Salam jumpa lagi Sobat (dan masih tetap dalam suasana pendemi......Ya ALLAH, kapan ini akan berakhir!!). Seperti yang sudah saya janjikan tempo hari, saya akan sambung artikelnya, dan artikel ini adalah artikel lanjutan dari artikel pertama (Hadiah Rp. 165.724.500? (Khayalan dan Obrolan Tak Jelas dari Enam Orang Fotografer yang Sudah Tak Punya Kamera) Episode Pertama), dan inilah artikelnya:
Tiba-tiba Mukidi (bukan nama asli ya Sob, demi menjaga ke“privacy”an rekan saya itu) membuka pembicaraan untuk merombak suasana yang tak enak itu. Diajukannya sebuah teka-teki berbunyi: berapa ribu jumlah orang di Jakarta yang memaki-maki karena malam Minggu ini hujan terus jadi tak bisa tamasya? Dan berapa ribu pula manusia yang bersyukur karena hujan, sehingga dia jadi punya alasan untuk tak pergi kemana-mana, jadi bisa hemat?
Semua senyap saja, tak satu pun yang menaruh perhatian pada persoalan pakansi atau tamasya. Kembali suasana jadi tenang dan sangat menekan. Tak enak betul rasanya. Kami semua seperti orang-orang berdosa yang tengah menanti keputusan hukuman. Tak tahan saya berada di tengah suasana tenang tak menentu.
Dan tak terasa meluncurlah tiba-tiba sebuah kalimat dari mulutku, mungkin akibat tekanan suasana yang tegang, jadi semacam meracau.
"Bagaimana kalau kita dapat hadiah sebanyak Rp. 165.724.500?" tanyaku. Angka itu demikian unik melulu karena kusesuaikan dengan kebiasaan fotografer-fotografer kawanku, serba unik dan eksentrik. Mendadak seluruh mata memandang ke arahku. Saya langsung menduga bahwa paling kurang salah seorang dari mereka akan memaki saya karena saya telah merusak suasana. Maka tak terbayang sedikit pun bahwa pokok pembicaraan yang kuajukan itu akan lanjut menjadi suatu percakapan yang seru.
"Berapa besar hadiah yang Om katakan tadi?" tanya Bedul tenang-tenang.
"Seratus enam puluh lima juta tujuh ratus dua puluh empat ribu lima ratus rupiah," jawabku.
"Dan seandainya hadiah itu akulah yang menerima?" kata Bedul sambil tersenyum, "Itu adalah modal yang lumayan untuk bikin sebuah pameran, suatu pameran yang rencananya sudah siap padaku. Kalau pertunjukan ini jadi, pasti akan menggemparkan dunia fotografi di Indonesia. Aku kasih bikin pameran itu demikian anehnya.
Banyak fotografer sudah merencanakan dan bikin gallery terbuka, memajang foto di taman, membuat pameran foto di museum, di pinggir jalan dan lain-lain. Dan aku mau bikin galeri labirin. Labirin yang besar, dimana semua foto-fotoku aku pajang di setiap sisi dinding labirin, bayangkanlah betapa uniknya gagasan ini! Soal tempat saja aku sudah menang. Aku yakin orang akan berbondong-bondong melihat bagaimana suatu pameran fotografi berlangsung di dalam labirin besar."
Seperti sebelumnya, artikel ini bersambung ke episode ketiga, dengan judul: "Hadiah Rp. 165.724.500? (Khayalan dan Obrolan Tak Jelas dari Enam Orang Fotografer yang Sudah Tak Punya Kamera) Episode Ketiga"
Artikel ini diadaptasi dan ditulis oleh: Tuntas Trisunu
#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA