Rabu, 31 Maret 2021

Sembilan Tips Memotret Bunga Liar Sambil Bersepeda alias "Gopret"! (Episode bukan hitam putih)


9 Tipe Memotret Bunga Liar
trisoenoe.com

Ciledug, Tangerang Kota, Banten, Rabu, 31 Maret 2021

(Ini catatan yang saya buat di masa pendemi, dimana segala sesuatu jadi kelihatan sulit dan juga terasa menjepit. Semoga pendemi ini cepat berlalu!)

Punya hobi itu adalah hal yang bagus. Apalagi di musim pendemi seperti ini, dimana apa-apa jadi terkesan “susah” dan “berat”, dan salah satu cara supaya otak kita tetap bisa terjaga “kewarasannya” adalah dengan menyalurkan hobby (tentunya hobby yang ga terlalu menguras biaya, tidak berpotensi menyebarkan pendemi, dan sangat pas kalo dikombinasikan dengan kegiatan kita sehari-hari)

9 Tipe Memotret Bunga Liar
trisoenoe.com

Nah, salah dua dari hobby yang bakal kita ulas sekarang adalah “mancal pit” alias gowes dan motret. Hobi gowes sambil jepret ("gopret") menurut saya sangat cocok dan ciamik kalau dipadukan. 

Bagaimana tidak ciamik? Sambil berolahraga bersepeda keluar masuk kampung, persawahan, hutan beton, hutan kota, gang-gang sempit, kuburan, petilasan, sampai dengan jalan raya, kita juga bisa sambil hunting, siapa tahu ada obyek menarik yang bisa jadi target selanjutnya. 

Dan enaknya lagi adalah, kalau kira-kira di jalan ada target yang potensial dan layak untuk dijadikan “korban” jepretan, langsung deh bisa berhenti, keluarkan kamera, pasang kuda-kuda dan melakukan eksekusi tanpa perlu malu-malu. 

Seperti kata pepatah, sambil menyelam, minum kopi, artinya, olahraganya dapet, hobi memotretnya pun juga keudak.

Jenis subjek foto yang terlihat simpel dan banyak ditemui pada saat "gopret" adalah bunga atau pohon-pohon liar yang berada di tepi jalan. Kalau dilihat secara sepintas kadang kelihatan biasa saja, tetapi kalau mau dieksplorasi lebih serius, ternyata, bunga-bunga di tepi jalan itu dapat menghasilkan foto yang ciamik lho.

9 Tipe Memotret Bunga Liar
trisoenoe.com

Nah, berikut ini ada sembilan tips untuk memotret bunga di tepi jalan. Cekidot ya Sob:


1. Pastikan posisi memotret kita aman dan tidak mengganggu pengguna jalan yang lain.

2. Pastikan kalau Sobat sudah membawa sepeda, dan juga sudah membawa kamera. Karena, kalau Sobat hanya bawa sepeda saja, itu artinya ya Sobat cuma naik sepeda. Kalau cuma bawa kamera saja, itu artinya Sobat cuma memotret, dan bukan bersepeda sambil memotret! 
Jadi ingat ya Sob, bawa keduanya!

3. Cuek, ga usah pikirin orang lain dan tidak perlu malu apabila Sobat jadi tontonan orang yang lalu-lalang (selama Sobat berpakaian lengkap dan bukan telanjang bulat, ga masalah tokh!)

9 Tipe Memotret Bunga Liar
trisoenoe.com

4. Gunakan fitur macro, karena kebanyakan jenis pohonnya adalah semak dengan bunga yang relatif kecil.

5. Sebaiknya memotret di pagi hari, karena dipagi hari, bunga masih relatif segar dan sedikit berembun. Kalau Sobat memotretnya pas malam hari, agak sedikit riskan. Selain suasana sudah gelap, jangan-jangan, si “pemilik” kembang juga ikut kejepret…Duh, cilaka kalo begitu!

6. Berkreasilah dengan arah cahaya. Coba fokus pada “back lighting”. Hasil foto akan lebih dramatis, apabila arah cahaya datang dari depan kamera.

7. Jangan pakai lampu kilat. Tanpa lampu kilat, justru akan sangat membantu Sobat untuk berkreasi dan menambah variasi arah cahaya pada hasil foto.

9 Tipe Memotret Bunga Liar
trisoenoe.com

8. Jepretlah dengan berbagai mode dan juga berbagai teknik pencahayaan dan ukuran…jangan cepet puas hanya dengan sedikit foto.

9. Segera Sobat lakukan dan lakukan! Karena kalau tips ini hanya dibaca doang, Sobat tidak akan pernah bisa menghasilkan foto yang ciamik …hehehe.

Nah, itulah dia Sobat, sembilan tips yang bisa diterapkan untuk memotret sambil menggowes pit. 

Semoga artikel ini bisa berguna bagi Sobat sekalian. 

Dan ingat, tetap sehat, tetap semangat, dan selalu Ingat Pesan Ibu.

Salam jeret selalu ya Sob!

Artikel oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA 

Senin, 29 Maret 2021

Kesalahan Sederhana (yang mungkin terjadi) Pas Lagi Jeprat-Jepret


Komposisi garis
trisoenoe.com


Ciledug, Tangerang Kota, Banten, Senin, 29 Maret 2021

Sering kali pas kita pas kita lagi asyik jeprat-jepret, kita tidak sadar kalau ternyata ada kesalahan-kesalahan sederhana yang kita lakukan. Tapi ternyata kesalahan sederhana tersebut bisa mempengaruhi hasil jepretan kita loh Sobat. 

Simak tipsnya disini ya Sob, untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut.

Model Photography
trisoenoe.com

1.Sebelum memotret, periksa kembali semua objek yang akan masuk ke dalam frame

Sobat perlu mengecek kembali apakah ada objek yang dapat mengganggu keseluruhan dari foto Sobat yang kurang enak dilihat, seperti ada tumpukan sampah, atau ada batang pohon nyelalang di tengah, atau ada gerobak tahu bulat yang menghalangi obyek foto. 

Memang, kesalahan ini bisa sedikit di”permak”. Sobat dapat menggunakan photoshop untuk mengedit foto itu dan menghilangkan obyek yang mengganggu. Tetapi, akan jauh lebih mantab kalau Sobat bisa menghindari hal ini dengan mencari sudut atau angle lainnya yang lebih aman.

Komposisi elemen garis dan lengkung
trisoenoe.com

2. Perhatikan garis, kabel, dan elemen lain yang bersifat "kuat"

Adanya garis liar pada foto dapat mempengaruhi hasil foto karena garis merupakan elemen yang sangat kuat dan dapat mengalihkan perhatian bagi yang melihat. Misalnya ketika Sobat memotret sungai dari atas jembatan, foto menjadi tidak menarik ketika ada bagian dari jembatan yang masuk ke dalam foto.

Nature Photography
trisoenoe.com

3. Garis cakrawala atau horizon terlihat miring

Nah, kalau ini memang biasanya jamak banget terjadi. Biasanya banyak terjadi pas Sobat mengambil foto pemandangan alam. Misalnya ketika Sobat mengambil foto sunset (biasanya sih motretnya di pantai) dan tidak sengaja memotret miring, Sobat tentu dapat mengeditnya di photoshop, tetapi akan lebih baik kalau Sobat bisa menghindari hal ini pada saat memotret.

Portrait Photography
trisoenoe.com

4. Hati-hati saat memotret orang

Sobat perlu memperhatikan ketika memotret orang, agar tidak ada bagian yang terpotong pada bagian yang kurang tepat, misalnya memotong pada bagian kaki, dengkul, jidat, atau lain-lain.

Demikianlah Sob, empat kesalahan sederhana, yang mungkin terjadi pas lagi kita jeprat-jepret.

Tetap Semangat, Tetap Sehat, dan Ingat Pesan Ibu.

Pendemi ini pasti berlalu!

Catatan: 
Artikel ini ditulis, Ketika Sobat saya bertanya mengenai hasil jepretannya yang menurut Sobat saya itu kurang cihuy. Walaupun saya sebenarnya ogah untuk untuk menjawabnya, karena menurut saya, semua foto jepretan Sobat saya itu, super cihuy semua.

Artikel oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA 

Minggu, 28 Maret 2021

(Unggah-Ungguh) Atawe Etika dalam Fotografi (Tulisan Episode Keempat dan jadi episode terakhir)


Fotografi Portrait
trisoenoe.com

Ciledug, Tangerang Kota, Banten, Minggu, 28 Maret 2021

Artikel ini adalah sambungan dari tulisan saya sebelumnya, dengan judul, (Unggah-Ungguh) Atawe Etika dalam Fotografi (Tulisan Episode Ketiga), silahkan dinikmati ya Sob!

Mengambil gambar atau foto di ruang publik berbeda-beda di tiap kawasan, tempat atau negara. Sebagai gambaran, kita (di Indonesia) bisa dengan nyaman memotret anak-anak di pinggiran kampung atau di mana saja saat mereka bermain. Tapi jangan harap bisa semudah ini di Australia, mereka punya undang-undang tegas tentang perlindungan anak, maka memotret mereka lagi bermain sekalipun, tanpa ijin orang tuanya akan membawa kita ke panjara karena bisa sianggap sebagai kagiatan eksploitasi anak.

Fotografi Portrait
trisoenoe.com

Secara etika, sebaiknya di manapun Sobat mau menjepret, apalagi obyeknya adalah manusia, mintalah ijin dahulu, dekati dengan ramah, buat mereka dalam kondisi nyaman dan tidak asing dengan kita (fotografer). Karena 90 persen orang akan dengan senang hati menerima kedatangan kita saat diajak bicara dahulu. Tapi jangan lupa bicarakan maksud kita usai memotret. Menyapanya, seperti menanyakan nama, umur, pekerjaan keluarga, sampai hal remeh-temeh lainnya. Ketika mereka balik bertanya buat apa foto itu? Katakan dengan benar apa adanya. Misalnya untuk sekedar belajar atau kepentingan pemberitaan yang baik. Jika mereka paham kita lega, namun jika mereka keberatan, jangan coba-coba mempublish secara umum. Selain tidak menghormati privacy, mereka juga bisa menuntut kita.

Fotografi Jalanan (street photography)
trisoenoe.com

Perkantoran, stasiun dan mall sering dianggap sebagai ruang publik. Padahal tidak, mereka ibarat pemilik rumah dan halamannya. Apalagi jika disetiap sudut ruang mall ada larangan memotret. Kita tidak boleh seenaknya ambil foto. Meski tidak semua mall dengan jelas mengumumkannya. Namun, etika jurnalistik membolehkan kita memotret rumah seseorang, kantor atau mall jika mereka terlibat dalam sebuah kasus yang layak dan berhak untuk diketahui publik.

Fotografi Jalanan
(street photography)
trisoenoe.com

Misalnya layak dan berhak itu, jika sebuah institusi atau seseorang mempunyai masalah yang dampaknya merugikan banyak orang, katakanlah mall yang punya masalah dengan sistem pengolahan limbah yang mencemari kampung sekitarnya. Kita dibolehkan mengambil gambarnya, atas kepentingan publik. Hubungan antara fotografer dengan fotografer lain juga menjadi hal yang paling vital. Seorang fotografer profesional tidak akan bekerja atau menciptakan sebuah karya sendiri. Teruslah berinteraksi, konsultasi, tukar pendapat, saling menghargai karya orang lain, rendah hati.

Demikianlah Sobat jepret, episode ke empat dari empat episode, yang mengupas tentang Unggah-Ungguh Atawe Etika dalam Fotografi. 

Semoga, artikel ini bisa menghibur Sobat jepret semua.

Akhir kata, terima kasih atas perhatiannya.

Salam jepret selalu, tetap sehat, tetap semangat, dan selalu ingat pesan Ibu.

Pendemi ini pasti berlalu! 

Artikel oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA 

Kamis, 25 Maret 2021

(Unggah-Ungguh) Atawe Etika dalam Fotografi (Tulisan Episode Ketiga)


Art Model Photography
trisoenoe.com

Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Kamis, 25 Maret 2021

Masih dalam konteks memenuhi janji saya sebelumnya, ini adalah sambungan dari artikel yang saya tulis sebelumnya dengan judul:"(Unggah-Ungguh) Atawe Etika dalam Fotografi (Tulisan Episode Kedua)". So, silahkan dibaca ya Sob, semoga berkenan.

Kalau sebelumnya, kesalahan yang dibahas adalah "Mood" dan "Kemampuan komunikasi dengan target jepretan", maka kali ini yang akan dibahas adalah etika jeprat-jepret berupa "Bagi-bagi hasil jepretan!" dan "Kemampuan komunikasi dengan target jepretan". Dan ini adalah penjabarannya:

Portrait Photography
trisoenoe.com

Bagi-bagi hasil jepretan!


Saya yakin, ini sering terjadi, dimana Sobat kehabisan model, dan akhirnya maksa-maksa temen untuk jadi modelnya.  Pertimbangannya, selain gratis kita juga gampang berkomunikasi dengannya untuk memperoleh hasil jepretan yang kita inginkan. Hal yang acap terjadi adalah, jika kita memfoto model yang gratisan (teman atawe kenalan) kita sering lupa berbagi hasil foto dengan si momod tadi. Padahal, dengan memberikan hasil jepretan kita, itu adalah bentuk rasa terimakasih kita padanya yang sudah susah payah berpose menjadi model. 

Street Photography
trisoenoe.com

Juga berlaku jika Sobat saat memotret dengan tema human interest atau street photograph. Jangan terlalu pelit. Misal, kalau Sobat memotret ibu-ibu penjual sayur seperti kasus diatas, belilah barang yang dia jual sedikit saja meskipun Sobat tidak memerlukannya. Jangan asal jeprat-jepret lalu sobat berlalu begitu saja, ndak sopan Sob. Sekedar sapa, lalu belilah dagangannya barang sedikit, lalu sambung cerita-cerita, lalu ajukan pertanyaan, apakah dia bersedia untuk dipotret atau tidak. Kalua dia bersedia dipotret, maka langsung saja dijepret. Kalua dia tidak bersedia, yah, paling tidak, sobat kan sudah belanja, jadi bisa masak dan bikin food photography!

Human Interest Photography
trisoenoe.com

Kalo bisa, jangan jepret rame-rame!


Ini juga sering terjadi, dimana satu model dikeroyok rame rame oleh 10 fotografer atau lebih. Sumpah, ini adalah hal yang serem banget! Sobat bakal susah mendapatkan angle terbaik dan terganggu dengan fotografer lainnya. Lampu blitz yang datang bertubi-tubi akan mengkacaukan metering Sobat bila kalau kamera Sobat disetting dalam posisi manual. Belum lagi ajang untuk pamer gadget diantara para fotografer yang sangat tidak mengenakkan. Percayalah sangat membuat ciut nyali bila Sobat melihat gadget orang lain lebih canggih dari milik Sobat. Di sisi lain, model Sobat akan merasa menjadi “perawan di sarang penyamun”.

Candid Photography
trisoenoe.com

Bagi Sobat penikmat potret atau hobi memotret model, ada baiknya berkomunikasi dengan baik. Karena sering terjadi model yang baru bermunculan masih kaku dalam berpose. Lebih baik Sobat berkenalan dahulu dan melakukan pendekatan secara personal tanpa membicarakan tentang pose. Buatlah model tersebut merasa nyaman dengan Sobat, sehingga pada saat sesi pemotretan, Sobat tidak canggung mengatur pose dan sebaliknya, model juga akan merasa nyaman dalam berpose. 

Alhasil, Sobat akan mendapatkan pose dan foto yang bagus, hal ini akan menguntungkan kedua belah pihak bukan…? Ingat jaga kesopanan Sobat, sikap dan perkataan tidak perlu berlebihan. Nah, bagi Sobat yang suka dengan foto landscape, human interest melakukan pendekatan ke penduduk atau masyarakat sekitar sangat penting. Karena hal ini akan membuat mereka juga merasa senang dianggap sebagai pemilik wilayah.


Artikel oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA 

Selasa, 23 Maret 2021

(Unggah-Ungguh) Atawe Etika dalam Fotografi (Tulisan Episode Kedua)


Foto Portrait
trisoenoe.com

Radio Dalam, Jakarta, Selasa, 23 Maret 2021 

Seperti janji saya sebelumnya, ini adalah sambungan dari artikel yang saya tulis kemarin dengan judul:"(Unggah-Ungguh) Atawe Etika dalam Fotografi (Tulisan Episode Pertama)". So, silahkan dibaca ya Sob, semoga berkenan.

Kalau sebelumnya, kesalahan yang dibahas adalah "Gimana Seharusnya (fotografer dalam bersikap)?", maka kali ini yang akan dibahas adalah etika jeprat-jepret berupa mood dan komunikasi. Dan ini adalah penjabarannya:

Fotografi adalah media ekspresi diri seniman foto, tetapi juga media foto dokumenter. Yang umum terjadi adalah kesalahan identifikasi, orang awam yang menghadapi orang yang membawa kamera, lalu langsung menganggapnya sebagai fotografer kawakan. Padahal hasil karya dari dari kedua spesies ini bakalan beda seperti langit dan bumi. 


Meski waktu pemotretan, peralatan dan subjeknya bisa “plek” seratus persen, hasil yang didapat bisa beda, karena pendekatan dan perlakuan masing-masing terhadap subjek berbeda. Pendekatan dan perlakuan ini berbeda karena sikap fotografernya juga beda. 


Fotografer yang telah menyeleksi sikapnya akan menanggapi subjek fotonya dengan melakukan seleksi peralatan dan teknik yang berbeda dalam pemotretan. Seleksi sudut pandang, panjang lensa, kecepatan rana, penyinaran, zodiac, weton, hari baik, dan seabreg printilan ritual dan mantra lainnya. Sementara, yang bukan fotografer, akan langsung jeprat-jepret tanpa mempertimbangkan itu semua. Alhasil, walaupun yang difoto "mahluknya" sama, hasilnya akan terasa beda.

Berikut Beberapa Hal Yang Harus diperhatikan apabila kita akan melakukan pemotretan pada seorang model/mengambil sebuah gambar

Etika dalam fotografi:


Foto Portrait
trisoenoe.com

Mood


Manusia selalu berhubungan dengan mood dan emosi. Jika seseorang tersebut memposisikan dirinya di pihak lain (model). Perlu kita tahu bahwa menjadi model itu ternyata super melelahkan. Pemotretan seringkali memakan waktu yang panjang, mulai dari persiapan, make up, wardrobe, assesories sampai ke proses pemotretan. Model harus mempertahankan pose dan ekspresi yang diinginkan fotografer untuk beberapa lama dan ini membutuhkan tenaga ekstra. 

Kadang-kadang, jika pemotretan dilakukan diluar ruangan terik matahari juga gampang membuat model “babak-belur’ karena dehidrasi. Pada intinya, ciptakan suasana dan mood yang menyenangkan. Jika model Sobat sudah kelihatan capek, hentikan jeprat-jepret untuk sementara sampai si model mendapat tenaganya kembali. Jangan memaksakan diri, karena jika model Sobat kelelahan, mood akan hilang dan Sobat tidak akan mendapat ekspresi dan pose yang maksimal dari model Sobat.

Foto Human Interest
trisoenoe.com

Kemampuan komunikasi dengan target jepretan


Fungsi utama dari komunikasi verbal ini yaitu untuk mengarahkan model Sobat pada pose yang Sobat inginkan tanpa menggunakan sentuhan fisik. Kebanyakan model merasa sebel kalau fotografer menyentuh mereka. Gunakan bahasa yang halus dan tidak memerintah. 

Kemampuan komunikasi ini juga berguna untuk menjaga mood model Sobat, membuat model merasa nyaman, dengan demikian dia bisa lebih leluasa untuk berekspresi dan mengeluarkan posenya dengan maksimal. Jangan lupa untuk memberikan pujian jika Sobat mendapat hasil jepretan yang ciamik, tapi jangan berlebihan. 

Jika Sobat memotret human interest, misalnya saja Sobat bertemu dengan ibu pedagang sayur yang Sobat pikir bakalan mantab untuk dijepret, jangan sungkan-sungkan untuk mengajaknya bicara. Meskipun tema Sobat adalah candid, tidak berarti juga bertabiat layaknya maling, jepret-jepret terus kabur. Seyogyanya Sobat memperlakukan mereka sebagai model, bukan sebagai object foto semata. Bahkan, jika Sobat cukup berempati, Sobat akan mendapatkan foto yang lebih “bernyawa”… karena Sobat mengerti background dari manusia yang Sobat jadikan object Sobat.

Nyambung ya Sob, ke episode ketiga, dengan judul: "(Unggah-Ungguh) Atawe Etika dalam Fotografi (Tulisan Episode Ketiga)

Artikel oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA 

Senin, 22 Maret 2021

(Unggah-Ungguh) Atawe Etika dalam Fotografi (Tulisan Episode Pertama)


Foto Portrait dalam Hitam Putih
trisoenoe.com

Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin, 22 Maret 2021

Beberapa tahun belakangan ini, dunia jeprat-jepret alias fotografi mulai diminati oleh banyak orang yang ada di seluruh penjuru angin. Ada yang hanya sekedar menjalankan hoby, maupun yang sudah menjadi master. Ada photografer pemula dan yang sudah sangat ahli.


Pada artikel ini, saya akan coba menjabarkan tentang etika dalam fotografi dalam versi saya dan dari beberapa sumber yang saya dapatkan. Maksud dari etika tersebut adalah bagaimana cara kita berhubungan antar manusia, antara fotografer dan model, antara fotografer dengan fotografer lain, atau dengan masyarakat yang jadi “korban” jepret. Dengan memiliki etika yang baik, fotografer tentunya diuntungkan dengan mendapatkan foto yang lebih bernilai, enak dilihat dan alami. 

Foto Portrait dalam Hitam Putih
trisoenoe.com

Secara sederhana,  seorang fotografer yang memiliki etika akan dianggap oleh masayarakat umum sebagai orang yang rendah hati., hormat terhadap orang lain, antusias dan baik hati (tidak sombong, rajin menabung, gemar membantu, dsb). kita contohkan saja foto potret (portrait), apalagi kalau modelnya wanita, Sobat kudu menghormatinya dengan tidak colak-colek, njowal-njawil, apalagi kalo sampai sambit menyambit pas mengarahkan. 

Colak-colek model wanita itu sangat tidak sopan ya Sob, apalagi kalau di negara-negara Asia, dan bakalan bikin model tersebut menjadi tidak nyaman. Selain itu, hindari kebiasaan berbicara dengan nada memerintah, itu jangan sampai deh. FG yang baik kudunya harus menghargai model dengan sering-sering berterima kasih sama model, apalagi kalau model itu ternyata juga baik hati dan sering jajanin FG nya, wah, kalau itu sih, jangan cuma kata terima kasih doang, kudu pakai cium tangan dan menitikkan airmata. 

Gimana Seharusnya (fotografer dalam bersikap)?

Pendekatan fotografer dengan subjeknya, apalagi jika itu manusia atau kelompok sosial tertentu, membutuhkan pendekatan yang elegan. Menurut almarhum MAW Brouwer, lebih banyak orang yang berhasil dalam kehidupannya karena social intelligence yang tinggi. 

Artinya keterampilan bersosialisasi amat penting bagi fotografer yang ingin berhasil. Terlepas dari peranan subyek dan peralatan yang tentunya penting, Paul I. Zacharia mengatakan bahwa di balik setiap foto yang baik itu harus ada suatu sikap “berfotografi” yang baik dan tepat pada si fotografernya. Mungkin terdengar sederhana sekali. 

Foto Portrait dalam Hitam Putih
trisoenoe.com

Tapi kalau kita renungkan, ternyata hal ini sangat benar sekali. Seseorang tidak mungkin menghasilkan foto yang baik, yang berkesan, apalagi yang punya nyawa dan ciamik, kalau tidak dilandasi sikap mental yang tepat. Kedewasaan kepribadian dari para fotografer yang berhasil, adalah faktor yang membedakan fotonya dengan foto-foto indah dari fotografer biasa.

Nyambung ya Sob, ke episode kedua, dengan judul: "(Unggah-Ungguh) Atawe Etika dalam Fotografi (Tulisan Episode Kedua)"

Artikel ditulis oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA 

Sabtu, 20 Maret 2021

Empat Kesalahan Yang Lumrah Dilakukan oleh Fotografer Pemula (Tulisan Bagian Kedua)


Fotografi Minimalis
trisoenoe.com


Ciledug, Tangerang Kota, Sabtu, 20 Maret 2021

Selamat hari Sabtu ya Sob! 

Seperti janji saya kemarin, ini adalah sambungan dari artikel yang saya tulis kemarin dengan judul:"Empat Kesalahan Yang Lumrah Dilakukan oleh Fotografer Pemula (Tulisan Bagian Pertama)". So, silahkan dibaca ya Sob, semoga berkenan.

Kalau sebelumnya, kesalahan yang dibahas adalah "cepat menyerah" dan "menggunakan lensa wide untuk portrait", maka kali ini yang akan dibahas adalah hasil foto yang kurang tajam akibat kamera yang "bergoyang", serta tidak ada subyek yang jelas dalam foto. Dan ini adalah penjabarannya:

Street Photography
trisoenoe.com

Foto Blur akibat kamera “bergoyang”

Hasil foto seperti ini yang sering kali menimbulkan penyesalan dan pilu di hati. Pada Shutter Speed lambat seperti 1/8 detik dan bahkan terkadang di 1/80 detik, kamera akan merekam efek dari goyangan kamera (camera-shake). Fotografer pemula tidak pernah menyadarinya, dan para fotografer PRO sering mengasumsikan foto tersebut baik-baik saja dan tidak berniat untuk menaikkan pengaturan ISO. Goyangan kamera bisa super nyebelin (kecuali jika memang disengaja), karena bisa bikin hasil foto jadi blur ga jelas

Portrait Photography
trisoenoe.com

Cara untuk mendapatkan foto jadi tajam adalah dengan berusaha sebaik mungkin agar kamera tidak bergerak (diam), dan salah satu metode terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan Tripod. Tidak masalah jika Sobat tidak ingin repot membawa Tripod kesana-kemari, atau tidak ingin berinvestasi pada perangkat ini. Lensa-lensa modern saat ini sudah banyak yang memiliki fitur untuk mengurangi dampak dari camera-shake, dan kamera modern sudah memiliki kualitas bagus pada pengaturan ISO tinggi (sehingga Sobat bisa tenang menggunakan Shutter Speed cepat). 

Pastikan Sobat diam tidak bergerak untuk sekian detik ketika menjepret, hal ini akan menghindarkan foto sobat dari dampak camera-shake. Jangan takut untuk menaikkan pengaturan iso, jika masih mendapatkan Shutter Speed yang terlalu lambat, dan jika mamungkinkan, carilah sesuatu yang bisa jadi dudukan agar kamera kalian tetapi diam (misalnya, pakai tatakan kursi, atau batu bata, atau batako, dan sebagainya).

Still Life Photography
trisoenoe.com

Tidak Ada Subyek yang Jelas pada Foto

Sebuah foto tidak akan ciamik kalau tidak jelas apa yang ingin disampaikan oleh si fotografer, atau bisa karena terlalu banyak elemen yang mengganggu dan memecah perhatian penikmat foto dari subyek utama foto. Kecenderungan ini umumnya terjadi karena perbedaan antara bagaimana kita melihat dunia nyata dan bagaimana kamera mengabadikannya. 

Sobat bisa mengatasi hal ini dengan beberapa cara: Mendekatlah pada obyek. Orang seringkali ingin sebisa mungkin memotret semua adegan atau pemandangan dengan menggunakan wide angle dari kejauhan, tetapi ini akan membuat subyek terlihat kecil, banyak detail akan terlewatkan.

(baca juga artikel tentang: "Mendekatlah! Dan Foto Sobat Akan Jauh Lebih Baik!") 

Street Photography
trisoenoe.com

Contoh yang lain adalah memotret manusia atau hewan dari kejauhan dengan alasan takut mendekat. Berusahalah untuk mendekat, bereksperimenlah agar subyek menjadi menonjol dengan menggunakan warna atau pencahayaan. Periksa elemen-elemen yang mengganggu yang ada di background, dan pastikan Sobat tahu apa yang kalian potret.

Demikianlah, empat kesalahan yang sering dilakukan oleh fotografer pemula (seperti saya). Tapi, seperti kata pepatah, manusia adalah tempatnya salah. Dan seandainya Sobat masih terus buat kesalahan, tenang Sob, selalu ada cara untuk menyalahkan orang lain atas kesalahan yang telah kita perbuat.

Jadi, quote dalam artikel ini adalah: 


“Jangan takut berbuat salah, karena akan selalu ada sahabat yang bisa kita salahkan atas kesalahan yang kita perbuat!”

Nah, demikianlah artikel ini saya buat dalam dua bagian, agar Sobat sekalian dapat menikmatinya dalam waktu senggang.

Terima kasih karena sudah membacanya.

Tetap sehat, tetap semangat. Ingat pesan Ibu.

Salam Jepret! 

Artikel ini diadaptasi dari artikel ariespiskha 
(7 December 2012)


Judul Asli Artikel: Kesalahan Yang Dilakukan Fotografer Pemula

Artikel diadaptasi dan ditulis ulang oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA 

Jumat, 19 Maret 2021

Empat Kesalahan Yang Lumrah Dilakukan oleh Fotografer Pemula (Tulisan Bagian Pertama)


Pemancing, Danau Cipondoh
trisoenoe.com

Ciledug, Tangerang Kota, Banten, Jum'at, 19 Maret 2021

Orang pintar minum tolak….eh…salah, maksud saya, orang pintar mampu belajar dari kesalahannya sendiri, tetapi orang yang bijak akan belajar dari kesalahan yang dibuat oleh orang lain. Kalimat dari orang pinter ini sengaja saya quote untuk pembuka artikel ini. 

Kenapa?

Karena, sayapun sering melakukannya, maksudnya, dalam hal fotografi, saya sering buat kesalahan saat memotret, dan itu jadi bukti yang sangat jelas, kalau saya sebenarnya adalah fotografer sekelas pemulanya pemula. Jadi, tak salah kiranya kalau saya menuangkan pengalaman saya itu ke dalam artikel ini. So, siilahkan dibaca ya Sob!

Artikel kali ini akan mengupas tentang kesalahan-kesalahan yang jamak dan lumrah dilakukan oleh seorang fotografer pemula (seperti saya) dan ditambah dengan berbagai sumber dari teman-teman yang sering curhat ke saya tentang masalah-masalah di seputar jeprat dan jepret. 

Bunga, Graha Bintaro
trisoenoe.com

Kesalahan pertama: Cepat Menyerah


Boleh percaya, boleh tidak, banyak fotografer yang melakukan hal ini. Para fotografer pemula telah susah payah menabung demi membeli kamera yang bagus, telah mempelajari melalui berbagai metode tentang segala hal yang berbau porno…ups…maksudnya fotografi (bertapa kungkum, puasa mutih, tapa di kuburan, dsb), dan mereka juga sowan di tempat-tempat yang punya view bagus demi dapat hasil jepretan dengan harapan hasil jepretannya bakal ikutan bagus, tetapi setelah merasa cape, lapar atau bosan, maka kamera mahal tersebut akan terbengkalai. 

Bunga, Serpong, Tang-Sel
trisoenoe.com

Mereka pada umumnya bahkan tidak pernah mengeksplorasi sebuah “obyek dalam frame” lebih dalam dan lebih intens lagi, dan menganggap foto hasil jepretan pertama yang mereka ambil adalah yang terbaik. Alhasil, begitu jepretan pertama ternyata hasilnya tidak bagus, mereka kontan langsung kecewa, dan emoh jeprat jepret lagi. Pengalaman membuktikan bahwa kebanyakan fotografer baru akan mendapatkan foto yang lebih ciamik lagi hanya dengan meluangkan waktu menemukan dan mencoba semua prespektif yang ditawarkan oleh sebuah obyek.

Bunga Kering, Bekasi
trisoenoe.com

Menggunakan Lensa Wide untuk Portrait


Kamera DSLR pada umumnya berada pada Focal Length terpendek ketika disimpan didalam tas. Wide angle biasanya juga menjadi pengaturan default bagi kebanyakan fotografer, tetapi pada kenyataanya ketika digunakan pada foto Portrait akan menghasilkan distorsi yang pasti tidak Sobat inginkan, apalagi jika Sobat memotret terlalu dekat pada obyek.


Kombinasi Diagonal, Serpong
trisoenoe.com

Gunakan zoom-in dengan focal length terpanjang pada lensa Sobat, jangan sampai menciptakan “karikatur” hanya dikarenakan distorsi yang diakibatkan oleh focal length pendek (contoh 18mm). Focal Length panjang (telefoto) akan meratakan prespektif, membuat foto Portrait yang Sobat hasilkan menjadi lebih atraktif.

(Bersambung ke bagian 2; "Empat Kesalahan Yang Lumrah Dilakukan oleh Fotografer Pemula (Tulisan Bagian Kedua)")

Rabu, 17 Maret 2021

Genre Atawe Aliran Dalam Fotografi...Bagian 4


Foto Bunga, dalam perspektif Miksang
trisoenoe.com

Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Rabu, 17 Maret 2021

Selamat pagi, siang, sore dan malam sobat jepret semuanya. Tulisan ini masih meneruskan artikel yang sudah tayang lama sekali (di tahun 2016), tentang aliran atau genre yang mewarnai dunia fotografi, ini adalah sambungan dari postingan terdahoeloe, atau edisi ke-4 dari 4 edisi (dan sepertinya, akan bertambah lagi, karena memang, aliran dalam fotografi itu banyak banget ya Sob!). 

(baca juga edisi sebelumnya, "Genre atawe Aliran Dalam Fotografi...Bagian 3")

Dan untuk postingan bagian 4 ini akan dipaparkan lagi dengan super singkat, 4 aliran dalam fotografi, yaitu: Sport Photography, Still life photography, Underwater photography, dan Macro Photography. 

So, inilah penjabaran singkat (dan semoga!) secara rinci, dan mendetail, tentang aliran-aliran yang barusan disebutkan, cekidot ya Sob:

Sport Photography
trisoenoe.com

13. Sport photography

Namanya juga sport photography, ya artinya Sobat harus menjepret segala hal yang berbau “olah raga”. Dalam pertandingan olahraga, fotografer sport akan bertugas mendokumentasikan pertandingan tersebut. 

Ada banyak momen yang bisa Sobat ciptakan dalam genre yang satu ini, namun Sobat sepertinya memerlukan lensa telezoom dan kamera yang cukup cepat untuk mengabadikan momen-momen tersebut. Walaupun ada juga cabang-cabang olah raga yang kayaknya gampang untuk dijepret dengan gear yang sederhana, misalnya catur, gaple, congklak, taplak bulan, karambol dan banyak lagi Sob. 

Still Life Photography
trisoenoe.com

14. Still life photography

Fotografi Still life adalah sebuah genre dimana objek yang Sobat jepret, adalah benda mati. Dan itu bisa ada dimana aja Sob, bisa di pinggir jalan, di kuburan, bisa di rumah, atau bisa juga di atm (kalau rekening Sobat ternyata saldonya kosong, maka saldo sobat yang mati itu bisa jadi obyek foto still life fotografi!). Tapi tidak hanya sekedar jepret, Sobat juga kudu bisa membuat sebuah karya dari benda mati, yang benar-benar artistik, atau terlihat seakan-akan hidup dan bernyawa.

Itulah sebabnya genre fotografi ini cukup sulit, Sobat harus mengerti karakteristik dari objek, komposisi, sudut pandang, pencahayaan, serta inspirasi yang lebih untuk dapat menciptakan foto Still life yang luar biasa.

(baca juga artikel tentang Still Life Photography, disini)

Underwater Photography
trisoenoe.com

15. Underwater photography

Seperti namanya, genre yang satu ini akan membuat Sobat lebih sering berada di dalam air ketimbang ikan cupang, demi untuk mendapatkan objek dan momen menarik yang terjadi di bawah air. Mungkin ekosistem bawah laut, seperti ikan-ikan, dan terumbu karang akan menjadi favorit bagi mereka yang memilih menekuni genre ini. Tapi tidak menutup kemungkinan, Sobat akan menemui obyek lain yang super aneh,  menarik dan ciamik, seperti monster Loch Ness, putri duyung, atau yang paling gila…Godzilla! Yah, siapa tahu kewujud ya Sob, namanya juga nasib.

Macro Photography
trisoenoe.com

16. Macro Photography

Dalam fotografi makro, Sobat akan lebih fokus untuk menangkap objek yang berukuran kecil, atau bahkan sangat kecil. Lensa yang seharusnya Sobat gunakan adalah lensa khusus yang memang dirancang untuk menangkap objek foto yang berukuran kecil, seperti kumbang, kupu-kupu, bunga, tuyul, dan hobit. Tapi, ga mesti juga dong, kalau memang Sobat ternyata anggarannya mepet abis, bisa juga kok pakai kamera HP dengan tambahan lensbong (pastinya lebih murah dan ga nguras dompet), atau kalau mau yang agak ribet, bisa juga motret pakai kamera dan lensa kit, sambil dibantu sama kaca pembesar. 

Intinya, segala cara bisa kok diterapkan, yang penting ada kemauan. Dan kalau mau berusaha, hasil jepretan Sobat dengan gear yang “mepet” juga ga kalah bagusnya dengan hasil jepretan kamera dan lensa yang “super mahal”.

Demikianlah beberapa genre atau aliran yang terdapat pada fotografi. Sebenarnya masih banyak lagi yang belum saya ulas disini, tapi nanti disambung deh, kalau emang waktunya memungkinkan. 

Tapi, sekedar saran nih Sob, silahkan dicoba dulu satu persatu, kalau perlu, dikombinasikan antara satu aliran dengan yang lain. Coba saja mana yang cocok dan sreg di hati. Fotografi itu seni, dan seni itu fleksibel, tidak kaku, tidak eksakta.

Sekian dulu ya Sob, nanti akan disambung lagi jika ada kesempatan

Tetap sehat, tetap semangat. Ingat pesan Ibu.

Salam jepret.