Rabu, 27 November 2019

5 Cara Memotret Bunga Supaya Hasilnya Ciamik ! (Semoga......!)



Kemayoran, Jakarta, Rabu, 27 November 2019

Selamat berjumpa lagi ya sob. Apa kabarnya sobat-sobat semuanya? Moga-moga baik dan sehat selalu ya sob. 

Oh ya sob, artikel kali ini, saya mau coba untuk menulis, secara singkat aja sih, tentang cara memotret bunga supaya hasilnya bisa kelihatan ciamik alias layak disebut sebagai hasil foto bikinan fotografer.

“Bunga?, Lho, Kenapa harus bunga?”

“Lah, Memangnya kenapa dengan memotret bunga?” 

“Apakah salah dan hina jika memotret bunga?” 

“Apakah haram hukumnya, memotret bunga?”

Ya, tentu ga salah dong memotret bunga! Malah bunga itu adalah salah satu obyek foto yang boleh dibilang abadi. Juga termasuk obyek foto yang super kalem, super beraneka rupa, dan yang paling menarik dari bunga itu adalah…..mudah dapatnya!


Tapi, layaknya obyek foto yang lain, bunga termasuk obyek yang gampang-gampang susah untuk dipotret. Bukan karena bunga itu sok jual mahal, atau susah diatur, atau gampang ngambek, atau centil, atau banyak gaya, atau banyak maunya!

Bukan itu Sob!

Sama halnya kalau kita motret obyek lain, yang namanya memotret bunga, itu juga harus diperhatikan, supaya foto yang kita hasilkan, bukan foto asal jepret saja Sob. Nah, dibawah ini, akan saya coba paparkan dengan sepenuh jiwa raga, tentang gimana sih caranya memotret bunga yang (tidak) sesuai dengan kaidah perfotografian dunia?

Ada beberapa unsur dan elemen yang perlu Sobat perhatikan pada saat memotret obyek bunga tersebut. Nah, monggo disimak beberapa trik berikut ini ya Sob:


1. Cahaya

Apik tidaknya hasil foto bunga yang Sobat jepret, salah satunya bergantung pada elemen cahaya. Konon katanya, waktu yang paling indah dan paling cocok untuk memotret bunga adalah pada saat siang hari. Namun sebenarnya itu adalah waktu yang paling tidak direkomendasikan oleh para ahli dari BMKG (“nah lho, kok BMKG?”) karena cahaya matahari pada siang hari itu intesitasnya maksimal, sehingga bisa mengaburkan hasil foto dan membentuk bayangan. Belum lagi, sobat bisa over exposure dalam hal pencahayaan, alhasil, fotonya jadi ga bagus. 

Dus, secara siklusnya si bunga itu sendiri. Untuk sebagian besar bunga, siang hari adalah periode dimana si bunga lebih memilih untuk sedikit “melayukan” kelopaknya, sehingga tampilannya akan terkesan tidak fresh alias kucel. Tapi ini tidak berlaku untuk semua bunga ya Sob, tergantung jenisnya.

Jadi, supaya hasil fotonya bisa aman dan terkendali, sebaiknya Sobat memotret bunga pada saat pagi hari atau sore hari ketika cahaya matahari tidak terlalu cerah, agar hasil foto bunga yang Sobat ambil warnanya bias lebih ciamik.

Dan yang tak kalah pentingnya, kalau memotret pada saat pagi atau sore hari, Sobat bisa terbebas dari warna kulit yang kusam dan gelap akibat terpapar sinar matahari, untuk itu lotion ini akan sangat…….”Lah….kok malah ngelantur sih?”


2. Titik Fokus

Tentukan titik fokus obyek yang Sobat akan jepret, entah itu sekumpulan bunga berwarna-warni atau hanya setangkai bunga. Perhatikan bagian apa saja yang akan dimasukkan ke dalam frame Sobat. 

Perhatikan juga background atau foreground obyek, jangan sampai ada hal-hal yang mengganggu. Jika background ataupun foreground obyek dirasa tidak menarik, lebih baik mencari titik fokus yang lain.

Contohnya, pada saat Sobat akan memotret bunga, eh, tiba-tiba ada tukang es cendol, atau tukang bubur ayam yang menghalangi! 

Itu kan mengganggu banget, iya kan Sob? 

Kalau ketemu kasus seperti itu, gampang kok Sob. Sobat tinggal samperin itu tukang cendol atau bubur, pasang tampang melas dan sedih, sambil ngomong begini: “Bang, utang dulu, boleh ga Bang?”
Saya berani jamin, itu tukang cendol atawe bubur, langsung minggat deh!


3. Jangan sampai goyang

Kadangkala, secara tak sadar tangan sering goyang saat Anda tengah memotret. Atau malah seluruh badan kita yang goyang. Contohnya, pas lagi mau motret, tiba-tiba ada angin, atau malah ada Orkes Dangdut Keliling yang numpang pentas. Walhasil, foto yang kita jepret ada yang kabur. Ini wajar-wajar saja. Untuk itulah, disarankan Sobat minum tolak angin dan memakai tripod untuk mengurangi sindrom tangan bergoyang akibat angin, sehingga foto yang dihasilkan bisa terlihat lebih baik.

Tapi Sob, metode tolak angin dan tripod ini ternyata tidak mampu menyelesaikan masalah, kalau ternyata gangguan yang lewat itu Orkes Dangdut keliling alias Dorling! Percuma Sob!

Cara yang paling ampuh untuk mengatasi gangguan dari godaan Orkes Dangdut Keliling adalah; siapkan duit lima ribu perak, terus sobat bolehlah ikutlah joget dulu bangsa dua atau tiga lagu untuk memuaskan dahaga hati akan panggilan berjoget. 

Begitu Orkes Dangdut keliling alias Dorlingnya kelar, baru deh terusin motret lagi! (Ingat ya Sob, cukup joget dua atau tiga lagu saja! Jangan sampai jogetnya full satu album….itu mah kebangetan namanya! Mau motret apa mau joget? Jangan gitu lah, kalau mau motret itu harus konsekuen dan fokus dan….#*$###**?!@#@!#%$)


4. Sudut dan Jarak

Jangan memotret bunga hanya dari satu sisi saja. Disarankan untuk berputar mengelilingi bunga tersebut dan tidak hanya diam di satu tempat. Coba juga mengambil foto obyek tersebut dengan berbagai sudut ketinggian, baik dari atas, sama, atau lebih rendah dari obyek. Perhatikan pula jarak Sobat berdiri saat akan mengambil foto dengan obyek yang difoto. Jangan terlalu jauh, apalagi sampai beda kelurahan atau propinsi……Bisa gagal deh motretnya!


5. Libatkan Obyek Lain Dalam Frame

Sebuah foto akan terlihat lebih hidup jika kita bisa mengambil obyek tersebut dengan frame-frame yang unik. Jadi jangan hanya memotret bunganya saja, tapi cari cara yang unik untuk memotret bunga tersebut. Misalnya dengan melibatkan obyek lain yang ada di sekitarnya seperti ranting, serangga yang ada di bunga, harimau, atau ular, atau sekalian saja badak jawa bercula satu, dijamin bubar deh, ga jadi motret lagi!

Nah, itulah sob, lima trik, yang rasa-rasanya, tak perlu sobat terapkan, karena memang ngaco. Tapi, kalau sobat mau terapkan juga….Yah….Resiko tanggung sendiri ya sob!

Oh ya, kalau ada sobat yang masih belum mengetahui apa itu bunga, orkes dangdut keliling, dan lain sebagainya, Sobat bisa membaca deskripsinya di catatan di bawah ini. 

Akhir kata…..salam jepret untuk semua.


Catatan:

Orkes Dangdut Keliling adalah satu grup pengamen music dangdut atau Orkes dangdut yang pada saat keliling mengamennya menggunakan sarana gerobak dorong, atau yang lebih dikenal dengan sebutan dorling. Dalam gerobak dorong itu ada pengeras suara dan sebagainya. Biasanya mereka mengamen pada malam hari.

Bunga atau kembang (bahasa Latin: flos) adalah alat reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga (divisio Magnoliophyta atau Angiospermae, "tumbuhan berbiji tertutup"). Pada bunga terdapat organ reproduksi, yaitu benang sari dan putik.

Tukang es cendol adalah penjaja atau penjual jajanan es cendol, biasanya berkeliling dengan gerobak, atau bisa juga mangkal di satu tempat (lha iya dong, terserah tukangnya juga kelez...ngapain situ ngatur-ngatur tukangnya buat keliling atau mangkal....).

Es Cendol adalah minuman khas Sunda yang dahulunya terbuat dari tepung hunkwe, namun kini cendol terbuat dari tepung beras, disajikan dengan es parut serta gula merah cair dan santan. Rasa minuman ini manis dan gurih.

Tukang bubur ayam adalah penjual atau penjaja sejenis jajanan atau penganan yang terdiri dari bubur nasi lengkap dengan lauk-pauknya. Biasanya keliling dengan gerobak, tapi banyak juga yang mangkal.

Bubur ayam adalah salah satu jenis makanan bubur dari Indonesia. Bubur nasi adalah beras yang dimasak dengan air yang banyak sehingga memiliki tekstur yang lembut dan berair. Bubur biasanya disajikan dalam suhu panas atau hangat. ... Selain sarapan, bubur ayam kerap menjadi pilihan hidangan hangat di tengah malam.

(Artikel ini terinspirasi dari artikel yang tayang di inet.detik.com dengan judul "5 Kunci Sukses Memotret Bunga Layaknya Fotografer". Artikel arisinilnya bisa dibaca di sini)



Selasa, 26 November 2019

Bagaimana cara memulai fotografi hitam putih? (Pertanyaan...ataukah mengingatkan?)



Kemayoran, Jakarta, Selasa, 26 November 2019

Malam hari disini, sudah menjelang Isya. 

Sebenarnya, pertanyaan ini sudah lama diajukan kepada saya…..Lama sekali! Tapi baru sempat saya tulis sekarang.

“Om, gimana sih caranya ambil foto hitam putih yang baek dan bener?” 

Duh….Tepok jidat nih saya kalau dapat pertanyaan seperti ini. Dia pikir si “fotografi” itu lagi sakit parah, atawe sakit gigi, atau si “fotografi” sedang terjerumus dalam perbuatan yang sesat?....kok dia pake tanya, fotografi yang “baek dan bener” itu gimana?....

Apa ini orang tak paham, sudah dua tahun ini saya tak lagi pegang kamera. Sudah dua tahun ini, saya punya kamera sudah saya bungkus dalam tas, masuk ke dalam rak, dan hanya jadi salah satu benda penghuni tempat terkutuk itu? Dan terlalu lama saya tak pegang kamera, sampai saya lupa, seperti apa bentuknya kamera, dan apa itu shutter dan lensa!

Gimana caranya saya jawab pertanyaan seperti itu? 

Bakalan beda cerita kalau pertanyaan sobat saya itu diajukan dua tahun kemarin. Waktu saya masih rajin jepret sana dan jepret sini. Dan kalau sohib saya itu tanya saya saat itu, pasti akan saya jawab pertanyaan sohib saya itu dengan penuh semangat yang berkobar, ditimpali dengan intonasi suara yang naik turunnya macam ombak lautan saat badai besar, dus dengan petir menggelegar dan sambar menyambar….Saya jawab pertanyaan dia sampai khatam….Zonder sisa!!

Tapi, sayangnya, itu dulu…dan….Ya.....Seandainya!



Sekarang saya sama sekali tak mampu menjawab pertanyaan itu….Tak ada intonasi seperti ombak apalagi petir….Yang ada cuma jawaban lirih!

“Tanya mbah google aja sob!”…..Lirih, bahkan nyaris tak terdengar.

Dengar jawaban saya yang “tanpa nyawa” seperti itu, sohib saya kelihatan kaget. Dia pasang roman muka aneh sambil melihat muka saya dalam-dalam, dia pikir, dia salah orang, dan pasti dia berpikir, yang berdiri didepan dia saat itu bukanlah saya!

Saya Cuma senyum….”Bener sob, saya bingung gimana jawabnya” timpal saya, sambil masih pakai intonasi macam manusia yang sudah berhari-hari tak ketemu nasi.

“Coba aja dijawab!”…cecarnya agak ga sabar. 

Agak merasa berdosa juga kalau saya tak jawab pertanyaan sobat saya itu. Lama kami berkawan, tak enak juga kalau saya kecewakan dia kali ini.

Yah......okelah, saya akan coba jawab saja pertanyaan dia itu, semampu saya, sebisa saya.

Dan saya ajak sohib saya itu pergi ke warung. Seperti biasa, lagi-lagi ditemani kopi hitam, dan lagi-lagi dihiasi asap rokok!

Alhasil…..mulailah saya bercerita, tentang foto hitam putih, dan inilah ceritanya:


Apakah Sobat pernah menyadari bagaimana beberapa foto hitam-putih terlihat begitu menakjubkan, begitu hidup, dan begitu mampu bertutur kata? dan kemudian sobat ingin mencoba menciptakan foto yang serupa dan hasilnya bikin miris? Hal pertama yang mutlak diperlukan dalam menciptakan foto hitam-putih adalah jiwa, dan hati, dan sama sekali bukan tentang kamera.


Untuk bisa membuat sebuah foto hitam-putih yang bagus kita harus mampu memahami obyek itu secara utuh dalam hitam putih. Tekstur, garis, guratan, atau apa saja yang tampak seperti itu dan bisa ditonjolkan melalui warna hitam dan putih.


Tekstur-tekstur tertentu, semisal tekstur alami akan tampak lebih hidup dan lebih terlihat “bernafas” jika disajikan dengan warna hitam dan putih. Esensi foto hitam dan putih itu adalah tentang menangkap aura dan suasana dramatis, jadi jika obyek foto yang kita incar itu memiliki unsur yang dramatis secara alami, maka sobat sudah melalui langkah pertama dalam menciptakan foto hitam-putih. Contoh tekstur yang tampak bagus dalam nuansa hitam dan putih adalah serat kayu, pecahan logam, pola yang berulang di alam bebas seperti air atau spiral, gurat wajah, dan keseharian akan terlihat kuat, memiliki kharakter, dan bagus untuk foto hitam-putih.


Melalui warna hitam dan putih, cobalah untuk tetap menyertakan unsur simetris dalam frame yang kita ambil. Hal ini lebih mudah untuk membuat foto hitam-putih ketika kita memiliki simetris karena foto tersebut tentunya akan kehilangan unsur warna. Tekstur yang simetris dalam warna hitam dan putih akan terasa lebih hidup dan lebih berbicara, dan selalu menawarkan aura yang tidak dapat ditangkap oleh mata secara awam.


Greyscale bukannya tidak memiliki warna, atau semua yang diambil dalam nuansa abu-abu. Sobat harus memahami konsep greyscale terlebih dahulu sebelum memahami dan menguasai fotografi hitam-putih. Greyscale merupakan spektrum warna hitam, banyak abu-abu dan putih, seperti warna pelangi tetapi bedanya ini dalam serangkaian warna hitam dan putih serta tone abu-abu. Cobalah sobat melihat beberapa hasil karya foto hitam-putih, tentunya tidak hanya melulu warna hitam dan putih kan? 


Sebenarnya banyak nuansa serta kedalaman warna abu-abu yang berbeda. Jadi ketika Kita berbicara tentang greyscale, ini berarti adalah cara kita mengukur kedalaman tone abu-abu. Hitam dan putih tentunya termasuk dalam greyscale (skala abu-abu).

Ini akan terdengar sedikit aneh, tetapi ketika kita menemukan apa yang terlihat bagus dalam hitam-putih, sobat bisa memulainya dengan warna kontras yang tinggi pada setiap subyek yang ada di dekat kita. 


Warna mencolok seperti merah, ungu, kuning bisa menjadi bahan uji coba awal yang bagus. Dengan menggunakan warna-warna tajam seperti itu, kamera kita akan menafsirkannya secara berbeda. Silahkan Sobat mencoba dan bereksperimen terhadap warna-warna tersebut. Jika sobat tidak bisa menemukan warna-warna kontras itu di sekitar rumah, maka cobalah ke taman terdekat dan potretlah beberapa bunga yang memiliki warna tersebut.

Jadi yang perlu di pahami dan dimengerti adalah foto hitam-putih sebenarnya bukanlah zonder warna sama sekali. Dalam foto hitam putih itu ada warna, bahkan lebih banyak warna ketimbang foto yang benar-benar berwarna. Tujuan dari foto hitam-putih saat ini (bukan pada era kamera dan film dimana tidak ada pilihan selain hitam-putih) adalah menciptakan nuansa abadi dan tidak lekang oleh waktu, dan dengan prespektif yang tepat tentunya akan bisa menyampaikan pesan serta cerita tentang apa yang ada dalam frame itu, secara utuh, alami, dan juga sangat hidup.


Tapi yang paling utama adalah: Jangan pernah berhenti untuk mencoba memotret, dan jangan pernah memotret dengan mata, tapi cobalah memotret dengan hati. Nafas dari setiap foto, adalah cerminan dari hati si fotografer. Foto itu bukan hanya karya, tetapi foto itu adalah sidik jiwa dari sang fotografer yang terekam dalam frame.

Sampai disini, saya perlu diam sekejap. Saya menunggu reaksi sohib saya itu, menunggu supaya otaknya bisa mengunyah dan menelan omongan saya barusan. Jangan-jangan, jawaban saya tidak bikin sreg dia punya hati.

Tapi, untungnya dia menerima jawaban saya, sambil cengar-cengir, dia buka bicara:

“Ah, untunglah……Gue kira lu udah bener-bener pension dan ga mau motret lagi!”

“Jawaban lu barusan, ngebuktiin kalo lu cuma ga sempet motret, atawe lagi jenuh motret,….bukan ga mau motret, apalagi ga akan motret lagi!”

Kaget saya denger jawaban dia. Agak malu juga dengar komentarnya. 

Saya akui, beberapa tempo belakangan ini, saya memang benar-benar tak punya kesempatan lagi pegang kamera. Terlalu banyak yang mengganggu, terlalu banyak yang menghalangi. Tapi, sebenarnya, terlalu banyak alas an yang saya bikin, untuk membenarkan kealpaan saya dan kemalasan saya memotret!

Rupanya, sobat saya itu bukan bertanya, tetapi mengingatkan saya.

Sambil saya hisap asap rokok dalam-dalam, saya mulai merasa lucu dan juga malu.

Lucu, karena saya pikir, tadinya sobat saya itu hanya ingin bertanya saja.

Dan malu, karena sobat saya itu rupanya bisa memahami dan mengingatkan saya akan kealpaan dan juga alasan yang selalu saya buat selama ini...alasan untuk tidak motret!


Catatan:
Cerita ini terinspirasi oleh artikel yang ditulis oleh ariespiskha, dan dalam artikel aslinya yang berjudul "Bagaimana Memulai Fotografi Hitam Putih" yang sudah tayang di www.infotografi.com.
Artikel aslinya dapat dilihat di sini.