Kamis, 17 Maret 2016

Style Jaman dulu!!!



Jakarta, Kamis, 17 Maret 2016

Edisi kali ini bisa dikatakan sebagai edisi narsis dan nostalgia. Ceritanya, pada jaman dahulu, sekitar tahun 1994, saya dan para Sobat sedang melanglang buana ke Jogjakarta (dilafalkan “Yogyakarta”). Dan kalau ke Jogja, kurang afdol rasanya kalau tidak sekalian pakansi ke candi Borobudur. 

Maka, suatu hari, kami memutuskan untuk berangkat ke Borobudur. Angkutan umum sudah pasti jadi sarana pilihan kami untuk melancong ke sana. Tapi, berbeda dengan “kaum kebanyakan” yang pergi pagi pulang sore, kami memutuskan untuk berangkat sore hari dari Jogja, biar anti mainstream, sekaligus mau menikmati suasana matahari terbenam di Borobudur.

Sekitar pk. 16.00, kami tiba di candi tersebut. Masuk ke dalam kawasan, kami banyak berpapasan dengan pengunjung yang mulai pulang. Naiklah kami ke atas candi, dan tanpa basa-basi, kami mulai menikmati suasana menjelang malam di atas candi.

Singkat kata singkat cerita, menjelang mahgrib, kami diminta meninggalkan area candi karena sudah masuk jam tutup. Kamipun bergegas turun, lalu langsung menuju warung untuk sekedar mengisi perut dengan cemilan, kopi, dan juga rokok. Tepat pk. 19.30, kami beranjak menuju terminal untuk kembali ke jogja. 

Astaga.

Ternyata, angkutan umum sudah selesai beroperasi pk. 18.00 WIB, dan terminal kosong melompong. Waduh, cilaka Sembilan belas ini namanya. Bekal di kantong tidak seberapa, tak akan cukup untuk makan malam, apalagi untuk sewa penginapan. 

Berundinglah kami untuk mencari solusi yang jitu, apakah akan menginap dan pulang esok pagi, ataukah nekat pulang, dengan resiko terburuknya jalan kaki.

Dan kami sepakat untuk berjalan kaki, dari Magelang menuju Jogja, dengan berjalan kaki.

Capek, tapi senangnya luar biasa. Kami mulai berjalan pk. 21.00, dan tiba di Jogjakarta pk. 03. 00 WIB 

Seandainya saya dianugerahi seribu kehidupan, maka saya akan kembali memilih kehidupan saya yang sekarang untuk saya jalani selama seribu kali.

Sungguh, masa-masa yang sangat indah.

Catatan

Foto di atas adalah foto yang kami jepret saat di Borobudur. Belum ada kamera digital, segala urusan jepret menjepret masih mengandalkan kamera engkol dan roll film. Dan gaya kami di atas, pada masa itu, gaya model begitu sudah menjadi standar gaya paling Top anak Muda.

In Frame; (kiri ke kanan) Saya, sobat saya Wendy LW, sobat saya Sereh, dan Tito

Lokasi: Borobudur


#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA 

1 komentar:

  1. Artikel yang sangat menarik serta menambah wawasan! Dan juga foto-foto yang luar biasa....Great Job!

    BalasHapus