Kamis, 28 April 2022

Asal Muasal Gagalnya Hunting Foto (Edisi Nasehat Ala Kadarnya dari Penghobi Jeprat-Jepret yang merangkap sebagai Fotografer Pemula, Tetapi Tanpa Kamera) - Coretan Pena Bagian Ketiga


Lapangan Museum Fatahillah
Street Photography
trisoenoe.com

Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Kamis, 28 April 2022

Salam Jepret untuk para Sobat di seantero jagat raya. Seperti yang sudah saya isyaratkan pada artikel sebelumnya, yang berjudul "Asal Muasal Gagalnya Hunting Foto (Edisi Nasehat Ala Kadarnya dari Penghobi Jeprat-Jepret yang merangkap sebagai Fotografer Pemula, Tetapi Tanpa Kamera) - Coretan Pena Bagian Kedua", bahwasanya saya akan menyambung alias melanjutkan, dan ini adalah kelanjutan artikel tersebut, silahkan dibaca ya Sob.

Kalau dalam artikel yang lalu, yang dibahas adalah kegagalan memotret karena tidak punya rencana yang jelas, dan baterai low, dan seterusnya, maka yang akan kita bahas dalam artikel kali ini adalah kegagalan sesi motret yang disebabkan oleh:

5. Mood hilang ditiup angin

Terkadang, pada saat Sobat sudah mempersiapkan segala hal dan siap untuk berangkat untuk hunting foto, tiba-tiba ada telpon dari pinjaman online atau pegadaian yang memberi kabar “manis” tentang tagihan yang akan jatuh tempo (atau bahkan sudah melebihi jatuh tempo). Efeknya, mood yang sudah terbangun sedemikian apik, langsung runtuh berkeping-keping. Padahal, salaah satu syarat untuk dapat menghasilkan foto yang bagus adalah mood yang bagus pula. 

Alasannya sangat sederhana, hunting foto memerlukan pengamatan dan kejelian untuk menemukan obyek, dan jalan ninja untuk bisa mencapai fase pengamatan dan kejelian yang maksimal, hanyalah dengan ketenangan bathin. Hal itu sulit dilakukan dengan mood yang berantakan atau hilang ditiup angin.

6. Malu motret

Pada saat Sobat hunting foto, nyetrit, atau sejenisnya pada dasarnya adalah memotret di ruang publik. Tingkah polah kita akan dilihat banyak orang, apalagi kalau genre yang diambil adalah street photography atau fotografi jalanan. Artinya kita akan beraksi di depan banyak orang yang biasanya akan tertarik melihat kegiatan yang dilakukan. Belum lagi target jepretan alias obyeknya biasanya akan merasa risih atau kikuk sewaktu di foto, sehingga posenya jadi tidak natural.

Untuk mengatasi hal ini, kulit muka yang tebal menjadi hal yang wajib dimiliki oleh fotografer, ditambah dengan senyum dan unggah-ungguh yang tepat. Dan jangan sampai grogi agar fokus tetap terarah pada target jepretan kita.

Portrait with Candid
trisoenoe.com

7. Keasikan ngobrol dan ketawa ketiwi

Hunting foto bareng-bareng memang menyenangkan, karena kita bisa ngobrol bebas dengan mahluk-mahluk yang sepaham dan sealiran. Apalagi kalau ditambah dengan kopi dan rokok, maka akan lebih bertambah lagi kesukaan yang Sobat rasakan. tetapi, hal yang menyenangkan ini boleh jadi malah membuat Sobat terlena. Dan Sobat malah lupa dengan tujuan utamanya, yaitu memotret. Alhasil, tanpa terasa, waktu sudah berlalu, dan hari itu sama sekali tidak memotret (alias cuma konkow-kongkow saja)

8. Cuacanya kurang mendukung (Semesta tak merestui)

Kamera sudah siap, perbekalan sudah masuk tas. Kemudian, saat hari-H…..eh malah hujan deras. Bisakah Sobat berangkat dan menempatkan kamera dalam resiko? (Walaupun, terkadang hujan mampu menjadi nilai lebih dan dapat menghasilkan foto yang ciamik dan unik)

Nah, Sobat, di antara yang sudah saya sebutkan sebelumnya, mana sajakah yang pernah Sobat alami? Beberapa dari itu pernah saya rasakan ketika dulu mengawali hobi ini.

