Kemayoran, Jakarta, Senin, 16 Desember 2019
(Ini adalah sambungan kisah dua babak. Babak pertamanya adalah yang saya posting kemarin dulu. Jika Sobat sedikit bingung membaca cerita ini, tak ada salahnya kalau Sobat sekalian membaca bagian pertamanya, disini)
Rumah Juragan
“Masuk Mas, maaf karena meminta si Mas untuk datang selarut ini”. Seorang laki-laki paruh baya keluar dari rumah, dan mempersilahkan kami untuk masuk. Lalu kita diajak duduk di teras, bicara sana-sini, walaupun sebenarnya si Juragan itu yang bicara (lebih tepatnya monolog), dan kami hanya mendengar saja sambil sesekali senyum atau mengangguk, mirip boneka mainan anak perempuan tetangga saya.
Si Juragan ini usianya mesti sekitar 50-an. Perawakannya tegap, kelihatan neces dan kelimis. Ini pasti si Juragan yang dibicarakan oleh kawanku Bedul. Wajarlah kalau kawanku itu bisa mau kerja tanpa omong-omong ongkosnya berapa, dan juga tanpa persekot sama Juragan ini. Orangnya kharismatik. Bisa ditebak, orang ini direktur atau petinggi suatu perusahaan, atau bisa jadi pemilik perusahaan. Gaya bicaranya, pembawaannya, dan pemilihan kalimatnya juga apik. Sangat terpelajar.
Kikuk rasanya saya ditengah suasana macam ini. Jiwa serampangan saya seperti dipasung. Mesti bertingkah yang serba kaku alias serba tertata seperti ini, bikin badan saya gatal-gatal dan pantat panas. Untunglah saya tak harus bicara, jadi saya tak perlu bermanis-manis kata menanggapi si Juragan ini, bisa kena bengek saya nanti.
Setelah berbasa-basi cukup lama, rupanya kawan saya si Bedul tak tahan juga. Saya lihat, si Bedul mulai salah tingkah, mungkin dia merasa tak enak kalau bicara langsung minta uang, tapi dia juga tak tahan harus mendengar monolognya si Juragan lebih lama lagi. Dan untunglah, rupanya si Juragan ini peka juga hatinya, atau mungkin, dia jadi sadar ketika melihat kami jadi gelisah seperti anak kecil menanti giliran untuk disunat.
“Jadi begini mas B……(saya sengaja sembunyikan nama asli kawan saya itu, tak enak rasanya kalau nama aslinya harus diketahui orang lain), Saya tak tahu harus bilang apa sama mas. Akhir-akhir ini, bisnis sedang kurang bergairah, semuanya serba idle. Banyak investasi saya yang hingga saat ini belum juga menghasilkan. Sedangkan cost yang harus saya keluarkan jumlahnya semakin besar, dan tak bisa ditunda. Saya terpaksa harus memilih, untuk mendahulukan cost prioritas saya terlebih dahulu.”
Sampai disini, saya mulai tak enak hati, saya mulai bisa menebak kemana arah omongan si Juragan ini. Dalam kepala saya, satu persatu makanan enak yang rencananya akan saya makan nanti, mulai pudar ditiup angin. Saya lihat, kawan saya Bedul juga kelihatan tambah gelisah.
“Jadinya bagaimana pak?” Bedul mulai buka suara, makin terdengar seperti anak merajuk.
“Yah, seperti yang tadi saya bilang mas, untuk saat ini, saya memang harus memilih yang prioritas dulu. Dan proyek foto itu bukanlah prioritas untuk sekarang. Jadi, saya harap, mas B… mau mengerti dengan keputusan saya ini. Mohon maaf mas, saya juga sebenarnya tak berniat untuk tidak memenuhi kesepakatan kita.”
Bayangan tumpukan makanan yang sudah saya tata rapi dalam kepala saya, sekarang sudah benar-benar musnah, hilang tak berbekas.
“ini kali saya betul-betul minta tolong, Pak, Saya ada…,
saya perlu betul…”
Juragan kelihatan sedikit kesal. Dia buka map, dikeluarkannya foto-foto hasil jepretan kawan saya itu. Dipelajari, ya sebentar, ditimbang-timbangnya satu persatu foto-foto itu.
“kalau tujuh ratus ribu, bagaimana?”
Tujuh ratus ribu rupiah? Untuk pekerjaan yang edan-edanan seperti itu, dengan ongkos yang juga tak main-main, hanya dihargai tujuh ratus ribu rupiah?
Bedul tak menjawab. Mata saya mulai berkunang-kunang. Si juragan kelihatannya enggan untuk melihat keadaan kami berdua. Kemudian Juragan buka suara.
“Sebenarnya saya tak ingin mengecewakan mas, tapi, kalau mau bicara professional, seharusnya si mas mengajukan proposalnya dahulu mengenai cost pekerjaan ini. Saya sih bisa saja tak membayar, karena memang tidak ada kesepakatan di awal mengenai berapa nilai costnya, term nya seperti apa.” Si juragan masih saja berkicau, menggurui kami.
“Ini sekedar nasehat saja ya mas, seandainya si mas menawarkan proposalnya terlebih dahulu, kan saya bisa menimbang-nimbang segala sesuatunya sebelum mengatakan menyetujui atau tidak. Saya pikir, mas-nya ini sekedar memberikan portofolio saja kepada saya, sekedar pembuka jalan untuk kelanjutan kerja sama kita ke depannya, yah, semacam perkenalan lah”. Sejurus kemudian, si Juragan tersenyum, dan menurut saya, senyumnya lebih mirip ejekan ketimbang senyum biasa.
Bedul masih saja diam. Saya makin tak sabar, saya merasa kami dipermainkan, dibohongi. Saya tendang kaki Bedul, supaya dia mau jawab omongan si Juragan semprul itu.
“Begini saja pak, anggap saja itu portofolio saya, dan terserah bapak mau menghargai berapa untuk foto-foto itu.” Akhirnya si Bedul buka mulut juga. Tapi hati saya dongkol, masa dia bilang terserah saja? Memangnya ini kerja bakti, zonder ongkos?
“Ya, seperti yang saya bilang tadi, kalau portofolio seharusnya gratis, tapi kan itu tidak etis. Ya sudah, ini diterima saja, tujuh ratus ribu, dan menurut saya, nilai segitu sudah sesuai dengan kerja si Mas, iya kan?”. Ujar si juragan sambil menyodorkan amplop.
“Baik pak, saya terima”. Jawab si bedul sambil mengambil amplop yang disodorkan si Juragan tadi. Lalu dia menepuk bahu saya, dan berdiri. “Kami permisi pak, kebetulan jadwal kami padat hari ini. Jadi kami harus buru-buru, ada job foto yang menunggu.”
“Job foto? Job foto dengkul-mu itu!” maki saya dalam hati. Tapi saya setuju juga dengan Bedul, yang penting segera pergi dari sini, kepala saya rasanya pening betul kalau harus lihat si Juragan atau harus mendengar lebih banyak lagi nasehat dari mulutnya.
“Oh, silahkan! Memang, pekerjaan itu memang harus dikejar, dan kalian sebagai generasi muda, harus lebih cekatan dan juga sigap, jangan hanya berpangku tangan.” Si juragan juga ikut berdiri sambil mempersilahkan kami.
“Lain kali, kita akan bekerja sama ya mas. Saya suka dengan hasil foto mas…, berkelas.” Ujar si Juragan di teras rumah.
“Ya, mungkin” Bedul menjawab singkat dan datar. Tak lama kemudian, kami sudah di atas motor meninggalkan istana si Juragan dengan sejuta kemewahan kreol-nya yang ternyata nol besar.
Rupanya, si Bedul ada janji bayar hutang hari itu pada tukang nasi depan kosan. Lima ratus ribu. Dan hutang pada kios rokok juga sudah jatuh tempo, seratus lima puluh ribu. Tinggal sisa lima puluh ribu.
“Lebihnya ini kita belikan rokok dulu om, kemudian boleh kita makan sama-sama…,kita habiskan semua, habiskan semua!”
Lima puluh ribu dikurangi tiga puluh ribu untuk rokok, tinggal sisa dua puluh ribu rupiah. Sisanya akan dihabiskan untuk makan berdua.
“Saya pulang sajalah, Dul”
“Pulang bagaimana Om?
“Maksud saya, saya pulang saja Dul…,saya tak enak badan…,tidak ikut makan…”
Kami berpandangan dan sama-sama mengerti. Bedul makan sendiri.
Di jalan, sewaktu naik motor, saya ingat, saya masih ada satu bungkus mie instan dan telur di rumah, cukup rasanya kalau untuk saya makan sendiri. Dan itu masih lebih baik ketimbang barisan hidangan enak di kepala saya yang menguap satu persatu tadi.
Tapi, di pertengahan jalan, motor saya mogok, kehabisan bensin!
Lengkap sudah penderitaan!
Catatan:
Untuk sobat-sobat yang masih belum paham betul apa artinya fotografi komersial, ada baiknya saya tulis di bawah ini, tentang apa itu fotografi komersial. Silahkan menikmati.
Commercial Photography atau fotografi komersial yaitu foto yang memiliki nilai jual serta fotografi ini dibuat sesuai dengan tujuan komersial, contohnya untuk iklan dari sebuah produk, untuk poster, atau yang lainnya. Dan sudah pasti Anda akan memperoleh bayaran dari pihak yang sudah menyewa jasa Anda. Biasanya dari pihak penyewa akan memberikan pengarah untuk style. Sementara seorang pengarah gaya tidak semuanya mengetahui dengan baik mengenai fotografi. Oleh karena itu, Anda sebagai fotografer harus mampu berkomunikasi dengan pengarah gaya dengan baik.
Untuk commercial photography Anda bisa dilakukan dengan beberapa teknik yaitu dengan memperhitungkan komposisi serta arah pencahayaan, pencahayaan harus baik karena sekarang hampir setiap studio sudah bisa mengetahui cara untuk mendapatkan pencahayaan yang baik, menggunakan talent atau model yang mempunyai bakat setipe, strategi warna dan modifikasi menggunakan teknologi yang modern misalnya untuk gerak cepat, efek asap, serta slow motion.
Itulah teknik yang bisa Anda gunakan dalam komersial fotografi, karena foto Anda untuk sebuah perusahaan maka Anda harus memperhatikan dari setiap teknik yang ada. Berikut ini adalah beberapa jenis dari fotografi komersial yang bisa Anda ketahui.
Beberapa Jenis dari Commercial Photography
1. Fotografi Advertising
Fotografi advertising atau fotografi periklanan yang biasanya digunakan dengan tujuan untuk menyoroti sebuah produk, merek, layanan atau individu di dalam media cetak atau digital.
2. Fotografi Aerial
Atau bisa disebut dengan fotografi udara yaitu pengambilan gambar yang dilakukan dari udara menggunakan sebuah pesawat, parasut, helikopter, atau bisa menggunakan drone. Di dalam fotografi ini menggunakan konsep yaitu focal length, cakupan stereoskopis, serta peta indeks.
3. Fotografi Arsitektur dan Interior
Jenis dari commercial photography yang selanjutnya adalah fotografi arsitektur serta interior yang membidik gambar untuk struktur, interior rumah, bangunan, restoran, maupun sebuah ruangan. Di sini fotografer akan menggunakan teknik keahlian serta pencahayaan dan kreativitas dalam mengabadikan untuk keapikan dari interior sebuah ruangan. Biasanya fotografi seperti ini akan digunakan dalam promosi sebuah rumah, hotel, villa, restoran, atau sejenisnya.
Fotografi ini bisa dikatakan sebagai fotografi komersial yang khusus. Industri dari makanan akan selalu menjadi industri yang terkenal dan sudah mengalami beberapa perkembangan yang pesat dalam beberapa waktu terakhir. Oleh karena itu, kebutuhan fotografer pada bidang ini bisa terus meningkat.
5. Fotografi Olahraga
Fotografi olahraga tujuannya yaitu mengabadikan kejadian-kejadian yang penting serta patut untuk diabadikan di dunia olahraga. Biasanya digunakan dalam menulis sebuah berita olahraga maupun berita yang berhubungan dengan atlet di satu jenis olahraga.
6. Fotografi Perhiasan
Fotografi ini biasanya digunakan untuk brosur, media sosial, atau iklan digital. Fotografi perhiasan akan memperlihatkan beberapa aspek keindahan serta keunikan dari sebuah cincin, giwang, kalung, dan perhiasan lainnya yang mana hal tersebut adalah tolak ukur dari seorang fotografer perhiasan.
Itulah di atas mengenai beberapa jenis commercial photography yang bisa Anda ketahui.