Sobat merasa kehilangan gairah untuk fotografi alias memotret? Simak lima nasehat berikut untuk membantu Sobat kembali semangat untuk jeprat-jepret.
Kedengarannya aneh, tetapi pastinya kalau Sobat mengambil foto untuk kesukaan, Sobat pasti banyak senang dan menikmatinya? (Kalau saja selalu seperti itu...Sayangnya tak selalu seperti itu)
Dengan semua harapan, keinginan dan tekanan pas saat mengambil foto, bahkan saat Sobat hanya mengambil foto untuk bersenang-senang, foto-foto itu dapat dengan cepat mulai jadi beban pikiran. Begitu besarnya sehingga pada akhirnya, Sobat bisa jadi tidak mendapatkan kesenangan sama sekali pada saat memotret.
Di bawah ini Sobat akan menemukan beberapa jurus alias calon solusi, yang saya ambil dari pengalaman saya sendiri, tentang bagaimana Sobat bisa dapat terus menikmati memotret, bahkan saat semuanya mulai terasa terlalu berat, dan tidak peduli apa pun yang terjadi dalam hidup Sobat:
Di Suatu Tempat di Bali - Vintage Photography
trisoenoe.com
1. Memotretlah untuk diri sendiri, bukan untuk di "suka" atau di ”apresiasi” oleh orang lain
trisoenoe.com
Kita semua tahu betapa cepat dan mudahnya media sosial mencampuri hidup kita. Hal ini khususnya berlaku bagi para fotografer, yang menggunakan media sosial sebagai galeri untuk memamerkan foto-foto mereka.
Banyak fotografer kenalan saya yang saya ajak ngobrol dan aktif di media sosial mendapati diri mereka terjerumus dalam lingkaran setan fotografi, yaitu mereka hanya akan memotret subjek atau tempat atau apapun hanya untuk mendapatkan "like" pada saat mengunggah foto, meskipun itu adalah jenis fotografi atau subjek yang sebenarnya sama sekali tidak mereka sukai. Dan jujur, hal ini adalah hal yang menyedihkan sekaligus sangat menyiksa bagi seorang fotografer.
Saran terbaik yang dapat saya berikan kepada Sobat adalah; jangan pernah menganggap jumlah like atau komentar di media sosial sebagai semacam barometer seberapa hebat Sobat sebagai fotografer; itu sama sekali tidak penting. Jadi, potretlah apa yang Sobat suka, dan unggah apa pun yang Sobat inginkan, dan jangan biarkan orang lain mendikte apa yang harus Sobat potret. Hal yang sama juga berlaku di dunia nyata, jangan pernah memotret hanya untuk menyenangkan orang lain, memotretlah untuk membahagiakan diri sendiri, itu saja.
Kesimpulan dari point ini adalah:
"...Jangan menganggap jumlah like atau komentar di media sosial sebagai barometer untuk mengukur seberapa hebat Sobat sebagai fotografer; itu tidak penting!"
Berpose Bersama
(Classic Photography)
trisoenoe.com
2. Beristirahatlah ketika diperlukan; tidak peduli seberapa lama atau seberapa teratur istirahat tersebut
(Classic Photography)
trisoenoe.com
Hanya karena Sobat seorang fotografer, bukan berarti Sobat harus membawa kamera terus-menerus sepanjang waktu, itu akan membuat Sobat gila sendiri (atau paling tidak, Sobat akan dicap sebagai orang gila). Memaksakan diri Sobat untuk memotret sepanjang hari, setiap hari, atau memberi tekanan pada diri sendiri untuk mengambil foto yang terbaik setiap saat, akan dengan cepat menghilangkan semua kesenangan dari memotret itu sendiri. Ingat, jika Sobat melewatkan kesempatan foto yang bagus, kesempatan lain akan datang lagi nanti. Dan satu hal yang harus Sobat ingat…Memotret itu dengan hati, bukan dengan kamera!
Terlalu banyak menuntut diri sendiri lama-kelamaan akan menjadi beban, dan mengambil jeda secara berkala dari hobi fotografi Sobat justru sangat bermanfaat. Cobalah sesekali untuk memotret menggunakan “rasa” dari panca Indera dan bukan dengan kamera. Dan ketika dirasa segala sesuatunya sudah pas (termasuk cuaca, suasana hati, kondisi dompet, dan lain sebagainya), pergi dan bawalah kamera. Sobat akan lebih menghargai waktu saat Sobat berada di luar sana dengan kamera, Sobat akan melihat peluang baru untuk foto yang bagus dengan perspektif yang lebih sejuk, dan pikiran yang jernih juga akan membuat Sobat tetap fokus pada tujuan dan sasaran fotografi Sobat.
Kesimpulan dari point nomor dua ini adalah:
"memaksakan diri Sobat untuk terus memotret sepanjang hari, setiap hari, atau memberi tekanan pada diri Sobat untuk mendapatkan foto yang terbaik setiap kali memotret, akan dengan cepat menghilangkan semua kesenangan dari memotret itu sendiri!"
Itulah Sobat, penjelasan yang tak jelas tentang lima langkah untuk membangkitkan gairah memotret bagian pertama. Dan penjabaran ini akan saya teruskan ke bagian yang kedua, dengan judul: “Lima Langkah untuk Membangkitkan Gairah Memotret (Penjelasan Bagian Kedua)”, semoga Sobat boleh dapat senang saat membacanya.
Tetap sehat, tetap semangat, dan seperti ucapan Patrick Star; "Jangan mau dibodohi oleh gengsi, hiduplah dengan versimu sendiri."
Salam jepret selalu.
Artikel ini diadaptasi dan ditulis ulang oleh: Tuntas Trisunu