Sobat, demikianlah coretan pena bagian ketiga ini, dan seperti yang lalu-lalu, artikel ini akan disambung ke bagian selanjutnya, dengan judul: "Asal Muasal Gagalnya Hunting Foto (Edisi Nasehat Ala Kadarnya dari Penghobi Jeprat-Jepret yang merangkap sebagai Fotografer Pemula, Tetapi Tanpa Kamera) - Coretan Pena Bagian Keempat", semoga Sobat Jepret dimanapun bisa terhibur.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA

Selasa, 26 April 2022

Asal Muasal Gagalnya Hunting Foto (Edisi Nasehat Ala Kadarnya dari Penghobi Jeprat-Jepret yang merangkap sebagai Fotografer Pemula, Tetapi Tanpa Kamera) - Coretan Pena Bagian Kedua


Portrait Photography
(Candid Photography)
trisoenoe.com

Ciledug, Tangerang Kota, Banten, Selasa, 26 April 2022

Salam hangat Sobat jepret semuanya. Kali ini, saya ada kabar baik yang rasanya harus saya kabarkan kepada Sobat semua. Kabar baiknya adalah: Artikel yang kemarin, yang judulnya "Asal Muasal Gagalnya Hunting Foto (Edisi Nasehat Ala Kadarnya dari Penghobi Jeprat-Jepret yang merangkap sebagai Fotografer Pemula, Tetapi Tanpa Kamera) - Coretan Pena Bagian Pertama", ternyata ada sambungannya atau kelanjutannya. 

Sobat jepret tidak percaya?

Saya akan buktikan, dan ini adalah buktinya alias artikel lanjutan dari artikel yang kemarin, silahkan dibaca:

Kalau mau diurut-urut, sebenarnya ada beberapa faktor yang bisa bikin gagalnya sebuah acara berburu foto. Sebagian dari sebab itu sering sekali tak dianggap, tetapi terbukti bisa membuat sesi jepret menjepret itu hancur lebur tak keruan.

Coba lihat beberapa catatan di bawah ini dan tanyakan kepada diri Sobat, mana yang sudah pernah Sobat alami:

1. Asal berangkat, asal jalan alias tidak punya tujuan

Pernah merasakan keliling-keliling ke beberapa spot foto yang bagus dan tetap tidak dapat ketemu sama yang sreg di hati? Yah, itulah kemungkinan besar yang bakal terjadi kalau Sobat tidak menentukan sedari awal tujuan dan target jepret dimana hunting foto akan dieksekusi. Alhasil, seharian itu Sobat hanya berjalan wara-wiri ke sana dan ke sini tanpa dapat memotret barang satu jepretan acan.

2. Masih belum jelas mau jepret apa

Ada begitu banyak obyek foto di jalanan atau di spot tujuan, tetapi bingung kudu jepret yang mana dulu, atau, yang lebih gawat lagi, belum tahu apa yang mesti dijepret? Itu adalah hal yang bakalan terjadi kalau kita tidak tahu apa yang kudu dipotret, alias semenjak awal tidak menentukan apa yang jadi sasaran utama untuk dijepret. Endingnya bisa ditebak, begitu Sobat sampai di tempat tujuan, sobat malah hanya jadi penonton saja, sambil keker sana keker sini, tanpa pernah menjepret!

Panning
trisoenoe.com

3. Baterai lupa disetrum

Nah, ini biasanya kesalahan yang sangat jamak terjadi pada fotografer-fotografer pemula (seperti saya). Karena terlalu asyik menyusun dan mempersiapkan segala suatu untuk hunting potret, biasanya kita akan terlupa memeriksa kondisi baterai pada kamera. Alhasil, pada saat tiba di lokasi TKP, dan kamera sudah di tangan plus siap di jepret, baru ketahuan, kalau baterai sudah sangat low. Jadi sia-sia semua, karena hanya bisa jepret beberapa foto saja. 

4. Ogah jalan kaki

Berada di atas kendaraan akan membuat semua terlihat asal lewat saja. Padahal, hunting foto itu sebagian besar mengandalkan pada pengamatan seksama untuk menemukan obyek yang menarik. Dan pengamatan seksama sangat sulit dilakukan dari atas kendaraan yang sedang melaju. Angkot saja susah dapat sewa kalo ga ngetem, apalagi jepret alias motret.

Nah, itulah artikel pembuktian alias artikel bagian kedua, dan seperti yang sudah-sudah, artikel ini akan disambung ke bagian selanjutnya, dengan judul: "Asal Muasal Gagalnya Hunting Foto (Edisi Nasehat Ala Kadarnya dari Penghobi Jeprat-Jepret yang merangkap sebagai Fotografer Pemula, Tetapi Tanpa Kamera) - Coretan Pena Bagian Ketiga", semoga Sobat Jepret dimanapun bisa terhibur.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA

Sabtu, 23 April 2022

Asal Muasal Gagalnya Hunting Foto (Edisi Nasehat Ala Kadarnya dari Penghobi Jeprat-Jepret yang merangkap sebagai Fotografer Pemula, Tetapi Tanpa Kamera) - Coretan Pena Bagian Pertama


Penjual Kerak Telor - Street Photography
trisoenoe.com

Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Jakarta, Sabtu, 23 April 2022

Pernahkah Sobat mengalami hal ini saat hunting? Berangkat dari rumah dengan semangat yang berkobar dihiasi dengan wajah yang sumringah, lengkap dengan peralatan tempur yang segubrak banyaknya, tapi, pada saat pulang ke rumah malah membawa muka yang semrawut, mulut manyun, dus potongan yang acak-adul. Kesal yang ditaburi dengan rasa mangkel. Kira-kira seperti itulah raut mukanya fotografer atau penghobi jeprat-jepret yang baru saja mengalami sesi hunting foto yang hancur lebur atawe kosong melompong, karena sama sekali tak menghasilkan satu foto acan yang bikin hati dia puas.

Padahal, tujuan paling utama dari hunting foto adalah boleh dapat jepret foto (yang super ciamik). Pulang dengan tangan kosong tanpa foto, boleh digolongkan sebagai mubazir level dewa. Dan seperti perkataan orang-orang bijak pada jaman dahulu; 'tidak ada kegagalan yang bisa bikin hati senang' (kecuali kalau gagalnya itu terjadi pada mantan yang gagal kawin!…hehehehe). 

Banyak fotografer yang mengalami hal itu, terutama buat sobat-sobat yang baru saja berkecimpung dalam dunia jepret menjepret alias fotografi (seperti saya).

Seniman - Street Photography
trisoenoe.com

Penyebab utama hunting foto berakhir jadi babak belur seperti ini biasanya karena sang fotografer punya anggapan kalau kegiatan hunting itu cuma sekedar iseng atawe kegiatan sambil lalu. Biasanya, fotografer-fotografer pemula itu berangkat dari sudut pandangnya orang-orang yang tak menyukai fotografi. Kebanyakan orang yang tidak hobby fotografi akan beranggapan kalau berburu foto ini hanyalah pengisi waktu senggang belaka.

Salah besar Sob, pemahaman yang seperti itu adalah pemahaman yang benar-benar sesat! 

Hunting foto yang “baik dan benar” dan sesuai dengan kaidah “OOF alias Oendang-Oendang Fotografi” itu bukanlah jalan-jalan iseng sambil bawa kamera yang bisa dilakukan setiap waktu. Bukan Sob!. Se-kacrut-kacrutnya hunting foto, tetap saja membutuhkan konsep, rencana, persiapan, kejelian, kewaspadaan, dan ketelitian dalam melakoninya.

Boleh saja kalau Sobat mengandalkan faktor untung-untungan belaka, tetapi apesnya, hunting foto dengan konsep untung-untungan itu sifatnya tidak pasti, dan biasanya hasilnya juga untung-untungan. Boleh jadi Sobat bisa dapat jepretan yang ciamik bin bagus dengan langkah ini, tapi bukan tak mungkin juga Sobat tidak mendapatkan apa-apa.

Kereta Mainan - Street Photography
trisoenoe.com

Tetapi, kalau sebelum berangkat Sobat sudah memiliki konsep yang jelas, sudah punya ancang-ancang yang pasti untuk alur fotonya nanti, sudah yakin juga dengan segenap hati, jiwa dan raga, kemungkinan besar Sobat bakal dapat foto yang ciamik juga akan semakin terbuka.

Saya cukupkan dulu untuk coretan yang pertama ini ya Sob, dan selanjutnya artikel ini akan disambung ke bagian selanjutnya, dengan judul: "Asal Muasal Gagalnya Hunting Foto (Edisi Nasehat Ala Kadarnya dari Penghobi Jeprat-Jepret yang merangkap sebagai Fotografer Pemula, Tetapi Tanpa Kamera) - Coretan Pena Bagian Kedua", semoga Sobat Jepret dimanapun bisa terhibur.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA

Kamis, 21 April 2022

Fotografi Nuansa Klasik, Menjebak Fragmen Dalam Aura yang Abadi (Fragmen Terakhir)


Fotografi Klasik
trisoenoe.com

Ciledug, Tangerang Kota, Banten, Kamis, 21 April 2022

Selamat jumpa Sobat Jepret semuanya? Demi memenuhi janji saya pada tulisan sebelumnya, saya akan sambung tulisan yang tempo hari sudah saya tayangkan, dan tulisan ini adalah lanjutan tulisan dari artikel bagian kedua (Fotografi Nuansa Klasik, Menjebak Fragmen Dalam Aura yang Abadi (Fragmen Kedua)), dan inilah coretan sambungannya:

Pada tulisan yang kedua, yang diulas adalah cara kedua dan ketiga, yang berisi tentang kostum dan juga pose, maka artikel fragmen terakhir ini yang akan kita bahas adalah:

Keempat


Saatnya Jepret alias eksekusi si Model. Tugas paling berat untuk urusan memotret genre klasik portrait ya pada saat eksekusi ini. Sebab, fotografer harus bisa mendapatkan aura yang pas melalui komunikasi mata dan batin melalui kamera. Meski yang difoto bisa jadi keluarga sendiri, bukan berarti komunikasi tersebut mudah diperoleh melalui medium kamera. Masih banyak yang jadi kaku, canggung, bahkan jadi terlihat aneh saat harus berpose di depan kamera atau sebaliknya, berlebihan dan membuat foto portrait klasik menjadi kehilangan nyawanya.

Usahakan foto yang dihasilkan bisa menjebak emosi, karakter dan atmosfer keseharian dari model yang difoto. Tetaplah fokus pada bahasa yang disampaikan oleh mata, mimik wajah, gesture badan dan 'pesan tersembunyi' dari subjek yang akan difoto.

Pesan tersembunyi dalam foto portrait itu seperti yang dituturkan oleh fotografer legendaris Irving Penn sebagai karakter yang indah tetapi seakan takut untuk ditunjukan. Biasanya tertutup oleh bayang-bayang “etika dan norma” orang-orang sekitar dan juga aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, jangan mudah tertipu oleh “casing” atau tampilan luar, melainkan mampu memotret hingga menembus semburat rasa lewat bahasa mata, yang merupakan cerminan hati yang sesungguhnya.

Hal lain yang tidak kalah penting saat jepret-menjepret yakni, mengendalikan cahaya. Apakah akan menyinari seluruh wajah atau sebagian saja. Kalau sebagian, berapa banyak yang akan tertimpa cahaya dan bagaimana gradasi bayangan yang timbul. Bagaimana dengan bayangan yang jatuh di wajah, pipi atau hidung? Apakah akan dihilangkan ataukah akan diekspose ?

Fotografi Klasik
trisoenoe.com

Kelima


Setelah selesai dengan perkara jepret-menjepret, koreksilah di komputer seperlunya hasil jepretan tersebut, dan sesuaikan dengan kebutuhan. Seperti saturasi warna, cropping, membuat foto menjadi hitam-putih atau sepia.

Bagi yang memotret dengan file RAW, mengoreksi pasca pemotretan jauh lebih mudah karena mempunyai banyak pilihan. Walaupun demikian, file RAW bukan berarti yang terbaik, karena tempo yang dibutuhkan untuk "mengoprek" file jenis ini butuh tempo yang lebih lama ketimbang file JPEG.

Bila ingin mencetak foto sebelum dibingkai, pastikan mendapat tempat print digital yang sesuai. Terutama soal saturasi, tinta, hingga kualitas kertas atawe kanvas. Tetaplah berkomunikasi dengan mas atau om yang mencetak foto tersebut untuk memperoleh hasil maksimal. Kemudian pilihlah bingkai yang tepat seperti warna yang cocok, tebal-tipis bingkai dan warna dinding yang senada dan harmonis.

Sobat, demikianlah artikel bagian terakhir yang mengulas secara singkat tentang genre fotografi klasik. Memang tulisan yang dibagi jadi tiga bagian ini masih jauh dari kata sempurna. Yah, namanya juga fotografer pemulanya pemula, jadi masih jauh dari kata sempurna. Walaupun demikian, saya tetap berharap, semoga tulisan saya ini dapat menghibur Sobat Jepret semuanya.

Akhir kata....

Tetap Sehat!

Tetap Semangat!

Covid Pasti Berlalu!

Salam Jepret Selalu!

Artikel ini diadaptasi dan ditulis oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA 

Selasa, 19 April 2022

Fotografi Nuansa Klasik, Menjebak Fragmen Dalam Aura yang Abadi (Fragmen Kedua)


Fotografi Klasik
trisoenoe.com

Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Jakarta, Selasa, 19 April 2022

Selamat pagi, siang, sore, dan malam Sobat Jepret dimana-mana? Seperti yang sudah saya janjikan pada tulisan sebelumnya, saya akan sambung tulisan yang tempo hari sudah saya tayangkan, dan coretan ini adalah lanjutan tulisan dari artikel bagian pertama (Fotografi Nuansa Klasik, Menjebak Fragmen Dalam Aura yang Abadi (Fragmen Pertama)), dan inilah coretan sambungannya:

Kalau sebelumnya, yang diulas adalah cara pertama, maka artikel fragmen kedua ini akan membahas mengenai langkah kedua dan ketiga, yaitu:

Kedua 


Tentukan kostum atau baju yang sesuai dengan background atau cerita. Carilah warna warna yang kontras atau sebaliknya, lembut dan kalem. Atau, bisa juga kalau potret disajikan dalam balutan warna yang klasik, seperti hitam dan putih, atau sepia. Apapun itu, usahakan si obyek foto tetap mengusung komposisi warna yang harmonis untuk disampaikan dan dilihat.

Dan jangan lupa, beberapa genre portrait menggunakan pose yang bernuansa “teatrikal” dan itu membutuhkan printilan yang lebih ruwet lagi. Kalaupun itu diperlukan, usahakan tetap mempunyai korelasi yang selaras dengan tema yang diusung.

Kalau ini dirasa masih kurang “klasik”, Sobat bisa juga mencari model yang punya tampang yang juga “klasik”, alias jadul, supaya hasil jepretan menjadi “klasik” maksimal.

Fotografi Klasik
trisoenoe.com

Ketiga 


Pose yang sesuai. Ya, pose! Kenapa? Karena bahasa tubuh ini ikut menentukan kekuatan sebuah foto portrait. Jangan sampai pose yang tidak nyaman membuat sang model menjadi kaku dan tidak lagi natural.
Meski korban jepretan (alias model) yang bakal dijepret mungkin hanya dipotret separuh badan atau kurang dari itu, pose yang kaku tetap akan terlihat. Karena itu usahakan subjek mampu tampil tetap rileks dan alami.

Salah satu solusi yakni dengan berkomunikasi dengan model, membuat kelakar atau lelucon atau sekedar bertanya hobi dan makanan favorit meski itu keluarga sendiri, dengan tujuan, supaya si model menjadi lebih santai dan rileks. Sebab, dalam beberapa kasus pemotretan, subjek yang akan difoto tetap menjadi kaku walaupun yang memotret masih saudara sendiri. Mungkin karena tidak terbiasa di depan kamera atau ada perasaan tidak nyaman untuk alasan yang sulit dijelaskan (atau, bisa juga karena sogokannya kurang. Meskipun saudara sendiri, tetapi kalau imbalannya kurang atau bahkan tanpa imbalan, rasa-rasanya akan sulit terealisasi).

Nah, komunikasi yang baik dapat “menghapus” atau menghilangkan jarak yang terbentuk antara fotografer dan objek foto. Harapannya adalah, komunikasi yang baik mampu membangun hubungan yang lebih dekat layaknya seperti sedang ngobrol biasa. Seolah-olah tidak ada kamera yang menghalangi. 

Demikianlah untuk artikel fragmen yang kedua ya Sob, dan selanjutnya coretan ini akan disambung ke fragmen selanjutnya, dengan judul: "Fotografi Nuansa Klasik, Menjebak Fragmen Dalam Aura yang Abadi (Fragmen Terakhir)", semoga Sobat Jepret dimanapun bisa terhibur dengan tulisan ala kadarnya ini.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA 

Selasa, 05 April 2022

Fotografi Nuansa Klasik, Menjebak Fragmen Dalam Aura yang Abadi (Fragmen Pertama)


Fotografi Klasik
trisoenoe.com

Ciledug, Tangerang Kota, Banten, Selasa, 5 April 2022

Kalau Sobat iseng-iseng main ke museum, terutama untuk museum yang memamerkan lukisan-lukisan portrait, Sobat bakalan disuguhi dengan lukisan portrait yang ciamik. Terutama dari sisi teknik pencahayaan, komposisi yang begitu menginspirasi dan mempunyai sentuhan artistic yang lembut alias top markonyos.

Ditambah lagi dengan goresan aura yang sifatnya non teknis (cerita, drama, ide) dari para maestro tersebut sehingga karya-karya mereka masih terus mengagumkan dan seakan tak termakan olah ruang dan waktu.

Salah satu yang mencoba untuk mengadopsi (sebagian atau keseluruhan) dari kekuatan lukisan-lukisan portrait tersebut adalah fotografi. Sobat pasti sudah sangat paham, jikalau foto portrait dengan genre alias aliran yang segubrak banyaknya (human interest, beauty shoot, dokumenter, model dan lain sebagainya) merupakan aktivitas fotografi yang "menjebak" model sebagai subjek utama cerita.

Selain itu, teknologi digital membuat siapapun bisa menjepret portrait tanpa harus menggunakan kamera super mahal dan dilakukan di studio foto dengan alat super lengkap. Kalaupun harus menggunakan tambahan alat, masih bisa disesuaikan dengan kemampuan kantong, seperti menggunakan teknik strobis.

Untuk saat ini, bukan tidak mungkin, foto portrait bisa dilakukan di rumah dengan hasil yang maksimal tanpa harus menggunakan pernak-pernik penunjang yang mahal.

Nah, dalam artikel yang sambung menyambung ini, saya akan mencoba menjabarkan, beberapa tips yang mungkin bisa membantu Sobat, dalam hal jepret-menjepret dalam aura klasik. So, berikut ini adalah beberapa tipsnya:

Fotografi Klasik
trisoenoe.com

Tips Yang Pertama 

Temukan spot yang paling sesuai dan ciamik, terutama untuk urusan cahaya. Spot yang paling cocok adalah di dekat jendela. Sebab, dengan memotret bersisian dengan jendela, bakalan mengeksplore kekuatan cahaya secara lebih merata.

Kalau mau lebih “menggelegar” lagi atau sempurna, Sobat bisa menambahkan bantuan lampu flash atau reflektor. Fungsinya untuk memantulkan cahaya dan mengisi area gelap yang kemungkinan muncul di sekitar obyek. Dan jika Sobat merasa masih kurang afdol alias masih kurang, Sobat juga bisa pakai lampu halogen atau lampu tembak PLN yang segede Gaban, biar hasilnya bisa terang benderang (walaupun ada efek negatifnya, yaitu si model bakalan hangus karena kepanasan).

Sudah dulu untuk artikel fragmen yang pertama ya Sob, dan selanjutnya artikel ini akan disambung ke fragmen selanjutnya, dengan judul: "Fotografi Nuansa Klasik, Menjebak Fragmen Dalam Aura yang Abadi (Fragmen Kedua)", semoga Sobat Jepret dimanapun bisa terhibur dengan coretan seadanya ini.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA