Sabtu, 02 Desember 2023

Cara Memotret dengan Style Vintage? (Jawaban Dari Fotografer Foto Hitam Putih yang Jenuh Memotret Hitam Putih dan Sekarang Hobby Motret dengan Style Vintage) - Bagian Ketiga



Kediri, Tabanan, Bali, Sabtu, 2 Desember 2023

Selamat pagi, siang, sore dan malam Sobat jepret semuanya. Mohon ijin untuk menyambung cerita saya sebelumnya, yang bertutur tentang Cara Memotret dengan Style Vintage. Dan supaya Sobat bisa menikmatinya, sebaiknya Sobat membaca penuturan saya pada artikel sebelumnya yang berjudul: "Cara Memotret dengan Style Vintage? (Jawaban Dari Fotografer Foto Hitam Putih yang Jenuh Memotret Hitam Putih dan Sekarang Hobby Motret dengan Style Vintage) - Bagian Kedua". Tulisan ini adalah cerita bagian ketiga silahkan disimak:

Supaya hatinya enak lagi, saya terpaksa belikan gorengan sebagai pelengkap kopi yang dia minum. Saya kasih isyarat ke mas Bowo supaya dia siapkan gorengan dalam piring. Dengan sigap mas Bowo mulai memasukkan beberapa gorengan ke dalam piring dan langsung disodorkan ke depan kami. 

Dan benar saja, rupanya gorengan ini memang menjadi dewa penyelamat di suasana yang serba tak enak ini.

“Wah, makasih banyak ya om!”, sejurus kemudian bedul langsung mencomot satu gorengan, dan mengunyahnya dengan lahap. Solahnya seperti orang yang sudah berhari-hari tak ketemu makan.

Setelah dua gorengan selesai dieksekusinya, roman wajah bedul kelihatan lebih ceria ketimbang sebelumnya. Diseruputnya kopi yang sudah setengah habis, sambil matanya melirik saya. Saya paham maksudnya, kopinya hampir habis dan dia masih ingin minum kopi lagi.

“Memangnya foto vintage itu seperti apa sih Dul?” tanya saya sembari memberi isyarat kepada mas Bowo, minta secangkir kopi lagi.

“Walah si Om ini pura-pura bloon ya, aduuuuh. Bukan foto vintage Om, tapi foto dengan style vintage alias foto yang disajikan dengan tampilan atau nuansa rol film ala era jaman dulu.” Dia habiskan dulu kopinya sambil tangannya menyambut satu gelas kopi yang baru yang disodorkan mas Bowo. “Kalau mau jujur, sebenarnya foto style vintage itu nggak serumit yang disampaikan oleh fotografer-fotografer itu Om. Foto vintage itu sebenarnya hanya membutuhkan sedikit sentuhan editing, dan sisanya lebih ke feeling dari fotografernya pas jepret. Kebanyakan fotografer yang saya kenal cuma mengandalkan pada AI dan juga pada editan, tapi sama sekali tak pakai feeling. Akhirnya, foto-foto vintage yang mereka hasilkan itu sama seperti foto-foto yang nggak punya nyawa Om. Fotonya emang kelihatan seperti foto lawas alias vintage, tapi kalau diselami, foto-foto itu malah kelihatan kacau, karena antara efek vintage dengan apa-apa yang ada dalam frame itu sama sekali nggak nyambung.” Sebetulnya si Bedul mau nyerocos panjang lebar lagi, tetapi tertahan batuk-batuk kecil karena terlalu semangat bicara. Diseruputnya kopinya untuk melancarkan tenggorokan.

“Terus, foto vintage yang benar itu seperti apa?” Kejar saya. Gemas betul saya dengan mahluk satu ini, tingkahnya bikin penasaran. 


“Foto vintage itu bukan bukan hanya foto dengan tone dan grain vintage om. Foto vintage itu adalah cerita dalam frame yang visualisasinya bicara secara utuh, bukan hanya sebagian. Kalau fotografer memang benar-benar mau buat foto yang vintage dalam artian betul-betul vintage, maka fotografer itu harus ngerti seratus prosen (mungkin maksudnya persen) tentang vintage itu sendiri.”

“Terus?” sela saya sambil menyodorkan lagi rokok karena kulihat rokoknya sudah hampir habis. Sambil cengengesan dia cabut sebatang.

“Foto vintage itu harus punya tema yang selaras dan satu vibe dalam segala hal,” tuturnya dengan tenang, setelah ia menyedot rokoknya dalam-dalam. “Segala hal, termasuk obyek, warna, dan juga tetek-bengeknya.”

“maksudnya gimana?” Tanya saya.

“Maksudnya begini om, ada cara dan langkahnya untuk membuat suatu foto dengan ‘Aura” vintage.” 

“Lha iya, cara dan langkahnya itu gimana?” tanya saya dengan intonasi suara seperti orang yang sangat penasaran.

Dan bangsatnya, si Bedul sama sekali tak mau jawab. Dia cuma cengengesan sambil klepas-klepus rokok diselingi dengan seruputan kopi. Saya hapal betul gayanya yang satu ini. Biar disiksa sekalipun, kalau dia sudah tak mau menjawab, maka dia tak akan buka mulut. Dongkol betul hati saya.

Itulah Sobat, cerita tentang Cara Memotret dengan Style Vintage bagian ketiga. Dan cerita ini akan saya sambung lagi ke bagian yang keempat, dengan judul: “Cara Memotret dengan Style Vintage? (Jawaban Dari Fotografer Foto Hitam Putih yang Jenuh Memotret Hitam Putih dan Sekarang Hobby Motret dengan Style Vintage) - Bagian Keempat”, semoga Sobat bisa terhibur dan bisa bahagia saat membacanya.

Tetap sehat, tetap semangat, dan seperti kata pepatah; "Hidup akan berakhir indah, dan kalau belum indah, itu artinya hidup belum berakhir!"

Salam jepret selalu.

Artikel ini diadaptasi dan ditulis ulang oleh: Tuntas Trisunu

#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar