Selasa, 20 Oktober 2020

Genre Fotografi; Suatu Pilihan, Ataukah Ikut Aturan?



Ciledug, Tangerang Kota, Banten, Selasa, 20 Oktober 2020

(Ini cerita yang saya bagi jadi dua bagian, supaya Sobat tak bosan membacanya!)

Selamat pagi, siang, malam, kepada seluruh sobat jepret semuanya? Semoga hanya keindahan dan kebahagiaan semata yang mengisi hari sobat jepret semuanya.

kembali, postingan kali ini akan membahas tentang fotografi. Bukan tips atau trik yang dibahas, tetapi lebih kepada...."Pilihan"!

Ya...benar....pilihan!

Wah, pilihan apa? Memilih apa?

Hehehehehe, sabar sob, dalam postingan ini akan dijabarkan secara panjang lebar, tentang apa sih pilihan yang saya maksud!

So, tanpa berpanjang dan berlebar, inilah postingan saya tentang apa itu pilihan, cekidot ya sob!

Beberapa tahun belakangan, dengan semakin maraknya teknologi kamera, secara kasat mata, pergerakan fotografi juga semakin masif, semakin berkembang, dan juga semakin beragam dan juga gila-gilaan! Kalau dahulu, karya fotografi hanya dinikmati oleh kalangan terbatas, maka sekarang......tidak lagi!


Secara umum, pesatnya perkembangan dunia fotografi ditunjang oleh 2 hal :

1. Pesatnya perkembangan teknologi fotografi (terutama kamera), mengakibatkan meluasnya penggunaan kamera. Foto-foto alias jeprat-jepret tak lagi terkendala oleh rol film. Rol film telah digeser dan digantikan oleh memori card, dengan kapasitas yang juga semakin besar.

Kalau dulu, semasa jaman rol film, orang akan berfikir seribu kali sebelum menekan tombol shutter, karena sadar konsekuensi yang akan timbul, dalam hal biaya tentunya. Tidak main-main, setiap film nantinya harus dicuci, dicetak, dan lain-lain, yang semuanya itu ujung-ujungnya adalah fulus alias duit. 

Belum lagi kalau ternyata, setelah selesai foto, dan foto diproses, klise ataupun cetak, ternyata tidak ada satupun foto yang dijepret hasilnya bagus! Waduh, kiamat dah! Harus ulang lagi, beli rol film lagi, jepret lagi, dan proses lagi.....Astaga...Bisa bangkrut.

Itu kalau dihitung hanya dari sisi uang saja, gimana kalau ternyata momentnya itu adalah moment yang sangat penting dan tak bisa terulang, pernikahan misalnya, atau wisuda, dan lain sebagainya. Apa iya, kalau foto pernikahan itu hasilnya jelek, terus harus diulang lagi nikahnya, biar bisa difoto lagi? Hehehehehe....ga mungkin banget kan sob!

Itulah sebabnya, pada jaman dahulu, sewaktu rol film hanya satu-satunya sarana menyimpan foto dalam fotografi, boleh dibilang, pose itu hampir seragam, alias hampir sama. dan teknik juga hampir seragam. Obyek semuanya melihat ke arah kamera, pasang tampang senyum, sebisa mungkin diam alias tidak bergerak, dus lampu blitz pasti terpasang dan menyala apapun kondisi cahayanya. 

Dan yang paling sering kita temukan saat foto adalah, moment dimana si fotografer menjerit-jerit ke arah yang orang difoto....(dibaca: "orang-orang alias banyak orang....hahahahaha).

"siap ya....atu.....dua......ti.....Bilang Trasi!!...(terus dijepret deh, dan gara-gara bilang "trasi", jadi ada efek senyum tuh)!!!!"


Hehehehehe...makanya sob, kalau kita melihat foto yang produk jaman roll film, duh...auranya....beda dengan sekarang! Jarang banget ada gaya yang aneh alias nyeleneh, jarang ada pose yang sifatnya spontan, atau gaya yang sifatnya, eksperimental atawe coba-coba. kalaupun ada, maka foto-foto tersebut didominasi oleh fotografer-fotografer tajir, atau fotografer majalah, dan lain-lain. Pokoke, yang punya modal deh!

Nah, foto jaman itu, biasanya, yang namanya aturan dasar fotografi, benar-benar dipakai secara total dan membabi buta (yah, memang tidak semua fotografer, tetapi sebagian besar). Namanya foto backlight, itu terlarang banget, bahkan bisa digolongkan ke teritorial haram! Tapi ada aturan yang jarang digunakan, yaitu Aturan Segitiga (rule of third) biasanya jarang dipakai, terutama kalau motret obyek yang ada orangnya! Aturan yang dipakai adalah, "all object are inside the frame", alias, semua orang kudu muat di dalam frame!...hahahahaha

Nah, kalau sekarang, beda banget!


Kamera bukan lagi sesuatu yang "amazing" seperti jaman dulu, setiap hp pinter pasti ada kameranya, mulai dari yang resolusinya ala kadarnya, sampai yang "ruarbyazahhh".....

Itu baru dari sisi kameranya aja, kalau dari sisi sarana penyimpanan hasil gambar......lebih ngeri lagi sob!

Kalo dulu semua terbentur dengan dimensi fisik yang besar, sekarang semua serba digital. Yang namanya memori card, yang gedenya cuma se-"upil", ternyata bisa menyimpan ribuan gambar.


Alhasil, sekarang ini, banyak orang yang "mendadak fotografer" (baca postingan, setiap orang (adalah) fotografer). Dan banyak orang yang juga mendadak jadi “model” dengan berbagai posenya. Dan yang tidak kalah banyak adalah; banyak yang sekarang berubah menjadi model sekaligus menjadi fotografer dalam waktu yang bersamaan….Alias, Selfie!

Efeknya?

Efeknya jelas Sob, perkembangan dunia jeprat-jepret semakin "liar" dan meroket pergi menuju angkasa luas. Dan produk dari fotografi, jadi makin tiada terkira banyaknya, bikin kita jadi bingung, dan bikin pecinta fotografi semakin sempoyongan karena kagum dus gumoh dengan jutaan foto yang beraneka ragam genre dan jenisnya. 

Bersambung ya Sob, di bagian 2.

Artikel ini ditulis oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA


Selasa, 13 Oktober 2020

5 Aliran Fotografi yang bisa Sobat lakukan di rumah (Semoga Pendemi ini cepat berlalu !)


Foto Bunga

Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Selasa, 13 Oktober 2020

(Sekarang masih PSBB.....Sekarang masih pendemi.....dan sekarang masih tak bisa keluar rumah dengan bebas!.... tulisan ini dibuat pada saat pendemi Covid-19 masih saja belum mau pergi!)

Untuk beberapa orang, jeprat jepret pakai kamera, alias fotografi adalah kegiatan yang bisa bikin senang dan bahagia kita orang punya hati (walau ga semua orang ya Sob!). Biasanya, target yang dijadikan sasaran untuk jeprat-jepret ini berupa pemandangan alam (yang mana obyek ini favorit dari banyak orang ketika mengambil foto). Tapi sayangnya, untuk saat-saat ini, keinginan untuk memotret alam model itu, harus kita pendam jauh-jauh. Bukan apa-apa Sob, sekarang ini kita (dan sebagian besar umat manusia di kolong langit ini) sedang dirundung pendemi. Covid-19 bisa jadi mengintai Sobat kalau sobat tetap nekat keluar rumah. 

Nah, terus gimana dong kalau hasrat untuk memotret tetap bergelora? 

Tenang Sob! Ada banyak aliran fotografi yang tetap bisa sobat jalani, walaupun hanya di dalam rumah. Dan ini adalah lima contoh aliran fotografi, yang bisa Sobat terapkan:

Still life fotografi - Bola Lampu

1. Foto still life

Foto Still Life adalah salah satu aliran fotografi yang memotret benda-benda mati (benda mati ya Sob, bukan kucing mati, apalagi orang mati !!!) dan menampilkan detailnya sehingga terlihat menarik. untuk menyiasati penggunaan lampu agar dapat lebih menampilkan detail benda, Sobat dapat menggunakan lampu belajar biasa saja. Sobat hanya membutuhkan; meja, lampu belajar dan kamera saja untuk menghasilkan foto still life ini. Atau, Sobat juga bisa memotret obyek-obyek lain yang menarik yang dekat-dekat rumah, semisal bola lampu, patung, atau nisan kuburan, dan sebagainya.

Food Photography

2. Foto makanan

Foto makanan adalah hal yang cukup sering dilakukan oleh semua orang. Dengan menimbang kenyataan tersebut, sebenarnya semua orang sudah memiliki bakat dan pengalaman dalam makan....eh....maksudnya memotret makanan. Aliran foto ini biasanya digunakan untuk foto komersil dalam mempromosikan suatu hidangan. Foto ini dapat Sobat lakukan di rumah karena peralatan yang digunakan dapat disiasati dan disamakan kebutuhannya seperti pada fotografi still life.

Fotografi Makro

3. Foto makro

Fotografi Makro adalah salah satu aliran yang memotret sesuatu dalam bentuk close up. Dalam aliran ini Sobat memotret sebuah objek sedekat mungkin dan menampilkan detail-detail kecil keindahannya. Untuk fotografi ini memang membutuhkan lensa dan teknik tersendiri. Tetapi Sobat dapat mengakalinya dengan menggunakan filter makro atau menggunakan lensa secara terbalik. Objek dari foto makro ini dapat beberapa benda di sekitar Anda dan biasanya merupakan tumbuhan dan bunga sehingga Sobat tidak perlu pergi jauh-jauh dari rumah.

Fotografi Abstrak

4. Foto abstrak

Aliran abstrak dalam fotografi mengutamakan komposisi warna dan bentuk pada sebuah foto. Komposisi ini dapat memanfaatkan beberapa hal yang terdapat di rumah seperti susunan gelas dan piring atau bercak-bercak yang berada di tembok sekeliling rumah, atau bentuk-bentuk daun yang tak beraturan tapi berpola. Tidak dibutuhkan peralatan khusus yang digunakan untuk aliran foto ini.

Fotografi - Selfie

5. Foto Selfie

Nah, kalau yang ini, saya tidak mau menerangkan lebih jauh ya sob. Boleh percaya atau tidak, menurut salah satu penelitian yang dilakukan oleh ahlinya ahli, atau core to the core nya fotografi, Sebagian besar foto selfie ternyata TKP nya adalah di rumah. Nah, jadi klop klan? Selama sobat mendekam di rumah selama PSBB ini, tak ada salahnya kalau Sobat sekalian juga mengasah keterampilan ber foto ria, sambil memperkaya perbendaharaan alias inventaris dari Instagram dan FB Sobat. 

Nah sobat, itulah lima aliran fotografi yang dapat Sobat terapkan di rumah. Mungkin ini hal ini dapat sedikit menghibur kepenatan Sobat karena terus menerus terkurung dalam rumah…..dan entah sampai kapan!

(Semoga pendemi ini cepat berlalu ya Sob…..Aaaaamiiinnn!!!).

Salam Jepret selalu! 

Artikel oleh: Tuntas Trisunu

(Supaya penjabarannya lebih seimbang, baca juga artikel saya tentang aliran-aliran fotografi, disini)

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA 


Kamis, 17 September 2020

Mendekatlah! Dan Foto Sobat Akan Jauh Lebih Baik!




Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Kamis, 17 September 2020


Mendekatlah! Memang sering kali, seorang fotografer dengan alasan tertentu akan memilih untuk memotret dalam “jarak nyaman” dengan si obyek. Dan salah satu alasan yang sering dikemukakan adalah keengganan untuk berinteraksi dengan sang obyek foto. Padahal, mendekat pada obyek bukanlah hal yang berat bagi fotografer. Dan percaya atau tidak, salah satu pepatah tertua di dalam seni jeprat-jepret alias fotografi, dan dirasa masih relevan pada saat sekarang adalah: "Jika foto Anda tidak cukup bagus maka itu berarti Anda tidak cukup dekat". Pepatah ini pertama kali dijabarkan secara detil oleh Robert Capa, jurnalis foto perang Hungaria yang kesohor. Si mas Capa ini lahir pada tahun 1913, Capa berkreasi di fotografi pada saat kamera belum dilengkapi dengan berbagai inovasi teknologi dan lensa yang tersedia seperti sekarang. 



Nah, supaya mendapat hasil jepretan yang ciamik, Capa harus berada sedekat mungkin dengan obyek fotonya. Pada saat beliau mengabadikan foto-foto jurnalistik tentang pertempuran, Capa memilih untuk menempuh jalur “tak nyaman” alias berada sedekat mungkin dengan personil tantara yang sedang bertempur. Alhasil, si Robert Capa ini harus sering bermanuver memanjat bebatuan dan merangkak menembus lumpur bersama tentara di sampingnya dan juga merayap dengan desingan peluru di sekitarnya, saat berusaha berada sedekat mungkin dengan medan laga untuk mengabadikan melalui lensanya.



Hal ini mungkin tampak berbahaya, tetapi, justru dengan metode seperti ini, foto yang dihasilkan akan lebih “hidup” dan juga lebih bercerita ketimbang foto yang diambil dari jarak jauh. Walaupun di era saat ini, kamera sudah banyak yang dilengkapi dengan lensa zoom yang bisa “memperpendek” jarak, namun lensa ini juga punya kelemahan mendasar, dimana "feel" alias rasa dari fotografer akan kurang bisa selaras dengan apa yang dirasakan oleh si obyek foto. 



Jadi, tak ada salahnya untuk meniru semangat dari si Robert Capa ketika Sobat berada di luar sana bersama kamera terbaik yang Sobat miliki. 


(Baca juga artikel tentang TIPS FOTOGRAFI - "KAMERA YANG TERBAIK ADALAH KAMERA YANG KAMU MILIKI !")


Sebagian besar foto Sobat akan terlihat lebih bagus hanya dengan berada sedekat mungkin dengan si obyek foto, entah berupa objek benda, hewan, tumbuhan atau manusia yang segar bugar. Bergerak mendekat memungkinkan Sobat mencapai berbagai hal yang tidak dapat dilakukan oleh lensa zoom. Sobat dapat menemukan perspektif baru yang akan bertutur dari sudut pandang yang lebih segar atau sudut pandang yang lebih “bersenyawa” dengan si obyek foto. Jadi, keluarlah dan mulai menjepret sambil membungkuk, merangkak, dan berbaring, berguling, salto, koprol dan sebagainya. Dan Sobat akan mendapatkan foto yang berbeda dan setimpal dengan jerih payah Sobat.



Salam Jepret selalu! 


Artikel oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA 

Rabu, 29 Juli 2020

Apa Sih Bedanya Fotografi Model & Portrait?



Serpong, Tangerang Kota, Banten, Rabu, 29 Juli 2020

Fotografi model memang di saat-saat ini seperti sedang mati suri, dihantam oleh ganasnya badai pendemi Covid-19 yang entah sampai kapan akan berakhir. Padahal, dahulu sebelum si Corona ini datang “berkunjung” ke Indonesia, dunia fotografi boleh dibilang lagi anget-angetnya. Hampir di setiap sudut kota atau tempat yang punya panorama apik dan ciamik, akan selalu kita jumpai, sekelompok manusia yang bergabung dalam komunitas “jeprat-jepret”, sedang asyik “menguliti” sang model dengan kamera. 

Tapi sekarang? Aduh…..Sepi sekali!

Yah, Semoga keadaan akan Kembali membaik nanti. Supaya bisa jeprat-jepret model lagi, jeprat-jepret human interest lagi, dan jeprat-jepret semua yang menarik lagi !.......Ya !.....Semoga !

Sob, daripada kita bermuram durja, mendingan kita ngobrolin yang enak-enak aja ya Sob, misalnya, ngobrolin masalah fotografi.

Fotografi Model
Event bareng Komunitas Banana
Kotu

Nah, memotret seorang atau beberapa orang model dengan metode seperti yang saya sebutin barusan di atas, itu nama alirannya alias nama genrenya adalah “Fotografi Model”. Lalu, apa bedanya fotografi model dengan fotografi portrait? Kan sama saja, intinya tetap memotret subyek, alias model? 

Nah lho…..bingung kan?

Hahahahaha…..jangan bingung ya Sob. Memang benar, kadang-kadang kedua istilah tersebut saling tumpang tindih tidak keruan. Disini saya akan coba terangkan, apa beda antara “Fotografi Model” dengan “Fotografi Portrait”. 

Secara gampangnya, fotografi model adalah memotret alias menangkap momen yang melibatkan model. Nama aliran fotografi ini memang berasal dari obyek yang difoto.

Contohnya fotografi makanan memotret hidangan, fotografi portrait itu ya memotret orang. Tapi, disini letak bedanya antara portrait dan model. Kalau fotografi model, yang dipotret adalah si model dengan berbagai pengarahan dari si FG sehingga sesuai dengan tema dan juga agenda yang harus diusung, sedangkan fotografi portrait lebih fokus pada potret yang mengekspresikan karakter orang tersebut secara “apa adanya”.

Fotografi Model
Motret bareng Komunitas Banana
Kotu

Jadi, secara umum, perbedaan terbesar dari fotografi model dengan fotografi portrait orang biasa adalah subjek fotonya (si model), yang mana modelnya bekerjasama dengan fotografer untuk mewujudkan suatu gambar sesuai dengan kehendak fotografernya.

Fotografer memutuskan bagaimana gayanya, ekspresi wajahnya, arah pandangan, busana dan tetek bengek lainnya. Model yang “excellent” itu adalah model yang memahami bagaimana cara berpose untuk mempermudah fotografer mendapatkan hasil foto yang ciamik.

Kualitas ketrampilan model ini membedakan antara model yang berpengalaman dan tidak. Jadi model yang bagus itu tidak dinilai dari wajah dan postur tubuh saja.

Saat fotografer bekerja dengan model yang berpengalaman, dia dapat berkonsentrasi dengan pernak-pernik dan hal-hal yang berkaitan dengan teknisnya fotografi (seperti setting pencahayaan, kamera, dan alat lainnya) daripada mengatur pose dan ekspresi model secara spesifik.

Meskipun demikian, fotografer tetap harus berkomunikasi dengan model dan menyampaikan apa yang diinginkannya. Kemudian model akan mengunakan seluruh “jurus” yang dia punya untuk mewujudkan foto tersebut, mulai dari pose, ekspresi, atau gerakan tubuhnya.

Meskipun memakai jasa model berpengalaman terkesan lebih mudah, tapi tidak semudah yang dibayangkan. Fotografer harus memiliki ide alias imajinasi yang jorok….eh…salah…maksudnya imajinasi yang bagus, serta memiliki kemampuan komunikasi yang elegan untuk dapat menyampaikan apa yang diinginkannya.

Foto Portrait
Pedagang Bunga, Puri Beta, Tangerang

Nah, kalau di dalam fotografi portrait, malah kebalikannya. Di fotografi portrait, fotografer malah berusaha untuk membuat foto yang dapat menggambarkan sifat subjek foto secara apa adanya. Disinilah letak kerja berat si fotorafer. Supaya hasil foto portraitnya bernilai bagus, FG harus mampu mengenal orang tersebut, mengenali latar belakang, dan juga berbagai hal seperti latar belakang, moment, dan lain-lain yang sesuai untuk memperkuat fotonya.

Fotografi Portrait
Kedai Kopi, Kebayoran Lama

Fotografer juga berinteraksi dengan si obyek foto supaya ekspresi dan bahasa tubuh dari subjek foto bisa keluar dengan alami. Portrait yang juga merekam lingkungan hidup subjek dinamakan environmental portrait. Sedangkan portrait yang hanya wajah saja, sering disebut close-up atau headshot.

Seperti jenis fotografi lainnya, fotografi model dan portrait membutuhkan keahlian teknis dan pemahaman tentang pencahayaan. Ada fotografer yang mengkhususkan diri ke pencahayaan dalam studio dengan lampu kilat, ada pula yang lebih memilih untuk memotret di alam terbuka.

Dengan memahami dan memaksimalkan cahaya, fotografer dapat membuat foto model yang ciamik dan pas, alias selaras dengan harapan. Jenis fotografi lainnya seperti fotografi pemandangan, still life dan lainnya juga memiiki pendapat yang sama dalam hal ini.

Satu hal yang sangat penting dalam fotografi portrait dan model adalah ketrampilan berinteraksi antar manusia (interpersonal skill). Fotografer harus belajar bagaimana cara untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan subjek.

Jadi, fotografi portrait dan model ini memang tidak mudah karena membutuhkan keterampilan yang tidak hanya melulu soal teknis belaka, dengan mengunakan peralatan fotografi dan pencahayaan saja.

Sebagai kesimpulan, fotografi model dimulai dari sebuah ide dan imajinasi dari fotografer model. Kemudian model yang baik akan menjadi tokoh utama yang membantu fotografer untuk mewujudkan foto yang bagus.

Sedangkan fotografi portrait bertujuan untuk merekam kepribadian seseorang. Fotografer portrait yang baik akan mengunakan ketrampilannya untuk membuat foto yang menceritakan orang tersebut secara apa adanya.

Nah, demikianlah penuturan singkat dari saya tentang apa bedanya fotografi model dengan fotografi portrait. Memang penuturan ini kurang maksimal, karena apa yang saya tulis ini hanya berdasarkan pendapat saya saja. Kalau Sobat-Sobat ada memiliki pendapat lain yang berbeda dengan pendapat saya di atas, maka itu sah-sah saja kok. 

Kan fotografi itu adalah seni, bukan ilmu pasti atau matematika. Kalau dalam matematika, 2+2 itu jawabannya harus sama dengan 4, maka dalam fotografi, 2+2 itu tidak harus sama dengan 4…..Jawabannya boleh 6, boleh 9, atau boleh ga jawab….terserah saja. 

Yah…..Itulah tadi, sekilas ulasan tentang fotografi model dan portrait. Semoga, ketak-ketik saya di atas, bisa sedikit menghibur Sobat-Sobat sekalian.

Salam Jepret!

Artikel oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA 


Sabtu, 25 Juli 2020

Tips dan Trik Untuk Memotret di Saat Hujan !!!



Ciledug, Kota Tangerang, Banten, Sabtu, 25 Juli 2020

Selamat pagi, siang, sore dan malam sobat jepret semuanya. Sesuai janji saya pada artikel sebelumnya (maksudnya, artikel "Sobat, Yuk Kita Memotret di Saat Hujan !!!"), untuk membagikan sedikit tips dan trik yang dapat berguna untuk memotret dalam kondisi ini, maka artikel ini akan saya persembahkan sebagai bukti untuk memenuhi janji saya tersebut. Dan ini adalah isi artikelnya:

Tips dan Trik Untuk Memotret di Saat Hujan

1. Hujan
Syarat yang paling utama untuk memotret di saat hujan adalah....Hujan!
Benar sekali sob, untuk dapat memotret di saat hujan, kita jelas butuh yang namanya hujan. Bukan hujan buatan dari air kran atau hujan buatan seperti adegan dalam sinetron-sinetron yang ada di televisi, tetapi hujan yang benar-benar hujan! Hujan yang benar-benar turun dari langit. Dan jangan pernah memanipulasi hujan, selain nanti foto yang sobat hasilkan tak akan terlihat bagus, Sobat juga akan kualat karena mendahului kehendak Yang Maha Kuasa.

2. Kamera
Nah, kalau ini, saya tak akan terangkan lebih jauh lagi. Kalau masih ada sebagian dari Sobat-Sobat yang masih berani bertanya, mengapa untuk memotret harus ada kamera......Saya tak akan jawab!

Saya serahkan sepenuhnya nasib si penanya itu kepada Sobat-Sobat semuanya, apakah akan dicubit rame-rame, diikat di tiang di tengah lapangan terus dijemur, atau sekedar dibelikan kueh klepon (yang tidak haram tentunya...karena katanya sebagian orang, aadaa kueh klepon yang haram) supaya ada asupan gizi yang cukup buat otak si penanya itu biar tercerahkan. Terserah Sobat semuanya!


3.ISO tinggi 
Tingkat cahaya saat hujan cukup rendah karena paduan awan dan penyebaran cahaya di jalanan. Untuk memastikan potret yang Sobat hasilkan tidak kekurangan cahaya, naikkan ISO Sobat. Jika memotret pada malam hari, Sobat mungkin harus meningkatkan ISO hingga mencapai ISO 1600. ISO yang sedemikian tinggi mungkin akan bikin potret yang Sobat hasilkan jadi penuh noise seperti jerawat, tetapi memproses gambar dalam hitam dan putih akan menghilangkan masalah ini. Sobat bahkan dapat memanfaatkan keburaman gambar ini dengan memilih subjek yang sesuai.

Lagi pula, fotografi adalah soal kreativitas!


4. Kubangan Air 
Kubangan air yang terbentuk ketika hujan turun mungkin mengganggu bagi pejalan kaki tetapi dapat menjadi ajang latihan kecerdasan dan kreativitas bagi Sobat. Sobat dapat menggunakan kubangan air sebagai permukaan pantulan untuk mendapatkan sudut pandang yang menarik dan tidak lazim, atau untuk menambahkan tekstur pada sebuah subjek yang biasanya terlihat hambar, menjadi ada rasa di dalamnya.

5. Pemilihan Lensa 
Ketika memutuskan lensa mana yang akan Sobat bawa, pilih lensa yang memiliki aperture besar. Foto yang ditampilkan di artikel ini sebagian besar diambil dengan menggunakan Canon EF50mm f/1.8 II. Dengan aperture lensa yang besar. Sobat mampu membekukan tetesan air hujan dan menangkap langkah kaki orang ketika berlari di bawah hujan. 

Lensa inipun memiliki ketajaman ruang yang dangkal, yang menciptakan efek berdampingan dari latar depan dan latar belakang, pada saat latar depan masuk ke dalam fokus sementara latar belakang sedikit buram. Hindari penggunaan lensa yang berat karena hal ini akan mengganggu kelincahan Sobat, khususnya ketika Sobat harus bergerak jumpalitan saat berada di bawah hujan.

6. Memilih Subjek 
Di bawah hujan, orang-orang cenderung memamerkan sikap yang sangat menarik dan pantas untuk dipotret. Payung pun menjadi subjek yang kocak, khususnya jika Sobat melihat sebuah payung dengan desain yang mencolok. Jika mampu membidik dari titik pandang yang lebih tinggi, Sobat bahkan mampu melihat lautan payung bergerak bersamaan saat orang-orang bergegas di bawah hujan. Subjek, entah manusia atau benda lain, yang basah kuyup oleh hujan, juga menjadi objek fotografi yang menarik, jadi carilah benda seperti itu!


7. Imbangan Putih 
Foto akan terlihat berbeda ketika diambil saat hujan daripada diambil dalam cuaca cerah. Ketika memotret saat hujan, ada dua opsi imbangan putih yang perlu Sobat catat, yaitu pengaturan "Daylight" dan "Cloudy". Jika menginginkan foto yang memiliki nuansa dingin kebiruan, atur imbangan putih Sobat ke "Daylight". Tetapi, jika menginginkan kehangatan di dalam foto Sobat, maka ubah ke "Cloudy". Dan jika Sobat ternyata membutuhkan dana segar dalam waktu cepat, silahkan ubah mode kamera ke mode "gadai", atau, jika Sobat ternyata sudah benar-benar tak ingin lagi memotret....maka ubahlah setingan kamera ke mode...."Jual!" (hehehehe...becanda sob).

Intinya, bereksperimenlah dengan opsi yang berbeda dan lihat pengaturan mana yang paling sesuai bagi Sobat. Sobat bahkan dapat mengubah pengaturan saat pemotretan untuk melihat apakah subjek (atau beberapa subjek) dapat terlihat lebih dingin atau hangat.

8. Menggunakan Properti 
Kadang-kadang, properti yang Sobat pegang menjadi cara yang bagus untuk menangkap perspektif yang berbeda dari subjek tertentu. Sebagai contoh, memotret melalui payung transparan akan menjadi foto yang menarik pada saat Sobat mendapatkan efek latar belakang kabur sementara mendapatkan gambar tetesan air yang tajam di payung Anda. Sobat hanya akan dibatasi oleh kreativitas Sobat sendiri, jadi luapkanlah semua imajinasi Sobat!

9. Memotret saat Hujan di Malam Hari 
Apakah Sobat senang memotret saat hujan dan ingin meningkatkan tantangan? Cobalah memotret saat hujan di malam hari. Nah, tidak saja Sobat harus "berperang" dengan faktor alam dan hujan, Sobat juga harus mengatasi subjek yang tidak jelas karena minimnya cahaya dan setiap cahaya yang ada akan dibuyarkan oleh hujan.

Selain menggunakan ISO dan memilih lensa yang tepat dengan aperture besar, bawalah tripod untuk mengurangi guncangan pada kamera. Pemilihan subjek pun menjadi penting dengan permasalahan pencahayaan karena hal ini bakal meningkatkan tingkat kreativitas Sobat ketika mencoba menemukan sudut hebat dan sudut pandang menarik, yang akhirnya akan meningkatkan kemampuan Sobat sebagai seorang tukang foto.......eh, maaf....maksudnya....Fotografer.

Jadi Sob, jangan pernah ragu, segera raih kamera Sobat, beberapa lensa dan sebuah payung (atau jas hujan) dan siap untuk jumpalitan bergembira-ria ketika memotret saat hujan!

Salam jepret!

Artikel oleh: Tuntas Trisunu

Sumber:
Majalah PhotoYou (Canon), edisi Musim gugur 2012

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA 

Sabtu, 18 Juli 2020

Sobat, Yuk Kita Memotret di Saat Hujan !!!


Menembus banjir,
Jalan Inpres, Larangan, Banten, Januari 2020

Ciledug, Kota Tangerang, Banten, Sabtu, 18 Juli 2020

Memotret pas lagi matahari sedang galak-galaknya memang terasa sangat mudah jika dibandingkan dengan memotret pas lagi hujan badai, tidak saja Sobat kudu terus menerus bersiasat dengan kondisi alam, Sobat juga harus berkutat dengan pencahayaan yang buruk dan kemungkinan air hujan yang merembes ke dalam peralatan photo Sobat yang mahal.

Tetapi, jangan biarkan berbagai tantangan ini menyurutkan keinginan Sobat untuk jeprat-jepret pas lagi hujan, karena hasil yang dicapai dari fotografi hujan ini akan menjadi tambahan yang cukup memukau pada portofolio fotografi Sobat dan akan meningkatkan keahlian Sobat sebagai tukang foto, eh, salah, maksudnya, fotografer (nah, sekalian nih, Sobat bisa juga baca artikel saya tentang perbedaan antara fotografer dan tukang foto bagian 1). 

Bermain, Menikmati hujan dan banjir.
Larangan, Tangerang, Banten
Januari 2020

Berikut ini adalah hal utama yang perlu Sobat persiapkan dan apa yang harus di “haram” kan ketika Sobat sedang mencoba untuk main hujan sambil motret obyek di saat hujan. Dan ini adalah ceritanya:

Peralatan

1. Kamera DSLR Sobat dan satu hingga dua lensa. 
Sobat mungkin tergoda untuk membawa semua lensa yang Sobat punya untuk pemotretan ini. Usir jauh-jauh deh keinginan tersebut. Membawa lebih dari dua lensa akan bikin Sobat jadi repot dan waktu yang Sobat habiskan untuk pilah-pilih berbagai lensa akan membuat Sobat kehilangan momen yang menarik untuk dipotret. Cukup lensa prima normal, seperti Canon EF50mm f/1.8 II dan lensa zoom, itu sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan fotografi pada saat hujan.

2. Sebuah payung atau jas hujan. 
Payung akan melindungi Sobat maupun kamera dari air hujan. Tetapi, itu berarti Sobat juga kudu memegang payung dengan salah satu tangan dan memotret dengan tangan yang lain, jadi jika lebih memilih untuk memegang kamera dengan kedua tangan, akan lebih baik jika Sobat mengenakan jas hujan. Salah satu keuntungan mengenakan jas hujan adalah Sobat mampu bergerak dengan gesit jika keadaan menuntut hal tersebut (Semisal ada ombak dadakan karena ada mobil yang nekat jalan super kenceng pas banjir, atawe ada buaya yang tau-tau nongol di depan Sobat…..yah…mana tau kan?) 

3. Tudung lensa. 
Tudung lensa akan melindungi bagian terpenting kamera Sobat (maksudnya bagian terpenting itu adalah lensa ya sob, bukan cemilan) dari hujan dan mencegah tetesan air menggantung pada lensa dan bikin foto Sobat jadi hancur lebur. Canon EF50mm f/1.8 II memiliki ceruk yang dalam di bagian depan yang berfungsi sebagai pelindung alami dari hujan. Untuk jenis lensa lain, Saya sarankan berinvestasi pada tudung lensa (maksudnya berinvestasi itu artinya Sobat kudu beli….itu maksudnya ya Sob).

4. Selubung kedap air atau topi mandi (opsional). 
Jika Sobat ingin menambahkan perlindungan bagi kamera, Sobat mungkin perlu mempertimbangkan membeli selubung kedap air. Alat ini tidak hanya mencegah air menyusup ke dalam sasis, tetapi juga membuat Sobat akan merasa lebih tenang. Alternatif yang lebih efektif dan murah adalah membungkus bodi kamera Sobat dengan topi mandi plastik. 

Namun, berhati-hatilah agar kamera tidak terlepas dari tangan Sobat karena topi mandi cenderung licin (dan juga, pilihlah topi mandi yang punya warna kalem atau netral. Jangan sampai Sobat terlihat lebih “bling-bling” dibandingan dengan obyek yang potret….hehehehe)


Setelah semua peralatan dirasa sudah lengkap, silahkan Sobat keluar untuk menembus hujan dan juga bergembira ria jeprat-jepret (inget ya Sob.....motret !!.....bukan jogat-joget dibawah derai hujan diiringi musik India...)

Oh ya Sob, setelah postingan ini, akan ada postingan lanjutan yang akan membahas tentang tips dan trik yang jitu dalam hal ojek payung, eh…. salah, maksudnya, tips dan trik yang jitu yang Sobat bisa lakukan untuk memotret di saat hujan.

So....Selamat mencoba ya Sob!

(Oh ya Sob, baca juga artikel tentang bedanya fotografer dan juga tukang foto bagian ke 2)

Sumber:
Majalah PhotoYou (Canon), edisi Musim gugur 2012

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA 

Sabtu, 06 Juni 2020

5 Alasan Mengapa Pecinta Fotografi Harus Mencoba 'Fotografi Jalanan'



Ciledug, Tangerang Kota, Banten, Sabtu, 6 Juni 2020

Akhirnya, saya bisa menulis lagi sob! Sementara saat ini, situasi masih dirundung ancaman dari satu "mahluk" super kecil dari "trah" virus. Dan virus ini, walaupun namanya terdengar indah, tapi tingkah polahnya sangat jauh dari kata indah. Ya! Nama si virus ini adalah "Corona"! Si Corona ini ternyata bisa membuat banyak negara di kolong jagat ini kalang kabut, serta menangis sedih. 

Walaupun begitu ya sob, kita jangan mau kalah dengan si kecil tengil Corona ini. Ini saatnya kita bangkit, dan ini saatnya kita tunjukkan pada si Corona tengil ini, bahwa kita tak takut dan tak menyerah. Dan tulisan ini, moga-moga bisa menghibur sobat semua yang saat ini harus "terpenjara" dalam rumah, dan sama sekali tak mampu untuk jepret sana-sini. 

So, tanpa berpanjang lebar lagi, inilah artikelnya:

Untuk seorang fotografer yang “tulen”, berburu foto di jalanan bukanlah sekadar foto tentang human interest, potret kemiskinan atau foto tentang manusia yang lalu-lalang di trotoar. Seorang fotografer yang kreatif, akan berusaha untuk mendapatkan moment yang tak kalah menarik, seperti street photography yang mampu menyajikan dalam frame, tentang perubahan zaman dan dinamika ruang publik yang hidup dan dinamis.


Sekelompok "Slankers", Kemayoran, Jakarta

Beberapa fotografer yang terkenal, lahir karena kepiawaian mereka dalam memotret ala 'fotografi jalanan', seperti Henri Cartier Breson, Alex Webb hingga Erik Prasetya. "Street photography itu sejatinya merekam bagaimana ruang publik diperebutkan," kata Erik Prasetya, salah satu ikon street photography Indonesia dalam berbagai kesempatan.

Nah, berikut adalah beberapa alasan, mengapa seorang fotografer harus mencoba street photography: 

Alasan pertama.....genre fotografi ini bisa dilakukan di mana saja dan dengan kamera apa saja. Benar sekali sobat, street photography bisa diterapkan, saat di kota tempat sobat tinggal atau pada saat sobat sedang piknik ke luar kota, atau kebon binatang, atau saat cuma sekedar piknik di kebun tetangga sebelah rumah. Dan fotografi jalanan ini juga bisa dilakukan dengan santai, tanpa perlu memikirkan konsep yang berat-berat.

Orang mancing, Danau Cipondoh, Tangerang-Banten

Fotografi jalanan ini juga dapat dilakukan pada saat sobat sedang menuju tempat kerja atau pas lagi asik berlibur. Bisa spontan langsung jepret, atau bisa juga dengan bikin rencana atau riset terlebih dahulu. Pokoknya, genre fotografi ini super luwes dan juga tak perlu bikin pening sobat punya isi kepala.

Selain masalah kesederhanaan dan kepraktisan yang tadi saya sebutkan, genre fotografi ini juga tidak menuntut si fotografer dalam hal gear alias kamera. Kamera yang dipakai juga tidak perlu kamera mahal dan mewah. Cukup yang sobat miliki,  meskipun itu hanya kamera smartphone. Yang terpenting, maksimalkan setiap fitur yang ada untuk memperoleh hasil terbaik. Lagipula, kamera terbaik itu bukanlah kamera yang mahal dan berkelas, tetapi kamera yang terbaik itu adalah kamera yang sobat miliki.

Pengamen Ondel-Ondel, Bintaro, Jakarta

Lalu sobat tinggal jepret saja segala hal yang menurut sobat adalah sesuatu yang menarik dan pantas untuk diabadikan di dalam frame. Lagipula, tidak ada guna mempunyai kamera mahal tetapi hanya menjadi simpanan tanpa digunakan…..malah jadi jamuran, bener ga sob?

Alasan kedua…..genre fotografi ini gratis, zonder property yang mahal-mahal, dan juga apa adanya. Kalau sobat membandingkan genre fotografi ini dengan pemotretan indoor maupun foto konseptual, street photography memang benar-benar murah meriah. Cukuplah sobat bermodal dengkul dan kamera, tentu saja. Tidak perlu dipusingkan dengan segala macam tetek bengek peralatan lighting yang komplit maupun pernak-pernik fotografi yang super “mengerikan” seperti tripod dan sebagainya.

Tukang Becak, Larangan-Tangerang-Banten

Tetapi dengan eksekusi yang matang yang baik, meskipun minim dalam hal budget, tetap dapat menghasilkan foto yang ciamik. Apalagi kalau sobat sudah "menguasai medan tempur" dan mengetahui titik-titik fotogenik sebuah jalanan, street photography ini bakalan jadi aktivitas yang super menyenangkan.

Alasan ketiga.....street photography mampu menawarkan sesuatu yang dinamis, tidak monoton dan selalu ada hal yang baru. Sebab, dinamika obyek foto terus berkembang. Menyajikan hal-hal baru nan menantang dan menarik, tren dan mode yang selalu bergonti-ganti, human interest yang menyentuh, hingga momen dan kebiasaan yang penuh kejutan.

Jembatan Kahayan, Palangka Raya, Kalimantan Tengah

Di satu spot atau area tertentu, sobat fotografer bisa mengeksplorasi apa saja. Seperti arsitektur, street fashion, mural, patung kota, orang bengong, orang yang lagi tidur, peristiwa yang tidak terduga.

Yang paling penting, sobat harus yakin dan optimis, bahwasanya selalu ada “harta karun” fotografi di tempat yang sudah sobat kenal atau di tempat baru dan unik. Dari landscape kota yang menawarkan gagasan-gagasan besar hingga hal-hal mungil yang nyaris tak tersentuh namun bisa menginspirasi siapa saja. Mulai dari potret kemiskinan atau kemakmuran sampai bunga liar yang tumbuh di trotoar.

Alasan keempat.....Fotografi jalanan ini bakal melatih kepekaan sobat terhadap lingkungan, empati sosial dan sobat juga harus memahami keseharian masyarakat. Street photography akan mengajak mata fotografer untuk mampu melihat dengan teliti apa yang terjadi di jalanan.

Penjual Burung
Kenayoran Lama-Jakarta

Dari yang termiskin hingga kaum mapan, dari bayi sampai lansia terlihat di jalanan sebagai bagian aktivitas sehari-hari. Semua terjadi begitu saja, alamiah dan tanpa rekayasa.

Dengan kata lain, street photography akan mengajak si fotografer untuk mengabadikan si obyek dengan Bahasa yang jujur dan apa adanya. Dengan melibatkan rasa dan emosi. Sampai pada suatu titik, street photography bukan sekadar persoalan fotografi yang super njelimet nan teknis (ISO-Diafragma-Speed) melainkan suatu genre yang mampu mempersembahkan sesuatu yang lebih besar dengan kreatif, ringan namun penuh bobot dan identitas tersendiri.

Alasan kelima, dan ini adalah alasan yang paling penting.....Karena seorang fotografer itu tak pernah berhenti untuk memotret, dalam keadaan apapun, dan dalam kondisi apapun.

Jadi Sobat....Mari kita terus berkarya. Salam jepret.

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA