Kamis, 14 Desember 2023

Cara Memotret dengan Style Vintage? (Jawaban Dari Fotografer Foto Hitam Putih yang Jenuh Memotret Hitam Putih dan Sekarang Hobby Motret dengan Style Vintage) - Bagian Terakhir


Selasar di PIK 2 - Jakarta
trisoenoe.com

Kediri, Tabanan, Bali, Kamis, 14 Desember 2023

Selamat hari Kamis Sobat jepret semuanya (semoga Sobat membaca artikel ini pada hari Senin!). Perkenankan untuk menyambung penuturan saya yang terdahulu, yang berceloteh mengenai Cara Memotret dengan Style Vintage. Sekedar saran, supaya Sobat dapat paham artikel ini bulat-bulat, saya persilahkan Sobat untuk membaca ocehan saya pada artikel sebelumnya yang berjudul: "Cara Memotret dengan Style Vintage? (Jawaban Dari Fotografer Foto Hitam Putih yang Jenuh Memotret Hitam Putih dan Sekarang Hobby Motret dengan Style Vintage) - Bagian Kelima". Dan tulisan ini adalah cerita bagian keenam silahkan disimak:

(Artikel ini khusus menerangkan tentang "grain" dalam hasil foto)

(Apa itu Grain?: Efek grain adalah sebuah karakteristik visual dalam fotografi dan sinematografi yang menghasilkan tampilan butiran atau tekstur halus pada gambar atau film. Efek ini muncul sebagai kumpulan butiran kecil yang terlihat pada gambar, mirip dengan bintik-bintik kecil atau “serbuk” yang menciptakan tekstur pada foto atau film.

Efek grain seringkali terkait dengan tingkat sensitivitas ISO dalam kamera. Ketika ISO ditingkatkan, sensitivitas cahaya sensor kamera juga meningkat, yang dapat mengakibatkan peningkatan grain pada gambar. Ini terutama terlihat dalam kondisi pencahayaan yang rendah atau saat mengambil gambar dengan ISO tinggi. Gambar dengan tingkat grain yang tinggi akan terlihat kasar dan mungkin memiliki tampilan yang khas dari fotografi film klasik.

Pagoda di PIK 2 - Jakarta
trisoenoe.com

Sementara pada beberapa kasus, grain mungkin dianggap sebagai kekurangan dalam kualitas gambar, dalam banyak situasi, efek grain digunakan secara sengaja untuk mencapai tujuan artistik. Ini dapat memberikan nuansa klasik atau retro pada gambar, atau bahkan menciptakan suasana tertentu, seperti kesan kuno atau nostalgis. Efek grain juga dapat digunakan untuk memberikan tampilan yang lebih “hidup” atau alami pada gambar, terutama dalam kondisi pencahayaan rendah.

Dalam sinematografi, efek grain dapat digunakan dengan hati-hati oleh sutradara untuk mencapai estetika tertentu dalam film. Beberapa sutradara telah menggunakan grain dengan cermat dalam karyanya untuk menciptakan tampilan yang spesifik dan mempengaruhi suasana cerita.)

Nah Sobat, itulah cerita saya tentang sahabat saya si 'Bedul" (yang pasti itu bukanlah nama aslinya), yang sudah mencoba menerangkan tentang kesukaan barunya dalam dunia jepret-menjepret. Bedul ini bukanlah fotografer yang kaku ataupun yang terlalu idealis ketika dia menekuni hobby fotografi, dia hanya seorang fotografer yang kebetulan memang menggantungkan hidupnya lewat kamera.

Semoga cerita bersambung ini dapat menyenangkan Sobat yang membacanya.

Salam jepret selalu!

Artikel ini diadaptasi dan ditulis ulang oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photos

Senin, 11 Desember 2023

Cara Memotret dengan Style Vintage? (Jawaban Dari Fotografer Foto Hitam Putih yang Jenuh Memotret Hitam Putih dan Sekarang Hobby Motret dengan Style Vintage) - Bagian Kelima


Suasana Kota Tua
(Vintage Photography)

Kediri, Tabanan, Bali, Senin, 11 Desember 2023

Selamat hari Senin Sobat jepret semuanya (itupun kalau Sobat membaca artikel ini pada hari Senin!). Perkenankan untuk menyambung penuturan saya yang terdahulu, yang berceloteh mengenai Cara Memotret dengan Style Vintage. Sekedar saran, supaya Sobat dapat mengerti artikel ini seutuhnya, saya persilahkan Sobat untuk membaca corat-coret saya pada artikel sebelumnya yang berjudul: "Cara Memotret dengan Style Vintage? (Jawaban Dari Fotografer Foto Hitam Putih yang Jenuh Memotret Hitam Putih dan Sekarang Hobby Motret dengan Style Vintage) - Bagian Keempat". Dan tulisan ini adalah cerita bagian kelima silahkan disimak:

5. Mainkan tonal range

Tonal range mengacu pada distribusi terang dan gelap foto. Foto vintage biasanya memiliki tonal range yang tidak selebar foto digital sekarang. Bagian yang hitam/bayangan biasanya tidak pekat dan bagian yang terang tidak putih murni. Kita bisa mengatur tonal range di software pengolah foto seperti di menu Tone Curve di Photoshop atau Lightroom.

6. Perbaiki saturasi warna dan kontras

Awal-awalnya, warna foto tidak sepekat warna di fotografi digital. Dengan menurunkan saturasi warna dan kontras, kesan vintage lebih bisa terasa. Efek ini juga terkenal sebagai efek pastel yang memberikan kesan lembut sehingga populer untuk kalangan wanita.

Suasana Kota Tua
(Vintage Photography)

7. Jangan lupakan tekstur

Setelah puluhan tahun foto yang dicetak menjadi rusak, retak dan kasar karena kelembaban, cahaya matahari berlebihan dan sebagainya. Untuk membuat kesan tua, kita bisa menggabungkan foto tekstur (seperti kertas lama) di Photoshop.

Caranya sederhana yaitu membuat dua layer di Photoshop dan menggabungkan keduanya dengan mode Overlay, multiply, soft light, color burn dan lain lain. Selanjutnya kita bisa mengatur intensitas dengan mengatur slider Opacity dan Fill.

Setelah semua pesan itu, lalu si Bedul kirim lagi pesan tambahan lagi, kali ini tulisannya berkesan sedikit menggurui buat saya.

“Nah, itu om, beberapa tips atawe cara yang bisa Om pakai untuk bikin foto dengan aura vintage yang kental. Sebenarnya saya bukan bosan atau jenuh dengan foto hitam putih Om (walaupun saya akui, belakangan ini saya sedikit jenuh dengan hitam dan putih), tapi saya juga harus realistis. Terlalu idealis dengan satu aliran akan membuat jiwa kita terkungkung dan kerdil, dan seorang seniman yang tulen tak akan bisa hidup dengan jiwa yang kerdil!”

“Salam jepret selalu Om!”

Saya tersenyum saat membaca pesan dari Bedul. Tuhan rupanya punya rencana yang manis untuk saya. Memanglah saya memang tak dapat senang pada saat saya bertemu dengan sobat saya Bedul dua hari lalu, tapi akhirnya saya bisa juga tersenyum hari ini (walaupun sedikit).

Itulah Sobat, cerita tentang Cara Memotret dengan Style Vintage bagian kelima. Dan cerita ini akan saya sambung lagi ke bagian yang penghabisan, dengan judul: “Cara Memotret dengan Style Vintage? (Jawaban Dari Fotografer Foto Hitam Putih yang Jenuh Memotret Hitam Putih dan Sekarang Hobby Motret dengan Style Vintage) - Bagian Terakhir”, semoga Sobat bisa tertawa dan bahagia saat membacanya.

Tetap sehat, tetap semangat, dan seperti kata pepatah; "Hidup akan berakhir indah, dan kalau belum indah, itu artinya hidup belum berakhir!"

Salam jepret selalu.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis ulang oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photos

Sabtu, 09 Desember 2023

Cara Memotret dengan Style Vintage? (Jawaban Dari Fotografer Foto Hitam Putih yang Jenuh Memotret Hitam Putih dan Sekarang Hobby Motret dengan Style Vintage) - Bagian Keempat


Stasiun Beos
(Vintage Photography)

Kediri, Tabanan, Bali, Sabtu, 9 Desember 2023

Selamat pagi, siang, sore dan malam Sobat jepret semuanya. Mohon ijin untuk menyambung cerita saya sebelumnya, yang bertutur tentang Cara Memotret dengan Style Vintage. Dan supaya Sobat bisa menikmatinya, saya persilahkan Sobat membaca penuturan saya pada artikel sebelumnya yang berjudul: "Cara Memotret dengan Style Vintage? (Jawaban Dari Fotografer Foto Hitam Putih yang Jenuh Memotret Hitam Putih dan Sekarang Hobby Motret dengan Style Vintage) - Bagian Ketiga". Dan tulisan ini adalah cerita bagian keempat silahkan disimak:

Setelah saya habiskan kopi dan membayar semua kopi dan gorengan, saya langsung pulang. Saya tinggalkan si Bedul bangsat itu yang masih saja duduk di sana sambil merokok. Geram betul hati saya, pandai betul anak itu bikin orang penasaran. Gagal sudah rencana saya untuk ketawa dan bikin senang hati, yang ada malah tambah sumpek isi kepala ini.

Potret Perempuan
(Vintage Photography)

Dua hari kemudian, saya dapat kiriman pesan dari Bedul di HP saya.

"Coba disimak baik-baik ya Om, BEBERAPA CARA UNTUK MEMBUAT FOTO DENGAN NUANSA VINTAGE” 

1. Kombinasikan kamera digital dengan kamera analog

Cara paling mudah untuk mendapatkan efek vintage pada foto adalah menggunakan kamera roll film yang lama. Tapi jika Sobat tidak ingin berurusan dengan roll film yang memang njelimet serta tidak praktis dan juga mahal, Sobat bisa gunakan kamera tua itu sebagai “filter”. Arahkan objek yang ingin Sobat potret dengan kamera tua milik Sobat, lalu bidik kamera DSLR atau digital atau apapun itu ke bagian viewfinder kamera tua tersebut. Tapi untuk menggunakan teknik ini, sebaiknya Sobat mempunyai kamera tua dengan bagian viewfinder yang cukup besar, sehngga lebih mudah untuk dibidik.

2. Pergunakan pengaturan “grain” saat foto di edit

Salah satu fitur yang paling menonjol dari foto vintage adalah sifat grainy atau kekasaran fokus pada foto. Cara paling mudah untuk memberikan foto Sobat karakteristik vintage adalah memainkan pengaturan grain pada saat proses mengedit, baik itu pada aplikasi photoshop ataupun di Instagram.

3. Pilih obyek yang senada dengan tema

Selain warna dan efek yang digunakan, kunci dari sebuah foto adalah obyek. Jika Sobat ingin membuat sebuah foto dengan aura vintage, pastikan kalau obyek foto tersebut cocok dengan temanya. Contohnya seperti ini, jika Sobat memotret sebuah laptop, sedahsyat apapun Sobat edit foto tersebut, foto itu tidak akan sepenuhnya menjadi vintage karena obyek tersebut memanglah bukan obyek yang tepat untuk sesuatu yang vintage. Gunakan benda atau pakaian yang memang terlihat tua atau sedikit usang, agar foto tersebut akan menjadi lebih bisa se”irama” dengan tema vintage.

Sang Gadis
(Vintage Photography)

4. Atur toning warna

Toning warna adalah proses untuk memasukkan warna ke dalam foto. Untuk tema vintage, yang paling populer adalah dengan memasukkan warna orange atau coklat yang terkenal dengan nama sepia. Toning warna ini biasanya untuk memperkuat aura nostalgia dan romantisme.

Itulah Sobat, cerita tentang Cara Memotret dengan Style Vintage bagian keempat. Dan cerita ini akan saya sambung lagi ke bagian yang kelima, dengan judul: “Cara Memotret dengan Style Vintage? (Jawaban Dari Fotografer Foto Hitam Putih yang Jenuh Memotret Hitam Putih dan Sekarang Hobby Motret dengan Style Vintage) - Bagian Kelima”, semoga Sobat bisa dapat banyak senang dan sembuh dari kepala pusing saat membacanya.

Tetap sehat, tetap semangat, dan seperti kata pepatah; "Hidup akan berakhir indah, dan kalau belum indah, itu artinya hidup belum berakhir!"

Salam jepret selalu.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis ulang oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photos

Sabtu, 02 Desember 2023

Cara Memotret dengan Style Vintage? (Jawaban Dari Fotografer Foto Hitam Putih yang Jenuh Memotret Hitam Putih dan Sekarang Hobby Motret dengan Style Vintage) - Bagian Ketiga



Kediri, Tabanan, Bali, Sabtu, 2 Desember 2023

Selamat pagi, siang, sore dan malam Sobat jepret semuanya. Mohon ijin untuk menyambung cerita saya sebelumnya, yang bertutur tentang Cara Memotret dengan Style Vintage. Dan supaya Sobat bisa menikmatinya, sebaiknya Sobat membaca penuturan saya pada artikel sebelumnya yang berjudul: "Cara Memotret dengan Style Vintage? (Jawaban Dari Fotografer Foto Hitam Putih yang Jenuh Memotret Hitam Putih dan Sekarang Hobby Motret dengan Style Vintage) - Bagian Kedua". Tulisan ini adalah cerita bagian ketiga silahkan disimak:

Supaya hatinya enak lagi, saya terpaksa belikan gorengan sebagai pelengkap kopi yang dia minum. Saya kasih isyarat ke mas Bowo supaya dia siapkan gorengan dalam piring. Dengan sigap mas Bowo mulai memasukkan beberapa gorengan ke dalam piring dan langsung disodorkan ke depan kami. 

Dan benar saja, rupanya gorengan ini memang menjadi dewa penyelamat di suasana yang serba tak enak ini.

“Wah, makasih banyak ya om!”, sejurus kemudian bedul langsung mencomot satu gorengan, dan mengunyahnya dengan lahap. Solahnya seperti orang yang sudah berhari-hari tak ketemu makan.

Setelah dua gorengan selesai dieksekusinya, roman wajah bedul kelihatan lebih ceria ketimbang sebelumnya. Diseruputnya kopi yang sudah setengah habis, sambil matanya melirik saya. Saya paham maksudnya, kopinya hampir habis dan dia masih ingin minum kopi lagi.

“Memangnya foto vintage itu seperti apa sih Dul?” tanya saya sembari memberi isyarat kepada mas Bowo, minta secangkir kopi lagi.

“Walah si Om ini pura-pura bloon ya, aduuuuh. Bukan foto vintage Om, tapi foto dengan style vintage alias foto yang disajikan dengan tampilan atau nuansa rol film ala era jaman dulu.” Dia habiskan dulu kopinya sambil tangannya menyambut satu gelas kopi yang baru yang disodorkan mas Bowo. “Kalau mau jujur, sebenarnya foto style vintage itu nggak serumit yang disampaikan oleh fotografer-fotografer itu Om. Foto vintage itu sebenarnya hanya membutuhkan sedikit sentuhan editing, dan sisanya lebih ke feeling dari fotografernya pas jepret. Kebanyakan fotografer yang saya kenal cuma mengandalkan pada AI dan juga pada editan, tapi sama sekali tak pakai feeling. Akhirnya, foto-foto vintage yang mereka hasilkan itu sama seperti foto-foto yang nggak punya nyawa Om. Fotonya emang kelihatan seperti foto lawas alias vintage, tapi kalau diselami, foto-foto itu malah kelihatan kacau, karena antara efek vintage dengan apa-apa yang ada dalam frame itu sama sekali nggak nyambung.” Sebetulnya si Bedul mau nyerocos panjang lebar lagi, tetapi tertahan batuk-batuk kecil karena terlalu semangat bicara. Diseruputnya kopinya untuk melancarkan tenggorokan.

“Terus, foto vintage yang benar itu seperti apa?” Kejar saya. Gemas betul saya dengan mahluk satu ini, tingkahnya bikin penasaran. 


“Foto vintage itu bukan bukan hanya foto dengan tone dan grain vintage om. Foto vintage itu adalah cerita dalam frame yang visualisasinya bicara secara utuh, bukan hanya sebagian. Kalau fotografer memang benar-benar mau buat foto yang vintage dalam artian betul-betul vintage, maka fotografer itu harus ngerti seratus prosen (mungkin maksudnya persen) tentang vintage itu sendiri.”

“Terus?” sela saya sambil menyodorkan lagi rokok karena kulihat rokoknya sudah hampir habis. Sambil cengengesan dia cabut sebatang.

“Foto vintage itu harus punya tema yang selaras dan satu vibe dalam segala hal,” tuturnya dengan tenang, setelah ia menyedot rokoknya dalam-dalam. “Segala hal, termasuk obyek, warna, dan juga tetek-bengeknya.”

“maksudnya gimana?” Tanya saya.

“Maksudnya begini om, ada cara dan langkahnya untuk membuat suatu foto dengan ‘Aura” vintage.” 

“Lha iya, cara dan langkahnya itu gimana?” tanya saya dengan intonasi suara seperti orang yang sangat penasaran.

Dan bangsatnya, si Bedul sama sekali tak mau jawab. Dia cuma cengengesan sambil klepas-klepus rokok diselingi dengan seruputan kopi. Saya hapal betul gayanya yang satu ini. Biar disiksa sekalipun, kalau dia sudah tak mau menjawab, maka dia tak akan buka mulut. Dongkol betul hati saya.

Itulah Sobat, cerita tentang Cara Memotret dengan Style Vintage bagian ketiga. Dan cerita ini akan saya sambung lagi ke bagian yang keempat, dengan judul: “Cara Memotret dengan Style Vintage? (Jawaban Dari Fotografer Foto Hitam Putih yang Jenuh Memotret Hitam Putih dan Sekarang Hobby Motret dengan Style Vintage) - Bagian Keempat”, semoga Sobat bisa terhibur dan bisa bahagia saat membacanya.

Tetap sehat, tetap semangat, dan seperti kata pepatah; "Hidup akan berakhir indah, dan kalau belum indah, itu artinya hidup belum berakhir!"

Salam jepret selalu.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis ulang oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photos

Selasa, 19 September 2023

Cara Memotret dengan Style Vintage? (Jawaban Dari Fotografer Foto Hitam Putih yang Jenuh Memotret Hitam Putih dan Sekarang Hobby Motret dengan Style Vintage) - Bagian Kedua



Kediri, Tabanan, Bali, Selasa, 19 September 2023

Selamat pagi, siang, sore dan malam Sobat jepret semuanya. Mohon ijin untuk menyambung cerita saya sebelumnya, yang bertutur tentang Cara Memotret dengan Style Vintage. Dan supaya Sobat bisa menikmatinya, sebaiknya Sobat membaca penuturan saya pada artikel sebelumnya yang berjudul: "Cara Memotret dengan Style Vintage? (Jawaban Dari Fotografer Foto Hitam Putih yang Jenuh Memotret Hitam Putih dan Sekarang Hobby Motret dengan Style Vintage) - Bagian Pertama". Tulisan ini adalah cerita bagian kedua, silahkan disimak:

Bedul sepertinya paham, usahanya untuk menawarkan lensa itu ke saya bakalan sia-sia. Sejurus kemudian, dia duduk di sebelah saya, sambil menunduk si Bedul bergumam sendiri, “Kalau saja lensa ini bisa laku, pasti saya sudah bisa minum kopi sekarang…”

“Kopi Dul?” tanya saya perlahan, “mau kau kubelikan kopi?”. Bedul sontak memandang saya dan air mukanya juga berubah cerah. “Iya Om, boleh!”, sahutnya  tanpa pakai pikir lagi. 

“Mas, kopi hitam satu!” Seru saya sambil mengacungkan satu jari ke mas Bowo. Tak lama kemudian, satu kopi hitam datang. 

“Ada rokok Om?”

“Ada,” jawab saya sambil mengeluarkan lima batang rokok lintingan dari kantung saya dan menaruhnya di meja sebelah gelas kopi saya. Bedul kelihatan kaget. Rokok lintingan yang saya bawa pastinya bikin dia kaget. Pelan dia ambil sebatang rokok lintingan yang saya taruh tadi, selipkan di bibir, lalu dia sundut. Saya ambil juga rokok lintingan tadi, saya sundut, dan pelan saya hisap. 


Rokok lintingan tadi jelas sudah bisa menjawab persoalan, kenapa saya tak beli lensa yang bedul tawarkan. Bedul pasti sudah paham tentang kondisi dompet saya, dan rokok lintingan itu sudah bisa menerangkan dengan terang benderang soalan ekonomi saya.

“Kenapa kau jual Dul? Sudah bosan motret rupanya?” Tanya saya.

“Nggak Om, cuma memang lagi ada perlu saja”. Jawab si Bedul pelan. 

“Ada perlu, maksudnya?” tanya saya berikutnya. Dan rupanya pertanyaan saya itu membuat dia jadi bisa sedikit tenang. Mukanya jadi agak teduh. Sejurus dia tersenyum.

“Om, sebenarnya saya sedang ada tawaran kerja untuk ambil foto, dan kalau kena gol itu kerja, saya bakal ada uang lumayan dari komisinya,” kata Bedul bersemangat, sembari mempelajari raut muka saya. Saya hanya menangguk-anguk saja karena tidak tahu harus kasih tanggapan seperti apa.

“Sayangnya, orang yang kasih order itu tidak mau kasih saya persekot. Dia bilang baru bisa kasih komisi kalau pekerjaan saya sudah kelar. Jadi, ongkos, bekal, dan printilan persiapan lain harus saya kasih talangan dulu om,” sahut Bedul sambal menghembuskan asap rokok, pandangannya menerawang jauh.

“Apa tidak bisa kasih pengertian sedikit ke orangnya, bilang kalau kau butuh persekot untuk persiapan dan segala macam.” Sahut saya.

“Sudah om, saya sudah kasih omong kaya gitu. Tapi orangnya tetap bergeming, dia tetap bilang kalau dia cuma bisa kasih komisi kalau sudah selesai…..sebelum itu, harus saya mesti tanggung sendiri!”

“Padahal motretnya juga tidak terlalu susah om, gampang malah untuk ukuran saya. Orangnya mau supaya saya kasih dia foto pakai style vintage, paling sedikit lima belas foto, dan kalau selesai serta sesuai maunya dia, dia bakal kasih saya komisi satu juta perak!”

“Kau yakin kau bisa kasih dia foto sesuai dengan maunya dia?” Sahut saya sambil seruput kopi sedikit.

Bedul tidak menjawab, cuma dia kasih tatapan aneh ke arah saya. Saya jadi merasa tak enak hati. Ucapan saya tadi tentunya menyinggung dia. 

Itulah Sobat, cerita tentang Cara Memotret dengan Style Vintage bagian kedua. Dan cerita ini akan saya sambung lagi ke bagian yang ketiga, dengan judul: “Cara Memotret dengan Style Vintage? (Jawaban Dari Fotografer Foto Hitam Putih yang Jenuh Memotret Hitam Putih dan Sekarang Hobby Motret dengan Style Vintage) - Bagian Ketiga”, semoga Sobat bisa terhibur dan bisa dapat banyak senang saat membacanya.

Tetap sehat, tetap semangat, dan seperti kata pepatah; "Hidup akan berakhir indah, dan kalau belum indah, itu artinya hidup belum berakhir!"

Salam jepret selalu.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis ulang oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photos

Selasa, 13 Juni 2023

Cara Memotret dengan Style Vintage? (Jawaban Dari Fotografer Foto Hitam Putih yang Jenuh Memotret Hitam Putih dan Sekarang Hobby Motret dengan Style Vintage) - Bagian Pertama


Penjual Kopi Keliling
Fotografi Vintage
trisoenoe.com

Ciledug, Tangerang Kota, Banten, Selasa, 13 Juni 2023

Selasa, malam Rabu di pertengahan bulan Juni di tahun 2023. Bulan ini jadi bulan yang punya arti dobel buat saya. Bukan karena bulan ini penuh dengan kejadian-kejadian yang indah atawe menggembirakan, tetapi karena di bulan ini saya jadi pengangguran benar-benar alias tak ada kerja sama sekali. 

Ya! Bulan ini saya resmi menjadi pengangguran karena kontrak saya tak lagi diperpanjang oleh kantor. 

Dan di malam ini, karena pikiran saya sedang sumpek, saya beranikan diri untuk sekedar jalan cari angin. Di kantong kanan celana saya hanya ada uang sepuluh ribu perak, sedang di kantong sebelah kiri ada lima batang rokok lintingan sisa tadi siang. Kantong-kantong lainnya hanya ada angin saja. Sungguhpun demikian saya pergi juga ke kedai kopi mas Bowo dengan harapan akan bisa bikin enteng kepala. Tetapi rupanya saya datang terlalu cepat. Pada pukul 19.30 begitu kawan-kawan fotografer (seniman) yang biasa kongkow di kedai kopi mas Bowo belum ada satupun yang muncul.

Kedai Kopi
Fotografi Vintage
trisoenoe.com

Mau pulang tanggung, di rumah juga suntuk dan suasananya bikin kepala mau pecah. Biar saya tunggu sambil ngopi di kedai kopi mas Bowo sajalah, sambil merenung cari inspirasi. Satu jam, tidak apa-apa, saya kepingin betul dengar kelakar teman-teman fotografer saya yang seniman, biar saya bisa tertawa dan jadi enteng hati. Pikiran saya betul-betul sumpek malam itu.

“Om!” suara teguran, saya menoleh. Bedul berdiri disamping saya, “Om tahu berapa harga satu lensa kit?”

“Tidak. Saya belum pernah berniaga lensa kamera,” jawab saya asal saja karena rada kaget. Mata bedul jadi tajam. Saya jadi tak enak hati. Jawaban saya tadi tentu tak sedap di kuping dia.

“Saya tahu! Saya juga tak akan kasih jual sama om. Om tentunya tak akan beli karena om sudah tak ada kamera. Saya cuma tanya sama om, kira-kira bakal laku berapa lensa ini kalau saya kasih jual. Tebak saja kira-kira laku berapa?

“Sekitar empat ratus… eh… mungkin bisa laku lima ratus barangkali.” Buru-buru saya sambung, Lima ratus lima puluh ribu perak.”

"Enam ratus lima puluh ribu perak!"

"Enam ratus lima puluh ribu perak?"

"Iya om! Saya ada dua lensa kit yang masih bagus punya, lancar jaya, dan pasti laku."

"Jadi, sejuta tiga ratus." sambung saya.

"Benar om. Tapi sekarang ini saya hanya butuh lima ratus ribu saja. Sekarang ini, perlu betul. Bisa kasih pinjam saya om...?"

"Maaf. Nggak bisa Dul..."

"Tiga ratus, lah."

"Saya tidak bisa jawab lagi. Saya cuma bisa diam dan menyeruput kopi yang sudah dingin yang sudah satu jam lalu saya pesan. Di kantung saya hanya ada uang sepuluh ribu perak dan lima batang rokok lintingan.

Itulah Sobat, cerita tentang Cara Memotret dengan Style Vintage bagian pertama. Dan cerita ini akan saya sambung lagi ke bagian yang kedua, dengan judul: “Cara Memotret dengan Style Vintage? (Jawaban Dari Fotografer Foto Hitam Putih yang Jenuh Memotret Hitam Putih dan Sekarang Hobby Motret dengan Style Vintage) - Bagian Kedua”, semoga Sobat bisa terhibur dan bisa dapat banyak senang saat membacanya.

Tetap sehat, tetap semangat, dan seperti kata pepatah; "Hidup akan berakhir indah, dan kalau belum indah, itu artinya hidup belum berakhir!"

Salam jepret selalu.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis ulang oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photos

Selasa, 16 Mei 2023

Spot fotografi - Lawang Sewu, Spot Foto nan Klasik, Indah, dan Eksotis.


Lawang Sewu - Semarang
trisoenoe.com

Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Jakarta, Selasa, 16 Mei 2023

(Artikel ini ditulis, saat Indonesia sedang panas-panasnya. Entah kenapa, sudah beberapa hari ini, tidak siang tidak malam, tetap terasa panas. Serasa berdiri di depan kompor tukang nasi goreng pas tukangnya lagi goreng 100 porsi sekaligus!)

Salam jumpa lagi sobat jepret seantero alam raya. Ijinkan saya untuk mengulas satu spot fotografi yang cukup terkenal di dunia per"jepretan". Spot fotografi ini memang terbilang unik, terletak di jantung kota Semarang, bangunan ini memancarkan aura klasik yang eksotis yang sangat khas, baik dari sisi interior maupun exteriornya yang ciamik.

Lawang Sewu - Semarang
trisoenoe.com

Nama bangunan ini adalah "Lawang Sewu", dan ini adalah sekelumit kisah tentang spot fotografi ini:

Secara etimologis, kata Lawang Sewu berasal dari bahasa jawa yang berarti “pintu seribu”. Penyebutan Lawang Sewu mungkin muncul karena banyaknya jendela dan pintu yang terdapat di bangunan ini, walaupun jumlahnya tidak persis seribu pintu. Pada era kolonialisme Belanda, gedung ini punya nama "Het administratiegebouw van de Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij", sebuah gedung perkantoran untuk mengurus perkereta apian milik Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Saat ini bangunan Lawang Sewu berada dibawah manajemen PT. Kereta Api Indonesia (KAI) yang kemudian difungsikan museum serta galeri tentang sejarah perkeretapian di Indonesia.

Lawang Sewu - Semarang
trisoenoe.com

Bangunan ini dirancang oleh Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, arsitek dari Amsterdam dengan ciri dominan berupa elemen lengkung dan sederhana. Bangunan dirancang menyerupai huruf "L" serta memiliki jumlah jendela dan pintu yang banyak sebagai sistem sirkulasi udara (dan dari sinilah istilah "Lawang Sewu" berasal)

Selain desain bangunanya yang unik, Lawang Sewu memiliki ornamen kaca patri pabrikan Johannes Lourens Schouten. Kaca patri tersebut bercerita tentang kemakmuran dan keindahan Jawa, kekuasaan Belanda atas Semarang dan Batavia, kota maritim serta kejayaan kereta api. Ragam hias lainnya pada Lawang Sewu antara lain ornamen tembikar pada bidang lengkung di atas balkon, kubah kecil di puncak menara air yang dilapisi tembaga, dan puncak menara dengan hiasan perunggu.

Lawang Sewu - Semarang
trisoenoe.com

Lawang Sewu terletak di Jl. Pemuda, berada tepat di depan Tugu Muda dan Museum Mandala Bhakti. Gedung Lawang Sewu mulai dilakukan pembangunan melalui peletakan batu pertama pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1919. Namun, gedung ini sudah beroperasi sejak 1907. Secara umum, bangunan Lawang Sewu memiliki dua bangunan utama dimana setiap bangunan memiliki dua gedung A dan B, serta C dan D. Gedung A adalah gedung yang menghadap ke Tugu Muda serta memiliki dua menara kembar. Bangunan ini memiliki banyak kaca patri besar, memiliki tangga utama di bagian tengah serta jalur menuju lorong bawah tanah. Tepat di belakang gedung A, terdapat gedung B yang memiliki 3 lantai. Lantai 1 dan 2 pada gedung ini digunakan sebagai perkantoran sedangkan lantai 3 berfungsi sebagai loteng.

Sejarah Lawang Sewu

Pada tahun 1864 ketika Belanda melakukan pembangunan jalur kereta api di Indonesia, Belanda mulai merancang jalur kereta api Semarang-Solo-Yogyakarta dan Kedungjati-Ambarawa. NIS merupakan perusahaan yang bertanggungjawab dalam membangun jalur kereta api ini. Dimulai dari tahun 1864 hingga 1867, pada awalnya pembangunan jalur kereta api ini difungsikan sebagai penghubung antara Semarang sebagai bandar pelabuhan dan industri dengan wilayah pedalaman sebagai penghasil bahan mentah berupa hasil perkebunan dari Solo dan Yogyakarta. Dengan adanya perkembangan teknologi membuat NIS sukses besar dan mengharuskan memiliki kantor sendiri.

Lawang Sewu - Semarang
trisoenoe.com

Kantor yang akan mereka bangun adalah sebuah kantor urusan administrasi yang nantinya terletak di Jalan Pemuda. Pada tahun 1904 dimulailah proses pembangunan gedung administrasi perkantoran kereta api oleh J.F. Klinkhamer dan B.J. Queendag sebagai koordinator perencanaan, serta memilih Cosman Citroen sebagai arsitek untuk gedung tersebut. Pembangunan gedung ini berakhir pada tahun 1918.

Ketika memasuki masa penjajahan Jepang, bangunan Lawang Sewu berubah menjadi Kantor Ryuku Sokyoku (Jawatan Transportasi Jepang). Selain menggunakan kantor transportasi, Jepang juga menggunakan ruang bawah tanayh Lawang Sewu sebagai penjara dan tempat eksekusi mati. Kemudian pada Oktober 1945, Belanda ingin mengambil alih kembali wilayah Semarang sehingga menimbulkan perang dan memaksa Jepang mundur.

Setelah masa perang mempertahankan kemerdekaan gedung Lawang Sewu berubah menjadi kantor DKARI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia). Namun, memasuki tahun 1946 ketika Belanda mulai menancapkan kekuasaannya di Semarang, DKARI harus berpindah ke bekas kantor de Zustermaatschappijen karena gedung Lawang Sewu digunakan oleh Belanda untuk menjadi markas tentaranya.

Pada tahun 1994 dilakukan penyerahan ke PT. KAI dan dilakukan restorasi gedung Lawang Sewu pada tahun 2009. Pada tahun 2011, Ibu Negara Ani Yudhoyono meresmikan gedung Lawang Sewu yang kini menjadi salah satu tujuan wisata sejarah perkereta apian di Indonesia.

Lawang Sewu - Semarang
trisoenoe.com

Kisah Pilu Lawang Sewu

Berdasarkan sejarah, Bangunan Lawang Sewu ini pernah menjadi saksi bisu Pertempuran Lima Hari di Semarang, Jawa Tengah.

Selain itu, bangunan ini juga merupakan lokasi pertempuran antara AMKA (Angkatan Muda Kereta Api) melawan Kidobutai dan Kempetai Jepang.

Singkat cerita, pada 1945 yang merupakan tahun kemerdekaan Indonesia, terjadilah pertempuran yang melibatkan AMKA (Angkatan Pemuda Kereta Api) dengan prajurit Jepang. Pertempuran ini berlangsung selama lima hari tiada henti pada 15-19 Oktober.

Salah satu penyebabnya adalah tewasnya dr. Kariadi yang merupakan dokter paling andal kala itu. Prajurit Jepang berada di dalam kawasan Lawang Sewu, sementara AMKA berada di Wilhelminaplein tepat seberang Lawang Sewu. Wilhelminaplein inilah yang dikenal dengan Kawasan Taman Tugu Muda.

Dari segi jumlah dan senjata, pemuda AMKA dinilai memang sudah kalah. Prajurit Jepang berjumlah sekitar 500.000 orang dengan senjata bayonetnya, sementara pemuda AMKA hanya berjumlah 2000 dengan senjata bambu runcing. Namun dengan semangat yang menggelora dan pantang menyerah, pemuda AMKA tetap berusaha melawan, walau pada akhirnya harus gugur di medan perang.

"Kawasan Wilhelminaplein ini dulunya dijadikan kuburan massal bagi pemuda AMKA yang meninggal. Namun, kemudian jasad-jasadnya dipindahkan ke makam yang lebih layak, yakni Makam Giri Tunggal, makam pahlawan dari pejuang AMKA," ujar Aris.

Riwayat Lawang Sewu Semarang dimulai sejak tahun 1904, yang merupakan proses awal pembangunan gedung tersebut dan terselesaikan 3 tahun kemudian.

Ketenaran Lawang Sewu mulai berakhir saat Jepang menguasai Kota Semarang pada tahun 1940. Bangunan megah ini mulai dijadikan sebagai tempat istirahat tentara jepang.

Demikianlah penuturan saya tentang salah satu spot fotografi di Semarang, yaitu Lawang Sewu. Jika sobat-sobat ada sempat pakansi ke Semarang, tak ada salahnya jika sobat singgah ke tempat ini. Siapkan kamera, dan puaskan hasrat untuk berfoto di sana. 

Semoga artikel ini berkenan untuk sobat-sobat sekalian.

Akhir kata, Salam jepret selalu.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis ulang oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photos

Senin, 08 Mei 2023

Close Up dalam Beauty Photography ! – Definisi Keindahan Absolut nan Dekat (Cerita bagian Ketiga)



Pantai Indah kapuk, Jakarta Utara, Jakarta, Senin, 8 Mei 2023

Selamat hari Senin Sobat jepret dimana saja kalian berada. Mohon ijin untuk menyambung ocehan saya sebelumnya, yang bercerita tentang Close Up dalam Beauty Photography. Dan supaya Sobat dapat paham tanpa dapat banyak pusing, saya persilahkan Sobat untuk mampir dan membaca celoteh saya pada artikel sebelumnya yang berjudul: "Close Up dalam Beauty Photography ! – Definisi Keindahan Absolut nan Dekat (Ocehan bagian Kedua)". Tulisan ini adalah cerita bagian ketiga, silahkan disimak:

Back Alias Tubuh Bagian Belakang

Badan dan kepala benar-benar membelakangi kamera. Di sini yang diekspose adalah postur tubuh bagian belakang.


Posisi Bahu


Bahu sejajar

Kedua bahu sejajar atau sama tingginya. Tapi harus di”pose”kan sedemikian rupa sehingga tidak terlihat kaku, bahu harus tampak sejajar dengan santai jangan terlihat tegang.

Bahu terangkat

Untuk menambahkan variasi, Sobat bisa mengatur posenya si momod untuk mengangkat salah satu atau kedua bahu, supaya terlihat lebih “hidup” dan tidak terlihat seperti pose saat pas foto di KTP.

Bahu maju ke depan 

Condongkan bahu untuk mendapatkan bentuk tubuh atau postur yang berbeda.


4.Posisi Tangan

Pada foto close up, walau yang menjadi fokus adalah wajah si model, Sobat bisa juga menggunakan tangan untuk membantu menambah aksen dan variasi pada pose si momod. Tangan bisa diangkat salah satu atau keduanya, tetapi jangan menutupi sebagian besar wajah, karena fokus utama adalah wajah. Tampilkan sisi-sisi tangan saja, jangan telapak tangan.

Kesalahan kesalahan pada pose close-up


Leher kelihatan seperti patah

Jangan sampai terlalu memiringkan atau menoleh sehingga leher terlihat seolah-olah patah. Selain pose seperti ini tidak terlihat estetik, dalam beberapa kasus, foto dengan pose seperti justru lebih terlihat “menyeramkan” ketimbang terlihat ciamik.

Putih mata terlalu dominan

Kalau si momod diposekan dengan gaya mata melirik, usahakan jangan melirik terlalu jauh sehingga pupil mata nyaris hilang. Apabila putih mata terlalu banyak, hal ini akan membuat foto menjadi tidak enak dilihat (bahkan jadi kelihatan horror bin serem!)

Hidung melewati pipi

Untuk model pose menengok ke kiri atau ke kanan, usahakan ujung hidung jangan sampai terlalu melewati pipi, apalagi melewati perempatan.....

Hindari dagu ganda

Ada sebagian orang yang memiliki dagu ganda saat menunduk. Untuk mengatasinya, minta model menegakkan atau menyorongkan dagu dan lehernya sedikit ke depan.

Wajah tertutup tangan

Kalau Sobat ingin supaya si momod berpose mengangkat tangan, jangan sampai tangan menutupi sebagian besar wajah. Pada foto close-up, fokus utama adalah wajah, kecuali yang menjadi fokus utamanya adalah tangan (in ikan foto wajah, bukannya foto tangan!)

Tatapan mata yang kosong 

Pada ekspresi apapun usahakan agar mata anda selalu ‘hidup’, jangan sampai tatapan mata terlihat kosong (Apalagi kalau mata terlihat seperti orang yang sedang menahan lapar…..).

Intinya, Sobat harus mengarahkan si model agar dapat menghasilkan ekspresi yang pas. Bagi fotografer atau stylist, pemahaman tentang ekspresi bisa membantu dalam mengarahkan ekspresi model-model Sobat.

Itulah Sobat, cerita tentang Close Up dalam Beauty Photography di bagian ketiga, semoga Sobat bisa terhibur dan bisa dapat banyak senang tatkala membacanya.

Tetap sehat, tetap semangat, dan seperti kata pepatah; "Fotografi adalah cara di mana kita merasa, menyentuh, dan mencintai. Apa yang telah tertangkap oleh kamera akan mengingatkan Anda tentang hal-hal kecil, setelah Anda lupa segalanya". – Aaron Siskind

Salam jepret selalu.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis ulang oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photos

Minggu, 19 Maret 2023

Close Up dalam Beauty Photography ! – Definisi Keindahan Absolut nan Dekat (Ocehan bagian Kedua)


Beauty Photography
trisoenoe.com

Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Minggu, 19 Maret 2023

Selamat pagi, siang, sore, dan malam Sobat jepret di seantero jagat raya. Mohon ijin untuk meneruskan apa yang sudah saya tulis sebelumnya, yang mengulik tentang Close Up dalam Beauty Photography. Dan supaya Sobat dapat paham dengan paripurna, saya persilahkan Sobat untuk mampir dan membaca celoteh saya pada artikel sebelumnya yang berjudul: "Close Up dalam Beauty Photography ! – Definisi Keindahan Absolut nan Dekat (Celoteh bagian Pertama)". Tulisan ini adalah cerita bagian kedua, silahkan disimak:

Beauty Photography
trisoenoe.com

Ekspresi tertawa

Ekspresi tertawa bisa dilakukan dengan membuka mulut lebar-lebar. Kedua bibir jangan dirapatkan dan harus terbuka hingga terlihat gigi si model. Tertawa bisa dibantu dengan menyondongkan wajah atau bahu ke depan, atau dengan membuang muka ke samping atau ke atas, bisa juga dilakukan dengan menutup sedikit bibir atau mulut si model.

Ekspresi marah

Ekspresi marah bisa dilakukan dengan banyak cara. Cara yang paling umum adalah dengan mata melotot atau pandangan yang tajam, mulut bisa dibuka lebar atau di tutup. Selain mata melotot, ekspresi marah juga bisa dilakukan dengan memicingkan mata, pandangan tajam seolah ingin memaki.

Ekspresi terkejut

Ekspresi terkejut atau kaget biasanya ditunjukan dengan membuka mulut lebar-lebar. Mata juga dibuka lebar untuk membantu kesan. Ekspresi kaget juga bisa dibantu dengan gerakan tangan.

Beauty Photography
trisoenoe.com

Posisi Kepala


Full Frontal

Posisi ini tegak lurus menghadap depan. sering disebut pose pasfoto karena mirip seperti orang yang sedang membuat pas foto.

Side Angle

Side angle bisa didapatkan dengan pose kepala dimiringkan sedikit ke kiri atau ke kanan, sudut sekitar 45 hingga 60 derajat. Sudut ini akan membuat dimensi pada bagian samping wajah.

Profile

Posisi ini didapatkan dengan pose kepala yang benar-benar menghadap ke samping sampai 90 derajat. Biasanya untuk menampilkan profil seorang model.

Back side angle

Badan membelakangi kamera, tetapi kepala diputar sedikit, sehingga wajah kelihatan tidak sampai hilang.

Back profile

Badan masih membelakangi kamera dan kepala menghadap 90 derajat ke samping, membentuk profil wajah.

Itulah Sobat, ocehan tentang Close Up dalam Beauty Photography di bagian kedua. Dan ocehan ini akan saya sambung lagi ke bagian yang ketiga, dengan judul: “Close Up dalam Beauty Photography ! – Definisi Keindahan Absolut nan Dekat (Cerita bagian Ketiga)”, semoga Sobat bisa terhibur dan bisa dapat banyak senang saat membacanya.

Tetap sehat, tetap semangat, dan seperti kata pepatah; "Hidup akan berakhir indah, dan kalau belum indah, itu artinya hidup belum berakhir!"

Salam jepret selalu.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis ulang oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photos