapangan fotografi, mana? Akulah orang yang akan berkorban untuk itu."

Dua seniman di selasar Blok-M
trisoenoe.com

Mas Keling tersenyum saja mendengar kata-kata Panjul yang sangat idealis itu. Panjul melirik ke arah Mas Keling dengan lirikan tak enak.
    
"Dan apa yang akan kau lakukan kalau dapat hadiah itu, Mas Keling?" tanya Panjul. Mas Keling adalah seorang fotografer (paling tidak, itu yang dia katakan kepada kami selama ini, walaupun dia sangat jarang sekali ikutan sesi potret, atau hunting foto, atau memamerkan hasil fotonya selama ini).
    
"Aku," jawabnya tenang pakai  gaya yang lucu, "yang paling pertama akan kulakukan dengan uang itu ialah... makan sepuas puasnya dan rokok ditambah kopi. Sudah terang seluruh lauk di warung nasi padang “Minang Sepakat” kuletakkan di atas meja dan kita makan bersama." Semua kawan kontan tertawa seperti mereka sudah mulai bisa merasakan sedapnya bermacam hidangan itu. Senang benar semuanya.
    
"Tentu aku boleh turut makan, Mas?" tanya Mat Jidat, seorang fotografer pemula juga.
    
"Tentu, tentu," jawab Mas Keling kontan, "kalau kurang makanannya kita tambah lagi. Makanlah sampai kenyang betul, atau jangan makan sama sekali. Sudah itu, kita hitung bersama-sama sisa uang itu. Aku hanya butuh uang untuk bayar kosan dan bayar bon warung rokok. Lebihnya, lebihnya kita pakai untuk senang-senang. Puaskan hidup ini...!!!" kata Mas Keling di dalam gaya seorang aktor tulen, dan sekalian kawan-kawan jadi segar sekali mendengar penjelasannya. Sementara kawan-kawan tertawa keenakan, kuingat-ingat tinggal Petot seorang saja yang belum mengemukakan rencananya kalau hadiah itu ia yang dapat.


Artikel ini diadaptasi dan ditulis oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar